Kanker Payudara: Setelah Kemoterapi dan Radioterapi Kanker Menyebar ke Hati Nya

LP (H588) adalah seorang ibu berusia 34 tahun yang mempunyai dua orang anak. Selama kehamilan nya yang kedua ( sekitar bulan Juli 2009), ia merasakan adanya benjolan di payudara kirinya. Tetapi dia mengabaikannya. Kemudian dia melahirkan pada tanggal 5 September 2009. Dia menyusui bayinya selama satu bulan. Air susu yang dihasilkan dari payudara kirinya hanya sedikit. Dokter berpikir hal itu disebabkan karena infeksi dan kemudian diberikan antibiotik. Tetapi benjolannya malah menjadi lebih menonjol. Ginekolog nya mengusulkan untuk pengangkatan benjolan tersebut.

LP dirujuk ke ahli bedah payudara. Kemudian pada tanggal 26 Oktober 2009 dilakukan biopsi. Dari spesimen tersebut mengungkapkan cirri-ciri suatu ductal carcinoma yang invasif. Ditemukan juga suatu penyebaran kelenjar getah bening. Tumor itu berada kurang dari 1 mm dari margin bedah. Dari laporan Immunohistochemistry dari tumor itu, receptor estrogen dan progesteron nya negative, tapi sangat positif untuk C-erb-2 nya. Hasil pemeriksaan dengan DNA Probe Kit mengkonfirmasikan  HER-2/neu gene amplification. Operasi tersebut akan menghabiskan biaya RM 6.000.

Menurut gambaran di atas, dianjurkan untuk operasi mastektomi tetapi LP menolak. Dia, bagaimanapun, menyetujui opsi yang kedua yaitu operasi bedah untuk  pengangkatan tumor dengan margin lebih besar dan pengangkatan kelenjar getah bening nya. Sebuah laporan pada tanggal 12 November 2009 mengindikasikan bahwa semua margin bebas dari kanker. Sebanyak 26 kelenjar getah bening aksila yang tersisa bebas dari metastasis.

Pada saat yang sama, specimen yang didapat dari suatu pemeriksaan payudara kanan nya dengan tehnik hookwire ( adalah suatu tehnik yang digunakan untuk mengangkat atau membuang suatu area yang abnormal dari payudara yang dapat terlihat melalui USG atau Mammogram tetapi tidak dapat di raba secara klinis ), menunjukkan adanya apa yang disebut Lactating Adenoma ( tumor jinak biasanya dapat terjadi pada wanita muda yang sedang mengandung atau menyusui.)  Sebuah port-kemo dipasang di sisi kanan sebelah atas payudara nya. Seluruh prosedur operasi bedah tersebut menelan biaya sebesar RM 20.000.

CT- scan pada bagian dada, perut dan panggul pada tanggal 11 November 2009 menunjukkan Tidak Ada  metastasis pada bagian dada, perut  ataupun panggul. Bone scan tubuh secara lengkap pada tanggal 12 November 2009 menunjukkan tidak ada bukti yang menunjukkan adanya metastasis pada tulang.

LP kemudian menjalani kemoterapi. Tiga siklus pertama menggunakan obat kemo FEC (5-FU, epirubicin dan cyclophosphamide). Tiga siklus pengobatan ini menelan biaya sebesar RM 12.000. Siklus yang keempat , kelima dan keenam terdiri dari Taxol ditambah Herceptin. Total biaya dari tiga siklus berikutnya ini adalah RM 46.000. Pengobatan kemo yang terahir  adalah  bulan Mei 2010.

Dari  bulan Juni 2010 sampai Agustus 2010, LP menjalani juga tiga puluh sesi radioterapi. Setelah itu kondisinya  ” baik “.

Sayangnya, hasil PET- CT scan pada seluruh tubuh yang dilakukan pada tanggal 29 Desember 2010, menunjukkan adanya metastasis hati soliter. Lesi yang nampak adalah sebesar  3,4 x 3,0 x 3,0 cm. Ada juga beberapa serapan non-spesifik yang berasal dari FDG ( flourodeoxyglucose ) di tulang belakang namun tidak ada kerusakan tulang terlihat pada CT.

LP diminta agar menjalani operasi untuk metastasis hatinya. Dia menolak. Dalam keputus – asaan nya, LP mengkonsumsi Tian Xian Liquid selama satu bulan. Kemudian dia dan suaminya pergi ke Kamboja untuk menjalani pengobatan menggunakan Marijuana Oil  (MO). Dia tinggal di Kamboja selama dua bulan.

Namun pada pemeriksaan melalui USG pada tanggal 11 Maret 2011 menunjukkan bahwa lesi pada lobus sebelah kanan hatinya membesar, dari 3 cm pada beberapa bulan yang lalu sekarang telah menjadi 7 cm. Selain itu, sebuah laporan radiologi menunjukkan : ” ditemukan sebuah lesi kecil yang berdekatan dengan ukuran 9 mm dan lesi yang lainnya di lobus sebelah kiri dengan ukuran 8,5 mm ”. Kesimpulan : liver metastasis telah meningkat baik dari segi ukuran maupun jumlahnya.

USG yang dilakukan pada tanggal 15 April 2011 menunjukkan adanya multiple liver metastasis dengan perkembangan penyakit yang pesat seperti deret ukur. Laporan radiologi mengatakan: ” lesi metastatik yang sebelumnya terlihat di lobus kanan telah membesar secara signifikan  dan  berukuran 12,3 x 7,5 cm menempati hampir setengah dari lobus kanan. Di lobus kiri ada setidaknya 4 -. 5 lesi, yang terbesar berukuran sekitar 1 cm ”

Gambar 1: USG dan PET scan menunjukkan tumor hati

LP kembali mengkonsumsi Tian Xian Liquid – kali ini adalah varietas Super dengan dosis tiga kali lipat dengan biaya sekitar RM 12.000 per bulan.  Tidak puas, LP dan suaminya datang untuk meminta pertolongan kami pada tanggal 21 April 2011.

Setelah mendengar ceritanya, kami lanjutkan untuk membaca meridian nya menggunakan AcuGraph 4. Kemudian kami memberi resep kepada LP :  Capsul A dan B, Liver 1 dan Liver 2, Breast M dan LL – Tea . Karena energi meridian dari Limpa nya rendah kami menyarankan LP untuk minum herbal  A-Sp-7 .

LP datang menjumpai kami lagi pada tanggal 23 Mei 2011, yaitu setelah satu bulan. Menurut LP, dia tidak merasakan adanya perubahan dalam dirinya setelah meminum ramuan. Di bawah ini adalah perbandingan pembacaan AcuGraph nya (Gambar 2 dan 3).

Gambar 2: Kunjungan pertama, 21 April 2011

Gambar 3: kunjungan Kedua, 23 Mei 2011

Ketika kunjungan pertama pada tanggal 21 April 2011, meridian nya menunjukkan kondisi yang disharmonis , seperti meridian  LU, PC, SI, SP, LR, KI dan meridian BL. Setelah minum herbal selama sebulan, pembacaan meridian nya menjadi sangat banyak perbaikannya. Hanya meridian SI, SP, KI dan ST yang menunjukkan kondisi disharmonis.

Comments Komentar

Ini sungguh kasus yang menyedihkan dan tragis. Sebelum kami mengajukan beberapa pertanyaan yang sulit dan tajam, marilah kita mendengarkan pembicaraan kami pada tanggal 21 April 2011.

Perjalanan Menuju Bencana

Seperti pada kebanyakan pasien-pasien, LP dan suaminya benar-benar percaya kepada ilmu kedokteran. Dokter  adalah ” seorang yang ahli ” dan apa yang mereka sarankan, LP dan suaminya mengikutinya tanpa ada rasa ragu sedikitpun. Setelah menjalani operasi pembedahan ,kemoterapi dan radioterapi, LP rupanya merasakan kondisi yang baik untuk sementara waktu. Dia kemudian kembali ke cara hidup lamanya – dan makan segala macam apa saja yang dia suka. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan dokter kepadanya – ” Makanlah apa saja dan apapun yang Anda suka !”  Dan sesuai dengan apa yang dikatakan suaminya : ” Kami hanya akan mendengarkan saran dokter. ”

Ketika LP diminta untuk menjalani operasi, dia tidak bertanya kepada dokter nya  apakah operasi ini akan menyembuhkan kanker payudara nya. Tidak ada alasan untuk mengajukan pertanyaan tersebut. Karena ia dan suaminya sudah menaruh kepercayaan penuh kepada para dokter – mereka akan melakukan hal yang benar dan dapat menyembuhkan LP !

Dapatkah kemo menyembuhkan kanker-nya ?  LP juga tidak menanyakan kepada dokter onkologi nya pertanyaan yang sangat penting tersebut. Suaminya berkata: “Kami diberi kesan dengan menjalani kemoterapi semua masalah tersebut akan dapat diselesaikan – dengan menggunakan obat kemo yang terbaik, dll.  Bahkan dokter mengatakan kepada LP bahwa dia akan menjadi lebih baik jika dia terus menjalani Herceptin selama dua tahun berikutnya ! Perhatikan, LP membayar sekitar 15.000 RM untuk  satu siklus Taxol dan Herceptin. Mungkin jika LP mampu menjalani pengobatan dengan Herceptin selama dua tahun lagi, dia akan melakukannya tanpa menyadari bahwa Herceptin tidak menyembuhkan apa-apa !

Mengajukan Pertanyaan-Pertanyaan Sulit

Saya bertanya kepada LP: ” Bagaimana kondisi kesehatan anda sebelum dan setelah perawatan? Mana yang lebih sehat ?  Suaminya menjawab: “Sebelum menjalani semua perawatan.”  LP berkata : “Dengan tumor yang membesar di hati saya, saya tidak merasa lebih baik sama sekali.” Dalam bahasa sederhana, dengan pergi ke rumah sakit dan menghabiskan semua uang dan menerima semua apa yang disebut  pengobatan ” yang terbukti secara ilmiah”, kesehatan LP menjadi lebih buruk dibandingkan jika dia tidak melakukan apa-apa. Itulah kesan yang saya dapat dari jawaban LP dan suaminya. Apakah ini bukan sebuah tragedy ?

Izinkan saya meninjau ulang laporan CT scan tanggal 11 November 2009.  Ini adalah CT scan yang dilakukan  LP sebelum  menjalani kemoterapi. Dikatakan: ” Kondisi hati nya meningkat secara homogen dengan adanya sebuah kista kecil yang berukuran kurang dari 5 mm diameternya. Kesan:.. Tidak ada metastasis di perut, dada atau  panggul”

Dari laporan ini, sepanjang pendapat para oncologis , kanker belum menyebar ke livernya atau bagian lain dari tubuh nya. Beberapa bulan setelah LP menjalani kemoterapi dan radioterapi, sebuah tumor berukuran 3 cm ditemukan di hatinya.  Apakah ada yang salah?  Apa yang menyebabkan bahwa tumor muncul begitu cepat ?

Saya mengusulkan dua kemungkinan – silahkan Anda yang memutuskan kemungkinan mana yang masuk akal.

  • CT scan yang dilakukan pada bulan November 2009 , entah bagaimana telah terjadi kesalahan , tidak tau dimana !  Scan tersebut tidak mendeteksi tumor yang berada dalam hati LP.
  • Atau, bisa saja orang yang menafsirkan CT scan tersebut tidak pandai atau sembrono ? Mungkinkah bahwa ” kista kecil yang berukuran kurang dari 5 mm” sebenarnya suatu metastasis?  Berarti, kanker sebenarnya sudah menyebar dan ini disalah artikan ?  Jika Anda tidak setuju dengan proposal ini, maka bagaimana dengan kemungkinan lain?
  • Mungkinkah bahwa pengobatan – FEC, Taxol dan Herceptin atau radioterapi – menjadi penyebab sel kanker muncul dalam hati LP ?  Artinya, pengobatan itu sendiri adalah yang menjadi penyebab kanker dihatinya.  LP telah membayar sejumlah besar uang untuk biaya pengobatan kemoterapi dan radiasi  dan  berakhir dengan suatu metastasis dihati nya.

Ada beberapa pertanyaan penting untuk ditanyakan :  Para Onkologis mengatakan kepada pasien-pasien bahwa setelah operasi, kemoterapi perlu untuk ” membersihkan ” semua sel-sel buruk yang tersisa dan tertinggal mengambang didalam aliran darah. Akibatnya  LP diberikan 5-FU, Epirubicin, Cyclophosphamide, Taxol dan Herceptin.  Jika sel kanker sudah berada di dalam hati, dengan jelas obat yang mahal ini tidak berguna sama sekali !

Jika sel-sel kanker belum berada di hati sebelum kemoterapi, apakah itu tidak berarti bahwa organ hati tersebut melemah atau rusak sampai pada suatu kondisi tertentu , dimana sel-sel kanker itu mampu membuat rumah baru di dalam hatinya?  Untuk pengobatan dengan radiasi, faktanya jelas. Ahli radiologi menggunakan  ” senjata dan kekuatan panas ” tapi mereka tujukan dengan ” membabi buta ”  pada payudara sementara sel-sel kanker mungkin sudah berada di dalam hati !  Target telah luput.

Ketika hasil PET-CT scan pada bulan Desember 2010 menunjukkan adanya lesi di hati berukuran  3,4 x 3,0 x 3,0 cm , dokter menyarankan untuk operasi pengangkatan – hanya operasi saja, tidak ada saran untuk kemoterapi. LP menolak.  Saya bertanya mengapa dia menolak untuk mengikuti saran dokter kali ini. Dia dan suaminya telah kehilangan kepercayaan pada dokter.

Sayangnya, LP dan suaminya sudah mempelajari suatu pelajaran pahit yang menyusahkan  – dan mungkin sedikit agak terlambat.

Sebuah pepatah Romawi mengatakan sebagai berikut : ” Hanya orang bodoh belajar dari pengalaman nya – orang bijak belajar dari pengalaman orang lain.”

Saya ingat apa yang dikatakan oleh teman baik saya, almarhum Mr Chew : ” Saya pergi menemui seorang oncologist. Saya melihat begitu banyak orang yang melakukan kemoterapi, dan begitu banyak orang melakukan radioterapi. Dalam pikiran saya, ini seharusnya merupakan cara yang benar. Jadi saya kembali lagi ke ahli onkologi tersebut dan memintanya untuk melakukan kemoterapi kepada saya. Belakangan , ketika saya mengalami kekambuhan dan tumornya tumbuh bertambah besar, saya kemudian menyadari bahwa saya telah berada di jalur yang salah. ”

Saya mengatakan kepada LP seperti berikut ini: “Jangan khawatir – kami akan melakukan yang terbaik untuk membantu anda.  Anda bukan satu-satunya orang yang masuk terjebak dalam masalah. Banyak orang lain juga seperti anda. Jadi tenang sajalah. ”  Saya mengucapkan kata-kata ini karena saya mengerti bahwa sesuai kodratnya sebagai manusia kita semua berada di Bumi ini untuk mempelajari pengalaman-pengalaman tertentu. Dalam proses belajar ini , kita bisa melakukan kesalahan. Dan pada akhir dari semua itu, apakah kita melakukannya dengan benar atau salah, kita tetap akan mati.

Mencari Terapi Alternatif

CA Care dimulai pada tahun 1995 – kami telah berada sekitar selama enam belas tahun sekarang ini. Hampir semua orang yang datang mencari bantuan kami , secara medis dikatakan sudah tidak ada harapan lagi atau berada dalam situasi yang sama seperti LP – dimana perawatan medis telah gagal terhadap mereka. Pengalaman kami menunjukkan bahwa ada dua jenis kelompok orang.

Satu, yang putus asa tapi tulus,yang datang untuk mencari jalan lain untuk bisa keluar dari kesulitan mereka – seperti teman baik saya Chew yang disebutkan di atas atau dalam hal ini, LP. Setelah berbicara dengan dia dan suaminya , saya merasa dia adalah jenis pasien yang patut kami tolong.

Sayangnya, ada kelompok orang lain yang datang hanya untuk ” belanja peluru ajaib ” yang dapat meyembuhkan seketika. Terlepas dari fakta bahwa mereka telah menghabiskan beribu-ribu dolar untuk membayar tagihan medis mereka, mereka ingin penyembuhan sesuai dengan istilah mereka sendiri. Dari data statistik kami menunjukkan bahwa 70 persen dari mereka yang datang kepada kami termasuk dalam kategori ini. Kami merasa sangat sulit untuk membantu kelompok ini.

Apa yang kita ajarkan kepada pasien kami tentang diet telah berseberangan jalan secara langsung dengan apa yang telah dikatakan para onkologis kepada pasien mereka. Kami telah menulis banyak artikel tentang hal ini dan anda dapat membaca beberapa artikel kami dengan mengklik link ini: http://ejtcm.com/category/dietnutrition/

Dalam bukunya: Weather warfare – the military’s plan to draft Mother Nature , Jerry Smith menulis: “Dalam rangka untuk mengubah, ilmu pengetahuan (dan ilmuwan individu) Harus Mengakui Kekeliruan / Kesalahan – sesuatu yang bagi kebanyakan orang yang berpendidikan enggan melakukannya. Siapa yang mau mengakui bahwa mereka salah?  Seberapa sulitnya kah untuk  mengakui kesalahan jika kemajuan karir anda tergantung kepada sisi kebaikan anda ? Juga, posisi dalam komunitas ilmiah (dan pemberian bantuan dana ) tidak menjadikan seseorang menjadi orang yang tidak konvensionil. Resistensi yang melembaga terhadap teori-teori baru ini telah mengakibatkan secara rutin butuh waktu dari 50 sampai 100 tahun lagi untuk penemuan-penemuan baru , agar dapat merubah dari ejekan “omong kosong”  menjadi fakta-fakta yang dihormati. ”

Terlepas dari beribu-ribu penelitian yang menunjukkan bahwa diet memainkan peran penting dalam menyembuhkan kanker, tetapi para dokter tetap memberitahu pasien-pasien mereka untuk makan apapun yang mereka suka! Mungkin akan memakan waktu sekitar 50 hingga 100 tahun lebih lagi bagi komunitas medis untuk sepenuhnya menghargai fakta ini dan menerimanya. Untuk saat ini kita harus puas dengan suara-suara dari beberapa jiwa-jiwa pemberani yang berani untuk berbicara.

Russell Baylock, ahli bedah saraf dan asisten profesor klinik  di Universitas Kedokteran Mississippi menulis :

  • Selama empat tahun saya di sekolah kedokteran ,kita tidak memiliki satu kelas pun tentang ilmu gizi.
  • Bahkan, pemberian kepada para pasien dengan suplemen gizi menimbulkan ejekan dari rekan-rekan anda.
  • Para ahli onkologi MENYALAHKAN pasien-pasien nya dengan pemberian mereka advis tentang promosi nutrisi untuk kanker .

Dalam bukunya, Alive and well, Dr Philip Binzel Jr . menulis :

  • Operasi bedah tidak memberi manfaat  yang dapat mencegah penyebaran kanker.
  • Radiasi tidak memberi manfaat  yang dapat mencegah penyebaran penyakit.
  • Kemoterapi tidak memberi manfaat yang dapat mencegah penyebaran penyakit.
  • Satu-satunya hal yang diperkenalkan kepada manusia saat ini, yang akan mencegah penyebaran kanker dalam tubuh, adalah agar supaya mekanisme pertahanan tubuh dapat berfungsi secara normal. Begitulah cara terapi nutrisi bekerja – mengobati mekanisme pertahanan tubuh , bukannya tumor !

Kanker Payudara: Pesan Ilani – Belajar dari kesalahan saya, jangan lagi menjalani kemo

KUALA LUMPUR (Feb 24, 2011): Ketua Komite untuk Mempromosikan Masalah Pemahaman dan Kerukunan Antar-Agama, Datuk Ilani Isahak, meninggal hari ini setelah berjuang melawan kanker payudara selama lima tahun terakhir.  Ilani, 58 tahun, telah menghembuskan nafas terakhir nya sekitar jam 6 pagi di Universiti Kebangsaan Malaysia Medical Centre ( PPUKM ).

Sumber: http://www.sun2surf.com/article.cfm?id=57980

The Star melaporkan: Ketua Komite Kerja Untuk Masalah Hubungan Antar Agama, Datuk Ilani Isahak meninggal setelah tiga tahun berperang  melawan kanker payudara. Ilani telah berada di rumah sakit sejak tanggal 23 January 2011. Seluruh keluarganya sudah berkumpul bersama saat dia mengembuskan nafas terakhirnya, demikian menurut penjelasan dari kakak kandungnya Dr Amir Farid Isahak.

Sumber : http://thestar.com.my/news/story.asp?file=/2011/2/24/nation/20110224105738&sec=nation http://www.thestaronline.com/news/story.asp?file=/2011/2/25/nation/8137635&sec=nation

PENJELASAN  DARI  KAKAK  KANDUNG NYA :

Pada tanggal 2 Maret 2011, saya menerima e-mail dari Dr Amir Farid. Saya meminta izin kepada Dr Amir untuk menyalin kembali e-mail-nya (tentunya tanpa mencantumkan namanya). Ini adalah jawabannya: “Ya, anda bisa mengutip e-mail saya, dengan mencantumkan nama saya. Hal tersebut akan memberikan kredibilitas dibandingkan dengan kutipan tanpa nama.”  Inilah kelanjutan dari e-mail-nya kepada saya.

Salam,

Terima kasih untuk mau berbagi, dan juga atas banyaknya artikel yang telah anda tulis dan telah menjadi masukkan yang tak ternilai bagi saya. Artikel-artikel saya untuk The Star telah disensor ketika mulai mengkritik tentang kemoterapi. Untungnya mereka tidak bisa melakukan sensor semuanya, jadi beberapa masih bisa masuk.

Saya bingung sekali karena adik saya sendiri Dato Hajjah Ilani baru saja meninggal pekan lalu setelah menjalani kemoterapi selama tiga tahun. Dia mengikuti semua saran yang diberikan oleh dr.onkologi nya . Setiap kali, setelah berdiskusi dengan saya, ia  memutuskan ” tidak ada kemo lagi “, tapi setelah kunjungan berikutnya dengan oncologist, ia kemudian memberitahu saya  “oncologist mengatakan bahwa saya betul-betul perlu untuk menjalani kemoterapi lagi, jadi saya menyetujui nya “.

Dalam tiga tahun ini ia telah menjalani banyak program kemo. Dia juga diberikan begitu banyak dosis Herceptin, yang ternyata salah pemberian karena kemudian mereka mengatakan kepadanya bahwa laporan nya salah. Dia diberikan pula beberapa dosis Avastin, yang sebetulnya sudah ditarik penggunaan nya dalam pengobatan kanker payudara oleh US FDA pada bulan Desember 2010, karena kerusakan yang ditimbulkan  melebihi apapun dari semua unsur yang baik.

Anda dapat membayangkan sejauh apa semua kehancuran itu telah terjadi kepada tubuhnya. Dia menjalani kemo sampai bulan Desember 2010. Hanya ketika dia sampai dalam kondisi yang buruk pada bulan Januari 2011, dia memutuskan untuk tidak mejalani kemo lagi. Pada saat itu juga ahli onkologi nya  memutuskan bahwa dia termasuk kasus yang sudah tidak ada harapan lagi dan disarankan untuk menjalani perawatan paliatif saja.

Diatas tempat tidur (ahirnya menjadi tempat tidur  kematiannya), dia berkata kepada saya ” belajar dari kesalahan saya, jangan lagi menjalani kemoterapi “.  Apakah Anda berpikir Star akan mencetaknya jika saya menceritakan hal ini? Tidak akan sama sekali. Sayangnya, banyak lagi yang akan diyakinkan oleh para ahli onkologi mereka, bahwa kemoterapi adalah ” mutlak diperlukan “.

Dr Amir.

(Catatan: Dr Amir Farid Isahak adalah konsultan medis senior / dokter ahli kandungan. Dia juga seorang Master Chikung dan Master Reiki. Dia adalah Presiden Pendiri dari Asosiasi Guolin Chikung Malaysia dan juga Wakil Presiden dari Asosiasi Reiki Malaysia).

RESPONS  DARI  PEMBACA.

Kepada Yth  Dr Amir, saya turut berduka cita  mendengar berita tentang wafatnya  adik anda Ilani. Kehilangan seorang adik yang menderita kanker payudara (yang menjalani kemoterapi) saya dapat membayangkan bagaimana perasaan anda … dapat saya katakan kepada anda bahwa hal ini tidak akan mudah bagi anda mulai saat ini, terutama dari posisi anda “ yang memiliki hak-hak istimewa ” sebagai dokter yang percaya pada pengobatan komplementer.Dan karena kita berada di “ bisnis untuk membantu penderita kanker” bersiaplah untuk menghadapi ujian  … bagaimana bisa, anda sampai tidak bisa membantu adik sendiri eh?

Selamat bergabung. Secara pribadi, saya belajar banyak dari pengalaman adik saya dan kemudian  saya gunakan untuk memotivasi pasien kanker lainnya. Saya kira anda akan melakukan hal yang sama yaitu melaksanakan” amanat “ dari adik anda. Mereka telah pindah dari tempat persinggahan mereka di bumi ini dan semoga Allah memberkati jiwa mereka dan memberi mereka kedamaian.

KOMENTAR

Terima kasih Dok. sudah mau berbagi dengan kami. Dato Hajjah Ilani bukan satu-satunya orang yang meninggal setelah gagal berperang. Disana ada (dan akan) lebih banyak lagi pasien seperti dia. Satu- satunya tanggapan saya terhadap episode ini adalah  mengangkat tangan saya dalam keputus- asaan.  Tetapi tentu saja, saya tidak akan menyerah !

Pesan Dato Illani’s adalah: Belajar dari kesalahan saya, jangan lagi menjalani kemo. Dan kita akan memberitahu dunia mengenai hal itu !  Tapi biarlah saya katakan ini dengan tegas dan jelas: Ini bukan untuk saya ataupun CA Care untuk memberitahu Anda, pasien kanker, apa yang harus dilakukan – untuk menjalani atau tidak menjalani kemo. Itu harus menjadi keputusan Anda sendiri.

Tanggung jawab kami adalah untuk memberikan anda informasi yang kredibel. Bacalah tulisan ini dan kemudian buatlah keputusan sendiri. Ini menyangkut hidup anda sendiri dan hanya andalah yang akan mendapatkan keuntungan atau penderitaan dari keputusan yang telah anda buat tersebut.

Inilah cotohnya jika-obat kemoterapi tumpah ke tangan anda yang tidak dilindungi. Apa yang akan terjadi jika sebotol penuh obat ini dipompa ke dalam tubuh Anda?

Nah seperti inilah jadinya  jika dokter  telah “membuat anda berantakan”.

Gambar di bawah ini: Seorang pasien dari  Indonesia berusia 73 tahun menjalani mastektomi. Tiga bulan kemudian (bukan tahun!) kanker nya muncul kembali. Dia kemudian menjalani kemoterapi dan radioterapi. Perawatan dihentikan setengah jalan karena kondisnya melemah dan tidak bisa berjalan. Apakah ini yang disebut-sebut metode yang telah terbukti secara ilmiah tersebut ? Apakah lebih baik dari minyak ular? ( snake oil ) Bagaimana jika anda tidak Melakukan Apapun ?

 

Beberapa dari Anda mungkin akan berkata kepada saya : “Tapi anda bias. Anda hanya menulis tentang hal-hal yang buruk  saja … bagaimana tentang sisi baik dari kemo?”          Mungkin bisa jadi anda benar !  Soalnya semua pasien yang datang dan menemui saya pada umumnya kasus yang gagal – setelah kemoterapi atau radiasi tidak dapat menyelamatkan mereka lagi !  Para pasien yang sukses tentu tidak datang untuk menemui saya. Maaf, saya hanya bisa melihat sisi jelek dari  perawatan medis.

Namun, pertanyaan saya adalah: “Mengapa terdapat begitu banyak kasus buruk ? ”  Tidak bisakah  apa yang disebut pengobatan ilmiah tersebut berbuat lebih baik dari itu.?  Kemudian  saya ingin bertanya lagi: ” Apakah saya salah  atau  saya mengatakan yang tidak sebenarnya – masih jugakah saya dikatakan bias ? “

FAKTA-FAKTA  DAN  PENDAPAT  PARA  AHLI.

Saya sarankan anda mengunjungi website kami: https://cancercareindonesia.com/category/breast-cancer/ sebelum anda melemparkan batu  pertama. Baca dan dengarkan sendiri apa yang dikatakan oleh orang- orang ini tentang kanker payudara. Kemudian baca buku-buku tentang kanker payudara. Marilah kita mulai dengan mengamatinya :

Di dalam buku saya, CA Care Experience with BREAST CANCER, saya telah menjawab pertanyaan yang paling penting ini: Efektifkah Kemoterapi ? Izinkan saya mengutip apa yang saya tulis:

Graeme Morgan & Associates (Clinical Oncology 16:549-560; 2004)  menulis :

  • Kontribusi keseluruhan dari kemoterapi curatif dan adjuvant therapy, terhadap kelangsungan hidup 5 tahun pada orang dewasa diperkirakan sebesar 2,3% di Australia dan 2,1% di Amerika Serikat.

Di Australia, dari 10.661 orang yang menderita kanker payudara hanya 164 orang yang bertahan hidup selama5 tahun karena kemoterapi. Ini menggambarkan hanya 1,5 % kontribusi dari kemoterapi untuk dapat bertahan hidup.

Eva Segelov dalam sebuah editorial (Australian Presciber 29:2-3; 2006) menyatakan bahwa:

  • Kemoterapi telah mengalami kejenuhan dalam penjualannya ( oversold ). Kemoterapi hanya meningkatkan kelangsungan hidup kurang dari 3% pada orang dewasa yang mengidap kanker.

M. Veroort & Associates (British J Cancer 19:242-247; 204)  menyimpulkan bahwa:

  • Pengurangan kematian pada kanker payudara yang disebabkan oleh praktik-terkini dalam pemberian tamoxifen ( adjuvant therapy) dan kemoterapi adalah 7%.

Guy Faguet ( The War on Cancer: An anatomy of failure …)  menulis :

  • Sebuah analisa objektif dari kemoterapi kanker selama tiga dekade terakhir ini menunjukkan bahwa, meskipun biaya yang dikeluarkan oleh orang-orang dan institusi keuangan sangat banyak , paradigma mengenai pembunuhan sel kanker telah gagal untuk mencapai tujuannya … dan penaklukan kanker tetap menjadi tujuan yang jauh dari harapan dan sukar dipahami.
  • Kemoterapi untuk kanker didasarkan pada dasar pikiran yang cacat dengan tujuan yang tak dapat dicapai, sifat untuk merusak sel dari kemoterapi dalam bentuk yang sekarang tidak akan dapat memberantas kanker dan tidak juga meringankan penderitaan.

Di dalam buku saya, Understanding Cancer War and Cure, saya mengutip pendapat para ahli sebagai berikut:

Dr. John Lee, penulis What Your Doctor May Not Tell You About Breast Cancer, menulis :

  • Kemoterapi adalah suatu usaha untuk meracuni tubuh yang hanya mempersingkat kematian dengan harapan untuk membunuh kanker sebelum seluruh tubuh terbunuh.
  • Kebanyakan tidak berhasil.

Alan Levin, profesor imunologi,dari University of California Medical School mengatakan :

  • Kebanyakan penderita kanker di negara ini mati karena kemoterapi.
  • Kemoterapi tidak dapat melenyapkan /membunuh  kanker payudara ,kanker usus besar ataupun kanker paru-paru.
  • Fakta ini telah didokumentasikan selama lebih dari satu dekade.
  • Namun dokter masih menggunakan kemoterapi untuk tumor-tumor ini.
  • Wanita dengan kanker payudara yang menjalani kemoterapi cenderung mati lebih cepat  daripada tanpa kemoterapi.

Dalam bukunya, Enter the Zone, Dr Barry Sears menulis :

  • Semua orang tahu bahwa obat kanker yang ada saat ini amat buruk. ~ Wolfgang Wrasidlo, direktur pengembangan obat, Klinik Scripps, La Jolla, California, pg. 164
  • Pengobatan untuk kanker yang ada sekarang ini mungkin yang paling biadab dalam dunia kedokteran modern ini, pg. 166. 166.

Tinggal dekat rumah, seorang dokter onkologi terkenal di Singapura – Dr. Ang Peng Tiam, membuat tulisan ini yang dimuat dalam suratkhabar The Straits Times, Mind Your Body Supplement, halaman 22, tanggal 29 November 2006 :

  • Onkologi tidak seperti spesialis medis yang lainnya di mana melakukan pekerjaan dengan baik adalah suatu norma. Dalam onkologi, bahkan memperpanjang hidup pasien selama tiga bulan sampai satu tahun telah dianggap suatu prestasi.
  • Mencapai kesembuhkan adalah seperti menarik jackpot.
  • Tidak semua kanker dapat disembuhkan.

Bagi seorang pasien untuk menerima kesembuhkan adalah seperti menarik jackpot.  Dapat ?  Tapi,tunggu sebentar dan mari kita bertanya : Siapa yang lebih cenderung menarik tongkat jackpot pertama kali ? Pasien atau ahli onkologi ?  Baca cerita ini: https://cancercareindonesia.com/2011/03/01/breast-cancer-she-died-even-after-multi-million-dollar-medical-bill/

Komentar terakhir saya,

Waspadalah terhadap Propaganda oleh Media Massa

Apakah anda pikir Surat Kabar, Majalah dan berita TV News, menyajikan informasi medis secara wajar dan objektif ?  Pikirkan lagi.

Propaganda Medis sudah merajalela. Tujuannya adalah untuk menyesatkan, membingungkan dan memaksa Anda untuk mendukung pengobatan konvensional dan meningkatkan perlombaan dalam indutri obat kanker. ~ Burton Goldberg, An alternative medicine definitive guide to cancer.

Kanker Payudara: Dia Meninggal Meskipun Telah Menghabiskan Biaya Pengobatan Juta-an Dollar

Kami menghabiskan waktu dipekan terahir bulan Februari 2011 di Singapura. Sebenarnya perjalanan ini untuk menghadiri upacara pernikahan digereja dari putri seorang teman. Pada saat yang bersamaan kami menikmati kesempatan  “dimanjakan” oleh kebaikan dari adik laki-laki istri saya  Im, yang tinggal di Singapura. Dia menempatkan kami di hotel Raffles City. Kami dapat melihat kota Singapura yang menakjubkan dari kamar kami di lantai 54. Kamipun menyempatkan waktu untuk melihat-lihat toko-toko. Melalui kaca jendela toko kita bisa melihat macam-macam jam tangan yang dipajang. Salah satunya menunjukkan label harga sebesar $ 150.000 sebuah !  Wow, sebuah harga yang menakjubkan !  Pendek kata selalu serba wow, wow dan wow bila datang ke Singapura.

Wow lain telah mengagetkan saya pada keesokan paginya. Harian The Straits Times Minggu tanggal 27 Februari 2011 memuat  tulisan berita utama : Biaya Dokter:  Berapa banyakkah terlalu banyak itu ? ( judul asli : Doctor’s charge : How much is too much ? )

LATAR BELAKANG CERITA

Ada suatu kasus penipuan medis yang berlangsung terus menerus yang menjadi berita utama dari surat kabar terkemuka. Seorang ahli bedah yang cukup terkenal di Singapura, Dr Susan Lim, dituduh telah menggelembungkan tagihan medis seorang pasien asal Brunei.

Baca lebih lanjut: Dr Lim Telah Memalukan Organisasi Medis.  http://topnews.net.nz/content/212192-dr-lim-embarrassed-medical-fraternity

Total tagihan medis yang dibebankan oleh Dr Susan Lim kepada pasien khusus ini adalah sebagai berikut:

• Pada tahun 2004 sebesar $ 2.800.000
• Pada tahun 2005 sebesar $ 3.800.000
• Pada tahun 2006 sebesar $ 7.500.000
• Pada tahun 2007 sebesar $ 24.800.000

Jadi berapa biaya yang adil dan pantas dari seorang dokter terkenal yang dapat ditagih kepada  pasiennya? Ini adalah angka yang diberikan oleh berberapa dokter Singapura:

• Dr Hong Ga Sze mengatakan besarnya pendapatan sehari-hari yang wajar adalah $ 1.000 sampai $ 2.000 per hari.
• Dr Tan Yew Oo, ahli onkologi di Gleneagles Cancer Centre mengatakan $ 10.000 sampai $ 20.000 per hari.
• Prof Soo Khee Chee, kepala dari National Cancer Centre mengatakan $ 100.000 per hari adalah baik dan setuju bahwa Dr Susan Lim bisa mendapatkan pendapatan sebesar $450.000 per hari.

Tidakkah anda pikir angka-angka ini bernilai besar, besar,  woow yang besar ?

Lebih lanjut dilaporkan bahwa untuk periode 15 Januari – 16 Juni, total tagihan yang dibebankan oleh Dr Susan Lim sebesar $ 26 juta. Ini tidak termasuk kerja yang dilakukan oleh Dr Lim dan timnya di Brunei pada bulan Juni dan Juli tahun itu. Pada awal Agustus, Dr Lim, memutuskan untuk membebaskan beberapa biaya secara efektif untuk mengurangi separuh dari jumlah utangnya. Pada bulan November tahun itu, ia memutuskan untuk membebaskan biaya untuk dia seluruhnya, penagihan kepada pasien hanya untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang berjumlah sedikitnya lebih dari $ 3 juta.

Selengkapnya: http://www.straitstimes.com/BreakingNews/Singapore/Story/STIStory_639428.html

LEBIH BANYAK TENTANG SUSAN LIM SAGA.

Hari Minggu itu juga kami terbang pulang ke Penang. Saya agak penasaran tentang Susan Lim Saga ini dan mulai surfing di internet untuk mencarai  informasi lebih lanjut. Ini adalah beberapa informasi yang berhasil saya kumpulkan.

Siapa dokter bedah tersebut ?

Sebuah porta berital Brunei online, Brudirect News  melaporkan : Seorang Dokter di Singapore  Diselidiki Telah Mengenakan Biaya Jutaan $ Dolar Kepada Seorang Warga Brunei. Dr Susan Lim adalah seorang ahli bedah terkenal yang telah melakukan transplantasi hati pertama di Singapura sekitar dua dekade lalu.

Dia memiliki dua klinik, Susan Lim Surgery  di Gleneagles dan Mount Elizabeth Clinic Centre. Pada website kliniknya dia terdaftar juga sebagai seorang ahli bedah transplantasi dan Profesor Tamu di Blizard Institute of Cell & Molecular Sciences,  Barts & The London School Medicine and Dentistry dan Fellow from Harvard Stem Cell Institute.

Selengkapnya: http://www.brudirect.com/index.php/2010020715483/First-Stories/singapore-doe-probed-for-charging-millions-of-from-bruneian.html

Siapakah  pasiennya ?

Kabarnya, korban tersebut adalah almarhum Pengiran Anak Hajah Damit, adik dari Ratu Brunei dan sepupu Sultan. Dia menderita kanker payudara dan dirawat oleh Dr Lim dari tahun 2001 sampai dia meninggal pada bulan Agustus 2007.

Selengkapnya : Doctor bumped up bill $ 500 to $ 93,500 AsiaOnline http://health.asiaone.com/Health/News/Story/A1Story20110224-265072.html

Bagaimana angka itu dapat melambung

Sebuah artikel, Straits Times pada tanggal 24 Februari 2011, dengan topik utama : Ahli Bedah menggelembungkan tagihan $ 400 sampai $ 211.000.

http://www.straitstimes.com/BreakingNews/Singapore/Story/STIStory_638329.html#

Artikel tersebut mengatakan:

• Seorang dokter spesialis yang merawat pasien ahli bedah Susan Lim mengirimkan tagihan sebesar $ 400. Dia ( Susan Lim ) kemudian  menaikan biaya tagihan tersebut hingga $ 211.000 ketika ia menagih kepada Brunei High Commission  di sini.
• Dokter lain lagi mengenakan biaya $ 500, tetapi Dr Lim melonjakkan  hingga $ 93.500.
• Lalu ada tagihan lain lagi sebesar $ 3.000 dinaikan menjadi $ 285.100.
• Hal lain yang mengejutkan, ketika pasien harus dirawat di unit perawatan intensif, ia diminta untuk membayar $ 450.000 untuk hari pertama dan $ 250.000 untuk empat hari berikutnya, dengan alasan untuk “monitoring services “.

Baca selengkapnya : Dr Lim Embarrassed The Medical Fraternity  http://topnews.net.nz/content/212192-dr-lim-embarrassed-medical-fraternity

Online USA News : Susan Lim Medical Council
http://www.onlineusanews.com/susan-lim-singapore-medical-council-11491.php

 

Apa yang DIKATAKAN  para blogger:

1. The Great Singapore Rip off – Medical Tourism and Dr.Susan Lim Saga.

Dengan seorang spesialis seperti Dr Susan Lim dan beberapa anggota organisasinya dia berkata dokter dapat, bilamana diperlukan, tarif pendapatan seharinya dapat mencapai sebesar S $ 300.000 , Singapura benar-benar lupa dengan pertumbuhannya sebagai tempat  tujuan untuk berobat bagi mereka yang membutuhkan pertolongan medis.

Dr Lim telah menjadi simbol keserakahan yang ekstrim. Dipandang dari segi apapun jumlah tersebut bukan saja jumlah yang amat luar biasa besarnya, tetapi sarat dengan penipuan. Misalnya, ketika ia membawa seorang spesialis di luar bidangnya, ia dikenakan tagihan kurang dari S $ 1.000. Tapi dia membuat  tagihan lebih dari S $ 300.000  untuk keluarga kerajaan Brunei. Saya pikir ini adalah kombinasi dari keserakahan, kriminalitas dan kebodohan.

Baca selengkapnya: Joslin Vethakumar http://joslinv.wordpress.com/2011/02/27/medical-tourism-with-specialists-like-dr-susan-lim-singapore-can-forget-about-it/

2. Saya juga terkejut …

Saya juga terkejut membaca kesaksian oleh Dr Soo Khee Chee, kepala dari National Cancer Center, mengatakan bahwa pendapatan sebesar $ 100.000 per hari adalah wajar dan, dalam kasus Susan Lim, dikatakan itu semua tidak ada masalah untuk pembayaran  sebesar $ 300.000, tanpa potongan, sebagai biaya  konsultasi pada hari tertentu.

Bagaimana seorang kepala dari sebuah pusat pendanaan publik pada bidang / keahlian khusus itu, mendapat kesan bahwa ini adalah tingkat pembayaran ( fee ) yang dapat diterima ?  Tak heran, Singapura telah ” membuat takut ” tentang tagihan medis mereka. Mereka harus mendengar cerita dari biaya yang jumlahnya amat luar biasa itu.

Ada pelajaran penting dari kasus ini. Setelah pasien menghabiskan $ 26 juta, pasien masih tetap mati.Tidak ada jumlah uang bisa membalikkan sesuatu hal yang tak terhindarkan..

Bagi sebuah keluarga kaya-raya  yang mampu membayar biaya setinggi itu, tidak ada masalah untuk mengeluarkan uang sejumlah tersebut. Namun, bagi sebagian besar keluarga biasa yang tidak sangat kaya, mereka tidak boleh menghabiskan biaya $ 100.000 atau lebih untuk pengobatan yang memiliki peluang keberhasilan yang rendah. Lebih baik membiarkan alam untuk menentukan jalannya.

Baca lebih lanjut: Angry Patient  http://easyapps.sg/sgep/admin/file.aspx?id=58

3. Kebanyakan dokter tidak melihat sesuatu yang salah dengan biaya Dr Susan Lim

Masalah dengan dokter di Singapura adalah, bahwa mereka berada di profesi untuk mencari uang. Banyak profesional medis di negara lain adalah dokter karena keinginan mereka untuk membantu sesama umat manusia. Uang itu, meskipun perlu, adalah pertimbangan sekunder. Banyak “ sinkie doctors “  juga berasal dari keluarga terhormat, dan menurut mereka menjadi dokter agar supaya bisa menjadi kaya dan memberikan martabat yang tinggi bagi keluarga mereka.

Pernahkah melihat “ sinkie doctors “ melakukan hal ini? Mereka terlalu sibuk dengan perhitungan biaya yang tidak pantas ( sangat tinggi ) untuk orang-orang Indonesia, Malaysia, dll

Lain kali jika anda pergi dan menemui  seorang dokter di Singapura, tanyakan pada diri anda apakah mereka memeriksa anda demi uang atau benar-benar untuk menolong anda.

Baca selengkapnya: http://www.singsupplies.com/showthread.php?p=686418

4. Dr Susan Lim: Biaya Hidup Yang Tinggi … Tidak  sehat

Dokter yang reputasinya buruk dalam kasus yang memalukan ini  (ya, beritanya telah   sampai ke Selandia Baru – dan tidak hanya di Brunei dan  Singapura) adalah seorang ahli bedah, Dr Susan Lim.  Menurut situs diinternetnya, dia adalah orang Singapura yang pertama dan juga anggota termuda dari Trinity College. Oh, dan dia juga memiliki artikel di Wikipedia tentang dia juga !  Saya kira semua ini yang menyebabkan  tagihan yang tinggi dan gila-gilaan ?!?!

Dan ironinya yang menyedihkan adalah walaupun telah mengeluarkan sejumlah uang yang fantastis, pasien tetap meninggal karena kanker payudara.

• Ahli bedah Susan Lim mengobati seorang pasien yang ada hubungannya dengan istana Brunei selama tujuh bulan pada tahun 2007. Total tagihannya : $ 24.800.000.
• Dr Lim juga mengenakan biaya kepada pasien untuk membatalkan dua konferensi, di atas biaya pengobatan, dengan satu tagihan sebesar $ 78.000 dan satu lagi yang lainnya hingga $ 180,000.
• Dia juga mengenakan biaya antara $ 35.000 dan $ 45.000 per hari ketika karyawannya mendampingi pasien untuk sesi radioterapi di rumah sakit…. surat kabar melaporkan.
• Ketika pasien berada dalam perawatan intensif selama lima hari pada bulan Mei 2007, ia didampingi oleh para dokter dan perawat dan untuk itu  Dr Lim mengenakan biaya $ 450.000 untuk hari pertama dan $ 250.000 untuk empat hari berikutnya, untuk ” layanan monitoring “, demikian menurut laporan Straits Times.

Selengkapnya: http://anonymousxwrites.blogspot.com/2011/02/dr-susan-lim-high-cost-of-living-unwell.html

Komentar

Saya tercengang ketika saya melihat jam tangan seharga $ 150.000 di toko poshy – siapa di bumi ini yang akan membeli barang semahal itu ? Tapi saya yakin ada pembelinya , jika tidak toko itu tidak akan memajang  barang-barang begitu banyak. Biaya sewa tempat sangat mahal di Singapura ! Lalu saya melihat apa yang saya kenakan. Saya hanya memaka  jam tangan yang harganya kurang dari $ 50 !  Dan saya bangga memakainya.

Sekarang saya sudah memakainya selama bertahun-tahun dan sampai saat ini, saya belum pernah ketinggalan satupun penerbangan pesawat saya – berarti  jam tangan yang harganya tidak sampai $ 50-tersebut belum pernah menyulitkan saya sama sekali. Saya ingin tahu apa perbedaannya antara jam tangan saya yang murah ini dengan jam tangan yang mahal tersebut ?

Selain jam tangan, hari ini saya juga belajar bahwa perawatan medis di Singapura luar biasa mahal. Hal ini dapat berjumlah jutaan dolar. Saya sudah banyak mendengar tentang biaya yang mahal tersebut sebelumnya, tapi tidak semahal yang satu ini. Beberapa tahun yang lalu, seseorang menyertai istrinya untuk pengobatan leukemia di Singapura. Dia menghabiskan uang sekitar RM 1.8 juta  untuk perawatannya. Namun, pada akhirnya istrinya meninggal juga.

Pasien kerajaan tersebut telah mengeluarkan jutaan dolar untuk biaya perawatan medis dan dia meninggal juga. Tidak banyak bedanya dengan jam saya yang $ 50.

Mari saya ulangi lagi apa yang blogger itu tulis ( angry patient ) : ” Setelah pasien menghabiskan $ 26 juta pasien masih mati. Tidak ada jumlah uang bisa membalikkan sesuatu hal yang tak terhindarkan. Bagi sebuah keluarga kaya-raya  yang mampu membayar biaya tinggi, tidak ada masalah untuk mengeluarkan uang sejumlah tersebut. Namun, bagi sebagian besar keluarga biasa yang tidak sangat kaya, mereka tidak boleh menghabiskan biaya $ 100.000 atau lebih untuk pengobatan yang memiliki peluang keberhasilan yang rendah. Lebih baik membiarkan alam menentukan jalannya.                       .

Mungkin dia benar juga . Ketika kita tidak memiliki uang untuk dihambur-hamburkan, lebih baik membiarkan alam untuk menentukan jalannya.

Saya tidak akan memberi komentar soal etika,  moralitas,  benar atau salah dari Dr Susan Lim Saga. Saya percaya setiap individu dalam menjalani kehidupannya akan dipandu oleh moral kompas kita sendiri. Keadilan, moralitas, hanyalah soal persepsi dan mereka mencerminkan pendidikan kita. Saya berasal dari keluarga miskin. Ibu saya mengajarkan saya untuk berhemat sejak saya masih kecil. Jadi mohon maaf  kalau saya mengenakan jam tangan seharga $ 50.

Ketika pasien kanker datang menemui saya, saya juga ingin berusaha untuk membuat mereka tidak banyak mengeluarkan uang mereka  – seperti yang ibu saya ajarkan kepada saya untuk berhemat dengan apa yang saya miliki. Saya sepenuhnya memahami bahwa pasien menginginkan yang terbaik – tapi yang terbaik itu tidak selalu harus yang paling mahal.

Saya ingin tahu apa kelebihannya jam seharga $ 150.000 dibandingkan dengan jam saya yang seharga $50 ?  Ada pelajaran yang baik dimana penderita kanker dapat belajar dari cerita ini.

Ketika konsultasi para ahli yang reputasinya tidak baik tersebut menanyakan beberapa pertanyaan-pertanyaan ini:

1. Dapatkah Anda dapat menyembuhkan kanker saya?

2. Berapa total biayanya.?-

3. Apakah ada efek samping dari pengobatan ini ?

Lalu buatlah keputusan yang bijaksana setelah mengevaluasi  secara kritis atas jawaban yang diberikan.

Ketika kami mulai CA Care pada tahun 1995, saya sadar akan godaan ” menjadi kaya ” yang mungkin kami hadapi ketika kami  dapat lebih sukses dan terkenal. Bagaimanapun saya juga  berpendidikan sebagai seorang ahli. Saya bergelar Ph.D. dan menjadi Profesor penuh di Universitas. Saya juga diberi penghargaan Research Fellowship dari Alexander von Humboldt dari Germany dan juga dari Matsumae International Foundation Japan. Jadi, saya tidak kekurangan surat-surat kepercayaan ( credentials ) yang valid. Dan selama empat belas tahun terakhir ini, saya telah menasihati ribuan pasien kanker. Kadang saya menghabiskan waktu berjam-jam dengan pasien untuk membantu mereka menyelesaikan / mengatasi masalahnya. Saya akan terbang ke Kuala Lumpur dan tinggal disana selama dua hari untuk membantu pasien. Untuk semuanya ini, saya TIDAK menerima biaya konsultasi – semuanya gratis.

Untuk memastikan bahwa saya tidak akan tersesat dan tetap setia pada misi kami, saya mengadopsi doa untuk CA Care.

Buatlah kami Tuhan,
Alat kasih-Mu dan cahaya di jalan kegelapan.
Untuk mereka yang hilang, tolonglah tunjukkan kami sebuah jalan
Untuk mereka yang putus asa, berikanlah Harapan
Bagi mereka dalam kesedihan, berikanlah Kegembiraan.

Karuniailah kami Tuhan,
Kebijaksanaan untuk melakukan hal-hal dengan benar,
Kekuatan untuk mau rendah hati menolong orang lain, dan
Keberanian untuk melawan keserakahan dan pemuliaan diri.

Selama bertahun-tahun ini, ketika saya bangun setiap pagi, saya akan mengucapkan doa pendek ini : Hari ini, Tuhan tunjukkanlah kepada saya jalan Mu. Tolonglah kami dan biarkanlah kehendak MU bekerja.


Sepuluh Tahun Terapi di CA Care

Lian berumur 57 tahun ketika ia datang dan menemui kami. Beberapa kali pada tahn 1996, ia melakukan histerektomi. Ia melakukan terapi sulih hormon (HRT: Homone Replacement Therapy). Tiga tahun kemudian, ia menderita kanker payudara sebelah kiri. Ia melakukan operasi mastektomi pada Juli 1999. Itu adalah karsinoma medullaris tanpa metastase. Ia diminta untuk menjalani kemoterapi namun menolak. Ia menjalani terapi obat Tamoxifen.

Lian datang menemui kami pada November 1999 dan mulai melakukan terapi herbal. Ia lalu memutuskan untuk berhenti menggunakan Tamoxifen. Sekarang sudah 10 tahun sejak ia didiagnosa menderita kanker payudara. Ia baik-baik saja dan tidak ada masalah apapun. Ia sangat sehat!

Laporan Pathologi: 27 July 1999

Left breast lump – 3 x 2 cm. Case of medullary carcinoma.

Hasil Ujian Results

————–Dec. 99   Aug. 03  July 06     Nov. 08

ESR                   12            16             19            25 H

Haemoglobin    13.3        14.5          14.0          13.8

Platelet              302         365           330           302

WBC                   4.8           5.3           5.5            5.9

CEA                    1.0          0.9           1.0            1.5

CA 15.3              n/a         11.1          10.4          14.5

Komentar: Lian adalah seorang wanita yang manis dan menyenangkan. Ia berbicara sangat lembut dan ia benar-benar tidak tahu apa yang sedang ia hadapi, mungkina karena pendidikannya yang kurang. Ia adalah seseorang yang mengikuti dan takut pada perintah. Namun demikian, ia mengikuti perintah dengan baik. Ia menuruti semua resep herbal yang diberikan dan juga menjaga pola makannya.

Lian menolak terapi medis lebih lanjut setelah ia datang menemui kami. Ia tidak mau melakukan kemoterapi atau minum Tamoxifen lagi. Kami masih dapat mengingat wajahnya yang sangat rapuh waktu ia datang menemui kami 10 tahun yang lalu. Kami tidak dapat membayangkan bagaimana ia dapat selamat dari kemoterapi jika ia dipaksa melakukannya. Efek samping dari kemoterapi tidak seperti digigit semut seperti yang orang-orang katakan. Bakan tanpa kemoterapi dan Tamoxifen, Lian tidak mengalami metastase. Lebih dari 10 tahun ia melakukan terapi herbal dan dia tidak pernah merasa kurang enak badan atau sakit sama sekali.

Meskipun Lian bukanlah seorang wanita terpelajar, ia mempunyai keberanian dan komitmen mau mengambil jalan lain untuk kesembuhannya. Ia sangat dihargai untuk petualangannya itu. Lian tidak sendirian melalui petulangan iti. Masih banyak yang lainnya yang seperti Lian. Tapi kami tidak menyarankan anda untk melakukan petualangan serupa jika anda tidak percaya dengan yang kami lakukan atau mempunyai komitmen untuk menolong diri sendiri. Sukses tidak datang dengan mudah, dan tidak ada senjata ampuh untuk kanker.

Pada kasus Lian, kami dapat melihat keburukan dalam HRT (terapi sulih hormon). Ia berakhir dengan hasil kanker payudara. Ini bukan kasus sendiri unruk menghubungkan kanker dengan HRT. Kami hanya kebetulan menemui banyak kasus seperti ini.

Penyembuhan Kanker Payudara Oleh Terapi CA Care

Siew berumur 55 tahun saat ia dideteksi terdapat benjolan kecil di payudara kanannya. Sebelumnya ia sedang dalam terapi sulih hormon selama dua tahun. Siew berkonsultasi pada dua dokter

tentang benjolannya. Salah satu dokter mengatakan: Karena tidak ada nyeri, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Datang dan temui saya bila anda merasa nyeri. Dokter lain, seorang ahli bedah melakukan biopsi yang merusak – mengambil hanya sebagian dari tumor di payudaranya. Merasa kecewa, Siew meninggalkan masalah tumornya sampai suatu ketika tumor di dadanya semakin membesar dan mengeras.

Setelah enam bulan, dokter ahli bedah yang sama memanggilnya dan memperingatkan Siew bahwa kanker yang ia derita dapat membuatnya meninggal. Ini membangunkan Siew betapa serius permasalahannya. Dia pergi mencari bantuan dari dokter ahli bedah payudara lain dan melakukan operasi mastektomi. Setelah operasinya ia diminta untuk melakukan kemoterapi. Siew merasa ragu dan bertanya apakah ia dapat mempunyai pilihan lain selain kemoterapi. Dokter yang merasa kasihan memperbolehkan terapi alternatif. Siew kemudian dirujuk ke kami dan memulai terapi herbal sejak September 2002. Ia menggunakan terapi herbal sejak saat itu. Sudah lebih dari enam tahun sampai sekarang dan Siew masih baik-baik saja.

====================================================

Laporan Medis

29 November 2001: Biopsi payudara kanan : Sel tumor terlihat dekat dengan garis batas potongan. Diagnosa : Infiltrating ductal carcinoma (karsinoma infiltrasi duktus), stadium II.

19 Juli 2002: Payudara kanan : 2 lesi solid dengan dengan batas-batas wilayah arah jam 9 dekat dengan daerah puting susu. Masing-masing berukuran 12 x 13 mm dan 7 x 6 mm.

7 Agustus 2002: Tumor payudara kanan berdiameter 2,5 cm, infiltrating ductal carcinoma, stadium II.  Daerah bedah jelas. 3 dari 17 kelenjar getah bening axilla terkena metastase dari karsinomanya. Reseptor estrogen : Postitif kuat, Reseptor Progesterone : Positif kuat. P53 : Negatif.

Pada 23 December 2007 kami mewawancara Siew.

===================================================

Pada saat ini, apa yang anda rasakan tentang kesehatan anda saat ini? Apakah anda merasa sehat? Ya. Saya dapat melakukan apapun yang saya inginkan. Saya dapat membersihkan satu rumah ini sendirian. Saya tidak ada masalah dengan itu.

Dalam lima tahun terakhir sejak anda didiagnosa, apakah ada pernah merasa sedih jika teringat dengan kanker anda? Pada awalnya, Ya – tapi sekarang sudah tidak lagi.

Apakah pernah terpikir oleh anda kanker itu akan kambuh kembali ? Tidak, tidak pernah terpikirkan sama sekali. Tentu saja saya tahu saya mengidap penyakit serius, tetapi saya tidak terpikir akan meninggal oleh karena hal itu. Tapi setiap kali saya mendengar orang-orang mengalami kekambuhan, saya berpikir ada kemungkinan itu akan terjadi juga pada saya. Tetapi saya tidak larut dalam pikiran itu. Saya hanya berpikir ada kemungkinan kanker saya dapat kambuh kembali.

Melihat kembali apa yang telah anda lakukan … apakah anda akan melakukan terapi sulih hormon ? Tidak. Saya tidak akan mengkonsumsi pil hormon.

Jika seorang wanita memiliki benjolan pada payudaranya seperti anda, apa yang anda sarankan untuk mereka lakukan? Saya akan menyarankan ia pergi ke dokter. Tetapi jika ia tidak senang dengan keputusan dokternya, ia harus mencari pendapat kedua. Jangan lakukan seperti yang saya lakukan – hanya mengikuti apapun yang dokter katakan tanpa mencari info lebih jauh.

Dari sejak anda menemukan benjolan, apakah anda melakukan sesuatu secara berbeda dengan yang biasa anda lakukan? Ya. Saya akan mencari dokter yang lebih baik yang dapat memindahkan benjolan itu seluruhnya (lumpectomy : operasi pengangkatan benjolan). Dengan begitu mungkin saya tidak harus kehilangan payudara saya sama sekali.

Bagaimana jika setelah memindahkan benjolan tersebut, dokter meminta anda untuk melakukan kemoterapi dan radioterapi ? Apakah anda akan mengikuti saran ini ? Kecuali saya tahu seseorang yang dapat mengurus saya, seperti anda dan CA Care dan jika saya tidak memiliki pilihan lain, maka saya akan menuruti apa yang dokter sarankan. Jika saya harus memilih antara terapi herbal dan terapi medis, saya pasti akan memilih terapi herbal. Saya selalu menginiginkan terapi herbal. Saya tidak ingin melakukan kemoterapi. Jika saya tidak tahu tentang CA Care, maka saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan setelah lima tahun melakukan terapi herbal, saya masih mau meneruskan terapi herbal itu. Untuk soal rasa, saya masih merasakan rasa yang kuat (pahit) meskipun telah menggunakannya sekian lama. Saya belum terbiasa dengan itu (sambil tertawa).

Selain menggunakan terapi herbal, anda harus mengubah gaya hidup dan cara makan anda. Apakah anda merasa kesal dengan kami mengenai hal itu? Tidak, saya menerima apapun yang harus dilakukan untuk kesehatan saya. Tentu saja, pada awalnya saya mengeluh mengenai kesulitan yang saya alami – harus mengubah cara memasak, dan apa yang saya makan. Tetapi saya tidak menyalahkan anda. Itu adalah bagian dari jalan penyembuhan.Juga, saya tidak menyadari bahwa ada garam laut yang dapat digunakan untuk menggantikan garam meja biasa. Jadi, semua makanan saya tanpa garam. Sangat sulit untuk makan karena semua makanan itu terasa tawar. Setelah saya lebih sering mengunjungi CA Care lebih sering, saya belajar tentang garam laut, liquid amino, dan cara memasak yang sehat. Segalanya menjadi lebih mudah dan saya merasa lebih senang. Sekarang, saya tidak mengalami masalah dalam mempersiapkan makanan saya.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk terbiasa dengan semua perubahan itu ? Sekitar satu setengah tahun.

Anda harus melakukan terapi herbal, olah raga dan belajar untuk rileks. Mana yang dirasakan paling sulit untuk dilakukan ? Yang paling sulit adalah terapi herbal – Breast M Tea. Setiap kali saya minum Breast M, lidah saya langsung le le le le (sambil mendemonstrasikan dengan lidah bergerak ke atas dan bawah secara cepat dan tertawa terbahak-bahak).

Anda telah menempuh apa yang dibilang cara yang “belum terbukti” untuk penyembuhan, apakah anda merasa terintimidasi atau tertekan oleh seseorang karena hal ini ? Ya. Kerabat saya bertanya : Apakah kamu yakin terapi herbal itu baik ? Apakah itu bisa dipercaya ? Apakah harus berpantang begitu banyak makanan ? Apakah harus melewati begitu banyak kesulitan ? Mereka selalu memaksa saya untuk makan apapun yang mereka masak meskipun saya telah memberitahukan mereka bahwa saya harus pantang makanan-makanan itu. Mereka lalu berkata pada saya : tidak perlu pantang apapun. Kamu makan sayur-sayuran. Sayuran pun beracun (karena pestisida).

Apakah anda percaya mereka ? Mereka dapat mengatakan apapun yang mereka mau, namun saya tidak mendengarkan mereka. Saya tidak percaya dengan apa yang mereka katakan. Kenapa saya haru mendengarkan mereka dan merubah jalan saya? Saya sehat sampai sekarang. Kenapa saya harus berubah dan mengambil resiko. Jadi, Saya memberitahukan mereka karena saya sedang terapi herbal, maka saya harus berpantang dari semua makanan yang tidak boleh dimakan. Ini untuk segera mengakhiri diskusi dan harus menjelaskan begitu banyak hal kepada mereka mengapa makanan yang sehat sangat penting untuk kesembuhan kanker.

Jika saya sekarang mengatakan : Anda dapat makan apapun yang anda mau. Maukah anda ?Tidak. Saya tidak mau. Tidak untuk makanan berminyak dan goreng-gorengan. Saya dapat melihat betapa buruknya makanan tersebut, makanan seperti sate. Anak-anak senang makan itu. Sekarang kita mengetahui betapa tidak sehatnya makanan itu. Sedangkan untuk saya, saya tidak akan makan bahkan sepotong daging pun.

Anda menang karena anda tidak berspekulasi. Anda mendengarkan saran. Dan yang paling penting anda bersedia berubah. Kemauan anda untuk berubah itulah yang penting.

Berbicara mengenai perubahan, kakak ipar saya berkata : Kamu wanita bodoh, tidak bisa makan ini, tidak bisa makan itu, tidak bisa makan semuanya.

Pengobatan Kanker Payudara: Lobular Carcinoma, Stadium 2: Pengalaman Seorang Pasien

Nini, wanita, 38 tahun dari Indonesia. Pada bulan September 2008, dia merasa benjolan dipayudaranya. Dia pergi ke Guangzhou, Cina untuk mastectomy radikal. Setelah operasi, Nini terima 3 siklus kemoterapi intra-arterial. Setelah tiga siklus Nini menderita efek samping dan dia memutuskan untuk menghentikan pengobatan. Dia diminta untuk menjalani radioterapi (25 kali). Dia menolak. Ia diminta untuk mengambil tamoxifen. Dia menolak.

1     Ringkasan kasus dan bagaimana saya temukan CA Care

2     Penemuan benjolan di payudara

3     Pergi ke Cina lebih baik daripada Singapura

4     Prosedur kemoterapi intra arterial


5     Memutuskan pulang dengan segera setelah kimo ketiga

6     Dokter kata bisa sembuh 100 persen tetapi saya merasa tertipu

7     Akibat sampingan kemoterapi  (Lidah menjadi pendek / Otak kemo)

8     Nasehat kami

 

Bagaimana anda merasa setelah kehilangan payudara?

  • Operasi tidak menyembuhkan kanker jika sudah menjalar
  • Apakah dokter menasehatkan anda tentang makanan?

Ikutilah apa kata hati anda

 

Operasi, Kemoterapi, Radioterapi dan Terapi Sulih Hormon Tidak Menyembuhkan Kanker Payudara

Kasus 1

Fay (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita Malaysia berusia 45 tahun. Ia didiagnosa menderita kanker payudara pada September 2006.

  • Fay melakukan operasi mastektomi dan pembersihan kelenjar getah bening pada daerah ketiak.
  • Setelah melakukan operasi, ia melanjutkan terapi radiasi sebanyak 25 kali dan 6 kali kemoterapi. Obat-obatan yang digunakan antara lain 5-FU, Epirubin dan Cyclophosphamide (FEC). Seluruhnya selesai pada April 2007.
  • Setiap 4 bulan sekali, Fay harus kembali ke dokter ahli kankernya untuk melakukan pemeriksaan rutin dan semuanya baik-baik saja.
  • Pada bulan Agustus 2008, Kanker kembali ditemukan pada tulang – L2, L5, tulang sakral dan tulang pelvis.
  • Fay mengkonumsi Tamoxifen selama hampir 2 tahun (November 2006 – Agustus 2008). Pengobatan dengan Tamoxifen gagal dan dokternya menyarankan untuk mengganti obatnya dengan Arimidex.
  • Fay menerima saran dokter untuk melakukan kemoterapi lagi dan sangat menderita akibat efek samping yang ditimbulkan.

Kasus 2

Rin (bukan nama sebenarnya) seorang wanita Indonesia berumur 40 tahun, tinggal di United States (USA). Ia menulis sebagai berikut :

  • Awalnya saya didiagnosa menderita kanker payudara pada Desember 2004.
  • Saya melakukan operasi pengangkatan benjolan di payudara kiri pada Februari 2005.
  • Setelah operasi tersebut, saya menjalani 8 kali kemoterapi. Dan setelah kemoterapi saya mengalami menopause.
  • Lalu saya menjalani radioterapi sebanyak 35 kali dan selesai pada Oktober 2005.
  • Saya mengkonsumsi obat Tamoxifen, 20 mg sehari.
  • Saya melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter ahli kanker saya selama 6 bulan dan saya melakukan mammogram 1 tahun sekali dan selama dua tahun lalu saya juga melakukan tes kepadatan tulang (bone density test).
  • Pada Agustus 2008, saya mulai merasa nyeri pada kaki kiri dan kadang-kadang juga terasa pada lengan kiri saya. Nyeri tersebut tidak kunjung hilang dan bahkan semakin nyeri. Lalu saya tidak dapat berjalan lurus dan menekuk lutut. Ini membuat sangat sulit untuk naik dan turun tangga.
  • Pada November 2008, saya melakukan scan seluruh tubuh dan juga melakukan CT-scan. Kanker tersebut telah menyebar ke tulang lengan atas, kaki kiri dan L5.
  • Saya lalu menjalani lagi radioterapi pada daerah yang sakit sebanyak 10 kali.
  • Pada Desember 2008, Saya membuat sediaan darah tepi pada kaki kiri saya.
  • Dokter saya mengganti obat-obatan dari Tamoxifen menjad Arimidex.

Kasus 3

Gay (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita berusia 43 tahun asal Australia. Ia didiagnosa menderita kanker payudara pada tahn 1999. Ia menulis :

  • Saya mendapat terapi 6 bulan kemoterapi dan 3 bulan terapi radiasi.
  • Lalu saya mulai mengkonsumsi obat Tamoxifen selama 5 tahun dan diganti dengan Arimidex.
  • Saya tidak mengalami masalah apapun sampai 6 bulan kemarin, saya merasakan sedikit nyeri pada bagian kanan atas perut saya dan Tumor marker (hasil pemeriksaan antibodi tumor) saya meningkat.
  • Setelah beberapa kali diperiksa, ternyata hasilnya telah terjadi metastase ke tulang.

Kasus 4

  • Sri (bukan nama sebenarnya), seorang wanita berusia 57 tahun asal Indonesia, didiagnosa menderita kanker payudara pada payudara kirinya di tahun 2003. Ia menjalani operasi mastektomi lalu diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi. Pada saat kami bicara padanya, Sri ternyata menjalani kemoterapi otak dan ia tidak mampu menjelaskan detail perawatan yang dilakukannya. Respon balik atas pertanyaan kami pun juga dirasakan sangat lambat. Sri menjalani semua terapi ini di New Zealand. Sri pergi untuk melakukan pemeriksaan rutin dan diberitahu bahwa semuanya baik-baik saja. Namun pada tahun 2007, ia merasa tidak begitu sehat. Dari pemeriksaan lebih lanjut ditemukan indikasi metastase ke tulang. Lalu ia menjalani lagi 6 siklus kemoterapi dan 10 kali terapi radiasi. Semua perawatan ini selesai pada November 2008. Sri pergi ke Penang pada Februari 2009 dan melakukan CT-Scan. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut :

o        Lesi di T1 dan T5 Vertebra.

o        Nodul pada C5 dan Lesi pada L4 korpus vertebra.

o        Beberapa lesi lisis pada tulang iliaka kiri.

o        Kemungkinan terjadi sirosis hepatis.

Apa yang dapat kita pelajari dari keempat kasus tersebut ?

1.      Pasien-pasien ini telah mendapat dan menjalani semua perawatan medis yang diperlukan – operasi, kemoterapi, radioterapi dan obat-obatan oral – Tamoxifen dan Arimidex. Mereka telah mendapat yang terbaik yang ilmu kedokteran tawarkan namun kanker terus berlanjut.

2. Dokter ahli kanker mengatakan semua perawatan ini telah terbukti secara ilmiah, disetujui FDA didukung oleh data-data yang dibahas oleh rekan-rekan dalam jurnal kedokteran. Yang menjadi pertanyaan adalah : apa yang sangat istimewa dari semua ini ? Kenapa pasien-pasien ini masih mengalami metastase ? Apa yang dimaksud dengan “kebenaran dan kejujuran” yang sebenarnya dari semua perawatan ini?

3.      Apakah pernah terlintas pada pikiran seseorang bahwa ketidakmampuan untuk sembuh dankemampuan kanker tersebut untuk menyebar dapat terjadi karena perawatannya itu sendiri?

4.      Coba kita lihat kasus-kasus ini lagi. Fay di Malaysia mengalami metastase 1 tahun 4 bulan sesudah menyelesaikan semua perawatan medisnya. Rin di USA dan Sri di New Zealand mengalami metastase kurang lebih tiga tahun setelah perawatan medisnya, sedangkan Gay dari Australia mengalami metastase sekitar delapan tahun setelah perawatannya. Semua kasus ini menunjukkan masalah yang sama yang dihadapi sebagian besar pasien dimanapun di dunia ini. Bukan masalah dimana anda hidup dan apa atau siapa diri anda, melakukan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama.

Einstein berkata : Insanity is to the do the same thing over and over again and expecting different results (kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda). Apakah anda dapat belajar sesuatu kebijakan dari seorang ahli ilmu pengetahuan ini ? Pasien di USA, Australia, New Zealand, dan Malaysia menerima perawatan yang sama dan semuanya berakhir dengan hasil yang sama. Bertahun-tahun, saya mengamati cerita yang mirip diulang lagi dan lagi begitu banyak sampai-sampai metastase pada tulang dapat atau pasti terjadi setelah perawatan tersebut. Untuk mengharapkan hasil yang berbeda adalah apa yang Einstein katakan dengan insanity(kegilaan).

Pertanyaan-pertanyaan yang terngiang dalam pikiran kita : mengapa mereka yang mengetahui hal ini TIDAK melakukan sesuatu tentang itu ? Kenapa pasien dibiarkan dalam kegelapan dan tidak diperingatkan tentang kemungkinan-kemungkinan tersebut ? Mungkin kami dapat melakukan LEBIH dari sekedar meresepkan obat ? Tamoxifen seharusnya untuk mencegah terjadinya kekambuhan tetapi dari semua kasus diatas, Tamoxifen telah gagal secara menyedihkan. Kenapa kita tidak melihat ke belakang melihat apa yang telah kita lakukan sampai hari ini ?

 

Setelah Operasi Chau Melakukan Terapi Herbal dan Mengubah Pola Makan.

Kakak perempuannya meninggal dunia setelah melakukan perawatan medis.

Chau (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita berusia 43 tahun berasal dari Johor. Pada dada kanan nya terdapat suatu benjolan. Dari hasil biopsi mengindikasikan dia menderita kanker dan harus melakukan mastektomi. Chau sedang dalam keadaan dilema saat ia datang kepada kami. Kakak perempuan nya juga menderita kanker payudara. Ia melakukan operasi, kemoterapi dan radioterapi, dan dalam kurun waktu satu tahun ia meninggal dunia. Chau dalam keadaan sangat tertekan karena dokter onkologis (ahli kanker)-nya memaksa ia untuk melakukan kemoterapi dan radioterapi setelah ia melakukan operasi mastektomi. Chau dan kakak laki-lakinya datang kepada kami untuk minta pertolongan kami pada bulan Mei tahun 2004.

Saya ingat pernah mengatakan ini kepada Chau : Jangan khawatir. Saya rasa anda tidak akan meninggal dalam waktu satu tahun seperti saudara perempuanmu. Tentu saja, saya tidak menjamin itu karena saya bukanlah Tuhan. Tetapi dari pengalaman saya dengan kanker payudara menunjukkan saya bahkan TANPA MELAKUKAN APAPUN, anda tidak akan meninggal karena kanker payudara dalam waktu satu tahun.

Chau mulai melakukan terapi herbal dan sudah diberitahu bahwa tidak ada kepastian dan ia harus mempertahankan pola makan yang sehat. Saya juga memintanya untuk pergi melakukan tes darah sebagai dasar untuk memantau perkembangannya. Enam bulan setelah melakukan terapi herbal, Chau datang menemui kami lagi. Saya mengatakan padanya : jika anda hidup enam untuk enam bulan kedepan, maka itu berarti kita melakukan hal yang tepat. Ingat, saudari anda meninggal sekitar setahun setelah kemoterapi dan radioterapi.

Chau menemui kami kembali pada April 2005. Itu hampir setahun setelah kunjungan pertamanya. Ia tampak baik-baik saja tetapi tampak sangat bimbang karena dokternya masih memaksanya untuk melakukan kemoterapi. Saya mengatakan kepadanya : Itu adalah pilihan anda! Kenapa anda membutuhkan kemoterapi dan radioterapi? Saudari anda melakukan kemoterapi dan radioterapi dan ia meninggal dunia. Ingat apa yang Einstein katakan : Insanity is to do things over and over again and expecting different results (kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda). Jika anda melakukan hal yang sama seperti yang saudari anda lakukan, anda mungkin akan berakhir dengan hasil yang sama – kematian.

Laporan Pathologi: 27 April 2004

Infiltrating ductal carcinoma of breast. Size: 1 cm in diameter. Histologically grade 2. Margins of excision are close to tumour. One of 10 axillary lymph node is positive for metastatatic deposits.

Hasil Ujian Darah

—————May 2004     Sept.05   Sept 06

ESR                     23 H            4            12

Haemoglobin        11.6           12.1         13.3

Platelet                240            199          228

WBC                    3.89            6.9          6.1

CEA                     1.0               0.6          0.5

CA15.3                4.4               4.9          5.4

Saat saya menulis artikel ini, saudara Chau menelepon – sungguh suatu kebetulan! Ia mengatakan bahwa Chau dalam kondisi yang sehat. Dan saat ini Januari 2009, berarti Chau baik-baik saja (dikurangi waktu yang digunakan untuk bertahan akibat pengobatannya yang toksik) untuk hampir lima tahun sampai saat ini. Untuk itu banyak alasan untuk percaya dan berharap bahwa ia akan tetap hidup untuk bertahun-tahun yang akan datang.

Komentar: Kami bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena Chau masih dapat hidup dan sehat. Ini adalah yang harusnya seluruh pasien lakukan – bersyukur. Chau menempuh jalan pengobatan yang berbeda dengan kakak wanita tertuanya. Bagaimanapun juga, tetap itu adalah suatu ketidakberuntungan untuknya hidup dibawah kutukan voodoo – tanpa kemoterapi atau radioterapi ia tidak akan sembuh. Tidak ada kebenaran mutlak untuk asumsi seperti itu.

Nota: Pada saat ini (November 2010 – sudahpun 6 tahun lebih) kesihatan Chau bagus dan tidak ada apa-apa masalah.


Yee Meninggal Setelah Menjalani Segala Perawatan Medis

Hidup di bumi adalah suatu pengalaman hidup.Jadikanlah kematian Yee sebagai suatu pengalaman berharga bagi yang sepertinya.

Yee berumur 40 tahun saat ia didiagnosa menderita kanker payudara pada Oktober 2005. Ia menjalani operasi mastektomi. Itu adalah kanker stadium II tanpa penyebaran pada kelenjar getah bening. Tumornya berukuran 3 x 2 x 2 cm.

Setelah melakukan operasi, Yee menjalani 6 siklus FAC kemoterapi (5-FU, Andiamycin dan Cyclophosphamide).Tidak diindikasikan untuk radioterapi. Kemoterapinya selesai pada Maret 2006 setelah itu ia mengkonsumsi Tamoxifen.

Yee baik-baik saja selama sekitar 9 bulan. Kadang-kadang pada Januari 2007, ia mengalami pembengkakan pada sisi kanan lehernya. Dari hasil CT-Scan thorax (dada) pada tanggal 19 Januari 2007 memperlihatkan hasil: nodul multipel tersebar pada kedua paru-paru berukuran antara 2 sampai 10 mm. Ini berarti kanker telah menyebar ke paru-parunya.

Yee mendapat terapi 8 siklus kemoterapi berbasis Taxane (Taxane –based chemoterapy). Cara ini tidak efektif. CT-Scan pada tanggal 4 Juli 2007 menunjukan nodul-nodul di paru-parunya makin bertambah.

Yee kembali mendapat kemoterapi – 6 siklus Navelbine + Herceptin. Perawatan ini bernilai sekitar 50.000 RM. CT-Scan pada November 2007 menunjukkan hasil yang stabil. Sejak November 2007 sampai Desember 2008 Yee mendapat terapi obat oral, Tykerb (lapatinib) 4 – 5 tablet per hari. Setiap tablet seharga 65,00 RM. Berarti 260,00 RM per hari dan berarti 7.800 RM per bulan. Dan itu berarti total biaya sekitar 14 bulan menggunakan Tykerb berkisar sekitar 93.000,00 RM.

Pada Februari 2008, tampak terlihat kejanggalan kembali. Hasil CT-Scan pada 13 Februari 2008 memperlihatkan hasil : pembesaran nodul di paru berkisar 0,5 cm sampai 2,2 cm.

Enam bulan kemudian, tanggal 19 Agustus 2008, CT-Scan memperlihatkan nodul di  paru meningkat jumlahnya dan ukurannya berkisar dari 0,5 cm sampai 5,0 cm. Nodul di mediastinal juga mulai terlihat.

Pada Oktober 2008, Yee merasa nyeri pada lengan kanan dan pembengkakan keras pada klavikula kanan. CT-Scan pada 13 Oktober 2008 menunjukan perkembangan yang lebih serius:

 

1. Fibrosis (pembentukan jaringan ikat) pada daerah ketiak kanan.

2. Nodul irregular pada daerah infraklavikula kanan, kira-kira sebesar 2,0 cm.

3. Nodul kecil lainnya di daerah supraklavikula kanan, sekitar 0,7 cm juga terlihat.

4. Nodul mediastinum, ukurannya sedikit membesar dari waktu terakhir kali melakukan CT-Scan.

5. Massa dan nodul yang membesar pada paru. Massa yang terbesar pada paru-paru kiri berukuran 5,6 cm. Lesi lainnya berukuran dari 1,0 cm sampai 4,8 cm.

6. Lesi hipodens baru, sekitar 1,0 cm sekarang terlihat pada Segmen ke-7. Ini diduga adalah metastase pada hati.

Melihat penyakitnya yang sangat progresif, Yee melakukan 28 kali terapi radiasi mulai dari 13 Oktober 2008 sampai 1 Desember 2008, dan dalam waktu bersamaan tetap meneruskan minum obat Tykerb.

Pada 17 Desember 2008, Yee menderita sakit kepala sampai tidak dapat tidur. Hasil CT-Scan yang dilakukan 19 Desember 2008 memperlihatkan hasil metastase multipel pada otak (multiple brain metastases).

 

Yee dan suaminya datang kepada kami mencari pertolongan pada tanggal 5 Desember 2008. Kondisi Yee sangat serius. Tangan kanannya sudah kaku. Dia tidak nafsu makan. Dia sesak nafas berat. Bahkan suplai oksigen melalui lubang hidungnya tidak menolong sama sekali. Dia memberitahu suaminya bahwa ia lebih baik meninggal. Pada awal Februari 2009, Yee masuk ke rumah sakit dan dokter menyarankannya melakukan terapi radiasi untuk otaknya. Itu tidak terjadi – ia meninggal sebelum melakukan terapi itu.

Komentar : Ini adalah kasus yang tragis. Cerita Yee mirip dengan apa yang dialami oleh Fransiska dari Indonesia. Fransiska melakukan operasi dan menjalankan kemoterapi, radioterapi, Herceptin dan Tykerb + Xeloda. Fransiska meninggal. Ia didiagnosa pada November 2004 dan meninggal Desember 2008. Yee didiagnosa menderita kanker payudara stadium II pada Oktober 2005 dan menjalani terapi yang sama dan meninggal pada Februari 2009.

Dokter-dokter, Media, dan pasien selalu mencari obat-obatan baru dan teknologi terbaru sebagai suatu harapan untuk menyembuhkan penyakitnya. Kita telah terpaku dalam pikiran bahwa sesuatu yang baru selalu lebih baik. Herceptin dan Tykerb adalah senjata baru untuk melawan kanker yang sekarang muncul di daerah lokal kami. Apakah itu lebih baik atau berbahaya?

Dari website (http://www.tykerb.com) anda dapat belajar bahwa :

1. Tidak ada obat untuk kanker payudara yang bermetastasis. Tapi itu dapat diterapi. Apa yang anda harapkan dari terapi yang tidak pasti itu? Tentu saja kita dapat melakukan apapun jika kita memiliki uang!

2. Pada beberapa wanita timbul kerusakan hati akibat mengkonsumsi Tykerb. Penyebab dari kerusakan ini tidak diketahui. Kerusakan hati mungkin dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.

3. Efek samping utama dari Tykerb adalah diare, mual, rasa tidak enak pada lambung, rasa lelah, kemerahan dan nyeri pada tangan dan kaki, dan timbul ruam.

4. Batuk kering atau napas yang pendek-pendek mungkin merupakan tanda dari proses radang pada paru-paru.

Apakah Herceptin dapat menyebabkan efek samping yang serius? Ya, menurut National Cancer Institute (Institusi Kanker Nasional) melalui website-nya (http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/therapy/herceptin)

1. Herceptin dapat menyebabkan kerusakan otot jantung yang dapat menyebabkan gagal jantung.

2. Herceptin juga dapat mempengaruhi paru-paru menyebabkan ancaman serius masalah pernafasan yang mengancam jiwa .

3. Herceptin dapat menyebabkan reaksi alergi yang dapat menjadi berat atau membahayakan jiwa. Gejala-gejala dari reaksi tersebut antara lain penurunan mendadak tekanan darah, nafas sesak dan pendek, kemerahan dan wheezing.

4. Karena potensi efek samping yang mengancam jiwa ini, dokter-dokter DIPERINGATKAN untuk mengevaluasi pasien secara hati-hati apakah pasien memiliki kelainan pada jantung atau paru-paru –nya sebelum memulai terapi. Apakah anda berpikir mereka pernah melakukan ini? Dalam kasus ini, Yee mengalami metastase (apakah itu bukan masalah yang serius ?) pada paru-parunya. Pada keadaan ini bukankan Herceptin akan membuat keadaan menjadi lebih buruk untuknya? Ketika ia datang kepada kami ia dalam keadaan sesak nafas berat. Apakah yang kira-kira menjadi penyebabnya?

Dan satu pertanyaan yang paling penting yang pasien (dan dokter?) tidak perduli untuk bertanya : Apakah Herceptin mengobati kanker payudara ? Jawabannya adalah tentu TIDAK. Penambahan penggunaan Herceptin pada kemoterapi normal memperpanjang harapan hidup sekitar 4-6 bulan.Tidak ada di dalam website yang mengatakan Herceptin mengobati kanker payudara. Baca bagian : Possible Benefits of Herceptin (kemungkinan keuntungan dari Herceptin) (sebagai catatan, bahkan judulnya sendiri tidak menunjukkan kepercayaan diri dan harapan) pada website resmi-nya : http://www.herceptin.com/adjuvant/what-is/benefits.jsp

Dr. Ralph Moss menulis laporan berjudul : “Herceptin or Deception”. Michael Janson, M.D., mantan ketua dari American College of Advancement Medicine memberi komentar ini tentang laporan tersbut :Dr. Moss menguak kebenaran dari laporan medis tentang Herceptin, menunjukkan bahwa itu sebenarnya tidak seperti yang telah dikatakan, dan data statistik telah dimanipulasi untuk membuatnya terlihat jauh lebih baik dari yang semestinya, sementara mengesampingkan potensi resikonya.

Pada kasus Yee, seperti banyak kasus lainnya, mungkin tidak ada gunanya menanyakan pertanyaan yang sama : apakah yang salah ? Semuanya tampak sepertinya salah setiap saat. Ijinkan saya berpikir dan dengarkanlah : Bagaimana mungkin kanker payudara stadium II dapat menyebabkan kematian pasien dalam waktu empat tahun? Apakah ia akan meninggal bila ia tidak melakukan apapun?

Kanker payudara sangat sedikit ditemukan pada mereka yang berusia sekitar 30 tahun, tetapi jika terjadi pada usia lebih muda, itu akan menjadi lebih agresif dibanding pada usia tua. Kemungkinan, ini adalah benar, beberapa orang ingin kami percaya karena Yee masih muda dan terkena tipe kanker yang agresif maka seluruh perawatannya menjadi tidak efektif. Ijinkan saya mengundang anda untuk membaca kasus dari tiga orang wanita yang belum berumur 40 tahun ketika mereka divonis kanker dan mereka dapat bertahan hidup. Hal berbeda yang dilakukan mereka adalah mereka tidak buta pada dokter mereka – mereka menolak kemoterapi, radioterapi atau terapi sulih hormon.

1. Tee, seorang wanita berusia 38 tahun didiagnosa kanker pada Oktober 2005 (catatan: pada waktu yang hampir bersamaan dengan Yee) dan ia menolak kemoterapi. Tee masih hidup saat saya menulis ini (Maret 2009) sementara Yee meninggal dunia pada Febuari 2009. Anda dapat membaca kisah tentang Tee pada laporan kasus kami.

2. Sue berumur 39 tahun saat ditemukan 2 benjolan pada payudara kanan-nya pada tahun 2003. Ia melakukan operasi mastektomi. Dokter ahli kankernya memberitahunya jika ia menjalani kemoterapi maka ia akan mempunyai kesempatan hidup 5% lebih banyak. Namun ia menolak terapi medis lebih jauh, termasuk tidak mengkonsumsi Tamoxifen seperti yang disarankan oleh dokter ahli bedahnya. Sue merubah pola makan dan gaya hidupnya dan menjalani terapi herbal. Sampai saat ini sudah lewat dari 6 tahun dan Sue sedang menuju ke arah hidup yang bebas dari masalah.

3. Julia menemukan benjolan berdiameter 4 cm pada payudaranya di tahun 1995. Ia berumur 36 tahun saat itu. Ia disarankan menjalani operasi mastektomi. Ia menolak dan tidak pernah menemui dokter lagi sejak itu. Ia menolak kemoterapi, radioterapi dan terapi sulih hormon dan memutuskan untuk mencari terapi alternatif. Ayahnya adalah seorang terapis herbal dan mencarinya untuk meminta bantuan. Perjalanannya menempuh usaha penyembuhan sungguh menarik dan kadang0kadang berbahaya. Tetapi kenyataanya ia masih sangat sangat sehat dan baik-baik saja saat saya menulis ini (2009). Itu sudah 14 tahun lalu sejak ia pertama kali didiagnosa mengidap kanker. Untuk lebih jelas mengenai cerita Julia, anda dapat melihatnya dalam buku kami “The herbal option”, Bab 3.

4. Cindy berumur 34 tahun saat ia didiagnosa menderita kanker payudara pada Agustus 1994. Ia melakukan operasi pengangkatan benjolan. Karena batasnya tidak jelas, maka ia diminta untuk menjalani operasi mastektomi. Dan diikuti kemoterapi dan radioterapi. Ia menolak terapi medis lebih lanjut. Ia mengubah gaya hidup dan pola makannya, melakukan “chi kung” dan meditasi serta melakukan terapi homeopati. Sampai saat ini sudah 15 tahnu dan Cindy menjalani hidup sehat tanpa ada masalah (Bab 2 : The herbal option).

Dr. Gershom Zajicek, Professor pengobatan di The Hubert H. Humphrey Center For Experimental Medicine and Cancer Research, The Hebrew University of Jerusalem, Israel (http://www.what-is-cancer.com) menulis : Modern medicine has the best means to treat disease, yet the basic tenets of treatment are false (Ilmu pengobatan modern mempunyai sistem yang baik untuk mengobati penyakit, tetapi pemahaman dasar dari pengobatan itulah yang salah).

Dr. Frank Daudert, dari Pro Leben Klinik di Austria mengatakan : Doctors are blindly giving chemotherapy … while the cancer cells smile. Doctors give chemo, chemo, chemo. And patients die, die, die (dokter membabibuta memberikan kemoterapi … sementara sel kanker tersenyum. Dokter memberikan kemo, kemo, kemo. Dan pasien mati, mati, mati).

Dalam buku mereka : More Harm than Good, Alan Zelicoff, M.D., dan Michael Bellomo, J.D./MBA, menulis : (dokter) diajarkan bahwa tidak melakukan apa-apa hampir pasti dijamin pasien tersebut akan menderita lebih berat jika tidak diberikan pertolongan apapun. Kebenarannya adalah bahwa sebagian besar kanker – sekali menyebar – akan menetap dan tidak dapat diobati meskipun banyak tersedia obat-obat kemoterapi baru bahkan dengan cara penggunaan antibodi langsung melawan sel kanker.

Richard Deyo dan Donald Patrick, seorang professor, University of Washington, Seattle, USA, menulis di bukunya : Hope or Hype – the obsession with medical advances and the high cost of false promises: kita terlahir dengan kepercayaan buta pada kepastian medis yang memangsa ke dalam ketakutan kita yang paling dalam, sementara tampak sepertinya akan membawa kita menuju keselamatan dengan “obat ajaib.” Memang banyak kemajuan medis yang menawarkan keuntungan yang nyata, tetapi sama banyaknya dengan yang tidak, jika ada, keuntungan dan efek samping yang berbahaya …. efektifitas terbaik pada batas yang sempit – dan kadang kali benar-benar berbahaya … Itu kadang-kadang memimpin ke arah tidak berguna, berbahaya, dan terapi yang mahal dan tidak perlu. … Ketika dokter diperkenalkan produk baru, uang kadang-kadang mengesampingkan ilmu pengetahuan yang baik.

 

Lebih Baik Aku Mati Daripada Menderita

May (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita berumur 55 tahun. Suaminya telah meninggal akibat serangan jantung tiga tahun lalu, pada umur 62 tahun. May didiagnosa menderita kanker payudara pada tahun 2000. Ia menjalani operasi mastektomi dan diikuti enam siklus kemoterapi. Setelah itu ia mendapat obat Tamoxifen. Tiga tahun kemudian, kanker menyebar ke sisi kanan payudaranya meskipun faktanya ia telah mendapat terapi Tamoxifen selama tahun-tahun itu. May kembali menjalani enam siklus kemoterapi diikuti dengan duapuluh sesi radioterapi pada daerah leher dan payudara. Sayangnya, kanker menyebar ke lehernya. May menjalani kembali empat siklus kemoterapi.

Dari July 2005 sampai Maret 2006, ia mengkonsumi obat oral, Femara. Lalu sejak April 2006 sampai July 2006, Ia mengkonsumsi Xeloda.

Putrinya memberitahu kami bahwa May menderita nyeri yang tidak tertahankan. Ketika ia tidak tahan dengan nyerinya, ia melepas pakaiannya dan lari mengelilingi rumah. Pada satu waktu May mencoba untuk melompat dari jendela untuk bunuh diri. Lengan dan daerah sekitar payudara dan lengannya bengkak dan mengeras. Ia merasa sangat panas dari dalam tubuhnya. Ia memutuskan untuk menyerah dari terapi medis lebih lanjut dan mencari kamu untuk pertolongan pada akhir Juli 2006. Gambar berikut ini dapat menjelaskan lebih lanjut tentangnya waktu sekarat.

Komentar : Andrew Weil (dalam tulisannya “Health and healing” (Kesehatan dan penyembuhan)) menulis : There is never ending struggle … patients are sucked into same way of thinking … finding themselves more and more dependent on the system giving one treatment after another. (Perjuangan tiada akhir … pasien terseret pada pola pikir yang sama … mereka semakin tergantung pada sistem pengobatan yang diberikan setelah pemberian pengobatan yang lain.)

Profesor Jane Plant (dalam tulisannya “in Life in your hands” (hidup di tangan anda)) menulis : This sounds like a battle between the disease and the treatments – with the patient as the battle ground …Conventional cancer treatment can process patients to the extent that they no longer understand what is really being done to them. (Ini seperti pertempuran antara penyakit dan pengobatan – dengan pasien sebagai lahan pertempurannya … Terapi kanker konvensional dapat membuat pasien tidak lagi menyadari apa yang telah dilakukan pada mereka.)

Dr. Lai Gi-ming, Komite medik Onkologi Taiwan, Institut Penelitian Nasional mengatakan : The thing that most frustrates modern doctors is that, after surgery, chemotherapy and radiotherapy, all they can do is keep chasing and chasing the cancer! (Hal yang paling membuat frustasi dokter modern adalah setelah mereka melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi, yang dapat mereka lakukan hanyalah mengejar dan mengejar kanker itu !)

Fransiska Meninggal Setelah Operasi, Radioterapi, Kemoterapi, Herceptin, Tamoxifen, Xeloda dan Tykerb

(Hidup di bumi adalah suatu pengalaman hidup. Biarlah kematian Fransiska menjadi pelajaran berharga bagi mereka yang seperti-nya)

Fransiska, berasal dari Jakarta, berumur tiga puluh dua tahun waktu ia menemukan ada benjolan sebesar 1,6 cm pada payudara kirinya yang akhirnya didiagnosa sebagai kanker. Pada waktu yang bersamaan ayahnya meninggal karena kanker. Pada November 2004, ia melakukan operasi pengangkatan benjolan di salah satu Rumah Sakit di Singapura. Sayangnya beberapa kelenjar getah bening di ketiaknya juga terinfeksi. Setelah operasi, Fransiska mendapat tiga puluh lima kali terapi radiasi. Ia merasa lebih baik setelah itu.

Pada Januari 2007, yaitu, dua tahun setelah terapi radiasi, Fransiska diberitahu bahwa kankernya telah menyebar ke paru-parunya. Ia melakukan kemoterapi dan mendapat enam siklus Taxol dan injeksi Herceptin. Satu kali injeksi Herceptin seharga 2,500 S$ dan Fransiska telah delapan kali diinjeksi. Dokter ahli kankernya ia harus melanjutkan Herceptin, tetapi Fransiska memutuskan untuk berhenti setelah delapan kali injeksi karena ia tidak mampu lagi membiayai pengobatannya lagi.

Pada July 2007, Fransiska mendapat terapi Tamoxifen. Sebulan kemudian, hasil Scan pada tulangnya menunjukkan kanker telah menyebar ke tulang punggungnya pada T12.

Pada Januari 2008, hasil Scan otaknya menunjukkan terdapat massa 8 x 7 mm pada otaknya. Dan juga terlihat massa sebesar 1,4 x 9,0 cm pada hatinya. Fransiska diminta oleh dokternya untuk menghntikan terapi dengan Tamoxifen. Ia diberi resep obat minum untuk kanker – Xeloda dan Tykerb (lapatinib). Biaya tiga minggu pengobatan dengan Tykerb seharga S$2.500.

Fransiska memberitahu kami bahwa ia sadar dengan “efek samping yang buruk” dari terapi medisnya, tetapi ia tidak ada pilihan lain. Ia tidak tahu apalagi yang harus dilakukan kecuali menuruti saran dokter.

Pada November 2004, Fransiska mulai membuat jadwal meminum jus dengan Apel, Beet Root (akar-akaran buah bit), dan wortel (carrot) (ABC). Ia juga menggunakan biji aprikot (sumber vitamin B17), cengkeh, cairan obat dari racikan walnut hitam (black walnut) dan akar-akaran. Sebagai tambahan ia juga memakai IP6, spirulina, Perfect Food, dan Vitamin C dosis tinggi. Ia menghentikan mengkonsumsi semuanya pada tahun 2007 ketika kanker menyebar ke paru-parunya.

Pada Februari 2005, ia melakukan detoksifikasi (penetralisiran racun) dan program peremajaan dengan program jus ABC dan kopi enema. Ia meneruskan semua ini sampai ia melihat darah pada urinnya. Ia menghentikan program ini.Fransiska juga mengkonsumsi nanas dan pepaya.

Fransiska sadar akan keharusan mengkonsumsi makanan sehat. Ia mengkonsumsi jus buah dan sayuran, ia juga menghindari gla putih, minyak, telur, semua daging dan makanan siap saji. Ia mengkonsumsi sirip hiu namun lama-kelamaan ia hentikan karena itu tidak efektif.

Ia menderita sakit kepala, mual, dan tekanan darahnya sangat rendah. Fransiska datang kembali ke dokter ahli kankernya pada Agustus 2008. Hasil scan menunjukkan kanker telah menyebar ke otaknya. Hasil CT-Scan bagian abdomen (perut) menunjukkan :

  • Metastasis pada kedua lobus hepar. Lesi terbesar pada lobus kiri berukuran 2,0 x 1,8 cm dan yang terbesar pada lobus kanan berukuran 1,5 x 1,4 cm.
  • Sklerosis stabil pada korpus vertebra T12.

Para ahli kanker menyimpulkan kanker ini telah berkembang dan menyarankan dua pilihan :

  • Fransiska menjalani kemoterapi lagi ditambah dengan Lapatinib, atau
  • Ia meneruskan menggunakan Lapatinib; menerima injeksi secara reguler untuk menguatkan tulangnya dan terapi untuk meredakan gejala-gejala menopausenya. Sebelumnya Fransiska diterapi dengan Zoladex untuk menghentikan menstruasinya.
  • Fransiska sering menulis kepada kami memohon bantuan. Email terakhir yang saya terima darinya pada tanggal 30 Oktober 2008 ketika ia mengeluhkan masalah pencernaan. Dengan sedih saya beritahukan bahwa Fransiska jatuh kedalam keadaan koma dan meninggal 2 tahun kemudian, pada pertengahan December 2008. Kematiannya datang empat tahun setelah didiagnosa kanker payudara. Bahkan obat termahal dan terbaru untuk kanker tidak dapat menolong dirinya.

Komentar: Ini memang kisah yang tragis namun telah terjadi berulang-ulang – kanker payudara berkembang menjadi stadium IV dan tidak dapat disembuhkan. Apakah yang salah ? Pada kenyataannya tidak ada yang salah. Fransiska mengikuti apa yang dokternya ingin dia lakukan. Ia menjalankan Seni terapi medis di Singapura. Yee, seorang wanita berusia 40 tahun dari Penang juga meninggal dengan cara yang sama. Ia menderita kanker payudara stadium awal. Melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi, mengkonsumsi Tamoxifen dan Tykerb selain Herceptin. Ia berakhir dengan metastase pada paru-paru, tulang, hati dan terakhir pada otaknya. Ia meninggal setelah menghabiskan lebih dari 100.000 RM untuk terapinya.

Di CA Care, dengan pengalaman kami yang lebih dari tigabelas tahun, kami melihat tiga fenomena yang sering trjadi pada penderita kanker payudara.

1. Pertama, data kami menunjukkan bahwa pasien kanker payudara (di Malaysia) yang melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi dan mengkonsumsi Tamoxifen mengalami penyebaran ke tulang, paru-paru, dll. setelah beberapa tahun. Pasien (di Indonesia) yang beralih ke pengobatan tradisional atau ang tidak mengikuti terapi standard medis tidak menderita metastase yang luas atau menderita metatase yang luas pada akhirnya.

2. Pasien usia muda yang menjalani seluruh paket terapi medis untuk kanker payudara, cenderung unruk menderita metastase yang lebih parah.

3. Sekarang dengan tersedianya Herceptin, kami mulai melihat pasien menderita metastase pada otak. Apakah ada koreksi mengenai pengobatan ini dan hubungannya dengan metastase pada otak?

Kami menyadari bahwa penelitian kami hanya gurauan dan untuk itu dapat disanggah. Sebuah penelitian di internet memberikan beberapa kesimpulan yang cukup berharga untuk dijadikan sebagai catatan.

Boston Globe (A new peril for breast cancer survivors oleh Liz Kowalczk, 7 February 2006)mengangkat cerita tentang Amy Socia yang didiagnosa menderita kanker payudara ketika berusia 43 tahun. Ia menjalani operasi mastektomi, operasi rekonstruksi payudara, radioterapi, dan kemoterapi. Disamping terapi medisnya kanker menyebar ke hati dan tulang belakangnya. Amy diberikan resep apa yang kita sebut obat yang menjanjikan – Herceptin – dan “secara ajaib” kankernya mulai menyusut! Tapi itu tidak lama. Tidak lama setelah itu (lima tahun setelah pertama kali didiagnosa) dua tumor tampak pada otaknya. Ini membuat Amy menyimpulkan :Tidak ada obat untuk kanker payudara yang bermetastase. Itu tidak akan pergi. Kamu hanya berpindah dari satu terapi ke terapi lainnya”. Cerita Amy tidak jauh berbeda dengan Fransiska.

Fransiska diterapi dengan lapatinib (Tykerb) dan capecitabine (Xeloda). Terapi modern ini telah diperlihatan dalam satu penelitian “to shrink brain metastasis significantly in six percent of 241 patients.” (mengecilkan persentase metastase otak secara signifikan pada enam persen dari 241 pasien). Pada situs resmi lapatinib: www.tykerb.com, kita dapat membaca informasi sebagai berikut:

  • Tidak ada obat untuk kanker payudara yang bermetastase, tapi itu dapat diterapi.
  • Beberapa wanita mungkin dapat berkembang dan terjadi kerusakan hati selama mengkonsumsi Tykerb. Pada beberapa kasus, kerusakan hati mungkin dapat fatal dan menyebabkan kematian.
  • Efek samping dari Tykerb adalah : mual, muntah, rasa terbakar pada uluhati, kehilangan nafsu makan, kemerahan, nyeri pada tangan dan kaki, ruam pada kulit, kulit kering, nyeri pada bibir, mulut, atau tenggorokan, sakit pada tangan, kaki, atau punggung, kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur, rasa sesak nafas, batuk, batuk dengan dahak yang berdarah atau berwarna pink, denyut jantung yang cepat dan irreguler, kelelahan atau kelemahan dan bengkak pada tangan, kaki, pergelangan, atau betis.

Pasien harus ingat bahwa menterapi kanker bukan berarti kanker dapat disembuhkan! Untuk mengobati berarti menghabiskan banyak sekali uang tetapi terapinya tidak dapat mengobati. Pengecilan tumor juga bukan berarti sembuh! Lapatinib menyebabkan kerusakan hati. Bukankah ini yang terjadi pada kasus Fransiska?

Efek samping dari Herceptin antara lain: Demam dan rasa dingin (biasa terjadi saat pengobatan pertama kali), gagal nafas dan gagal jantung, diare, sakit kepala, mual, dan muntah, nyeri, ruam pada kulit, dan kelemahan. Bagaimanapun juga, yang paling tidak mengenakan dari laporan tentang Herceptin adalah metastase otak.

Laporan tanggal 13 Desember 2001 oleh Robert Carlson menyatakan:

  • Diketahui pasien kanker payudara dengan metastase lebih sering berkembang menjadi metastase tulang, tetapi pada pasien yang menggunakan Herceptin terlihat peningkatan resiko dari metastase otak dibandingkan dengan metastase tulang.

Jurnal, Kanker (15 Juni 2003, Vol: 97:2972-2977), menyatakan:

  • Metastase karsinoma payudara ke otak adalah umum pada pasien yang menerima pengobatan dengan obat Herceptin.
  • Sekitar 6 sampai 16% wanita dengan metastase kanker payudara mengalami penyebaran ke otak tetapi pasien yang menerima pengobatan Herceptin sebagai terapi pertolongan pertama mempunyai resiko yang besar untuk berkembang menjadi penyakit CNS (otak) (42%)

Pertanyaan yang mungkin anda tanyakan: Apa bubungannya observasi di atas dengan penyebaran pada otak Fransiska? Apa yang mungkin terjadi dengan keacuhan Fransiska – Akankah dia meninggal karena kanker pake payudara dalam 4 tahun? Apa yang mungkin menjadi penyebab sebenarnya dari kematian dia?

Operasi dan Kemoterapi Tapi Kanker Payudaranya Tidak Sembuh

Ini adalah e-mail yang saya terima pada akhir November 2010.

Dear Dr Teo,
Ibu saya berusia 68 tahun. Dia dideteksi terkena  kanker payudara stadium 3 B pada bulan Juni 2008, setelah melakukan pemeriksaan di Bandung, Indonesia dan juga sudah dikonfirmasi oleh National Cancer Centre, Singapore. Mengingat saya bekerja di Singapura, dia bersedia untuk datang ke sini untuk melakukan perawatan (2 kali operasi dan kemoterapi 18 kali) di mana saya dapat merawat dan menemani dia setelah melalui perawatan yang menyakitkan. Tapi setelah 2 tahun dengan kemoterapi 18 kali, kankernya  tidak dapat disembuhkan.

Minggu lalu dokter onkologi nya  menyebutkan bahwa tidak perlu lagi baginya untuk menjalani kemoterapi  karena  “TIDAK  ADA  HARAPAN  UNTUK  SEMBUH , HANYA  DAPAT  MEMPERPANJANG  HIDUPNYA  UNTUK  SEMENTARA  SAJA “  Kankernya  sekarang sudah menyebar ke kulit dan menyebabkan  tangan kirinya bengkak. Dia merasa sangat tidak nyaman disebakan karena tangannya merasa kaku, warna kulitnya kemerahan, terasa panas dan nyeri pada bagian kulit tangannya tsb

Dua minggu yang lalu, seorang teman saya yang tinggal di Indonesia, memperkenalkan kepada saya tentang tumbuhan keladi tikus (yang ditemukan oleh Anda). Setelah mencoba dia merasa lebih baik dan kulitnya yang  basah mulai kering demikian juga bau busuk dari bagian bawah lengannya sudah hilang.

Saya sangat sedih dan terus berdoa agar supaya dia dapat memiliki kekuatan untuk melewati keadaan ini. Saya percaya bahwa Tuhan akan menyembuhkan ibu saya jika saya memiliki iman dan kepercayaan kepada Nya. Saya sangat mengharapkan bantuan dan dukungan yang besar dari Anda untuk mengobati ibu saya.

Pada tanggal 7 November 2010, Intan (bukan nama sebenarnya) dan putrinya datang menemui kami di Penang. Ini suatu malam yang betul-betul sangat menyedihkan dan menyentuh hati,  saat melihat Intan berjuang untuk berjalan masuk ke dalam ruangan Klinik kami.

Di dalam usia ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, kita mempunyai keyakinan bahwa kita sebenarnya sudah mengetahui semua jawaban atas masalah kita. Tapi dalam kasusnya Intan, yang saya lihat pada malam ini, membuktikan suatu keadaan yang realistis dari situasi saat ini. Kata-kata dari Amy Cohen Soscia, seorang pasien kanker payudara dari Amerika Serikat, telah mengingatkan saya : “Tidak ada obat untuk kanker payudara metastatic. Tidak pernah  ada. Anda hanya berpindah dari satu pengobatan ke pengobatan lainnya. ”

Riwayat  Medis: Sekitar tahun 2008, Intan terjatuh dan merasakan sakit di bagian payudara kirinya. Setelah menjalani pemeriksaan USG dan Mamografi di Bandung menunjukkan ada benjolan di payudaranya. Dia kemudian pergi ke Singapura dan menjalani operasi mastektomi. Laporan histopatologi menyatakan bahwa tumor berukuran 5,5 cm tersebut adalah tumor ganas grade 3. Dua belas dari lima belas kelenjar getah beningnya sudah terinfeksi kanker.

Dokter mengatakan bahwa Intan hanya memiliki waktu tiga bulan lagi untuk hidup. Mengingat bahwa  pengobatan modern tsb tidak dapat menawarkan harapan banyak, kemudian putrinya mencari seorang sinseh Cina untuk meminta bantuan. Dia mulai dengan pengobatan herbal. Dan Intan kemudian menjalaninya selama sembilan bulan, tetapi setelah itu ia mengalami sesak nafas.

Dia kemudian dirawat di Changi General Hospital. Dokter telah menyedot cairan sebanyak  3,5 liter dari paru-parunya. Setelah itu dia kemudian dikirim ke Singapore General Hospital untuk pengobatan lebih lanjut.

Pada bulan Juni 2009, dia mulai dengan kemoterapi oral – menggunakan Xeloda selama 2 bulan. Pengobatan ini tidak efektif. Dokter beralih ke kemoterapi intravena menggunakan Vinorelbine. Setelah 2 siklus, pengobatan ini dianggap tidak efektif. Intan kemudian menjalani 4 siklus kemoterapi lagi dengan kombinasi Vinorelbine dan Gemcitabine. Kombinasi ini juga tidak efektif.

Dokter beralih lagi dengan hanya memberikan Doxorubisin saja. Intan menjalani terapi mono ini sampai  7 siklus. Ini juga tidak efektif. Dokter kemudian beralih lagi ke Taxol dan Intan menjalani 2 siklus pengobatan ini. Sekali lagi hasilnya tidak baik.

Intan kemudian diberikan lagi obat kemo oral  Xeloda selama sebulan dan setelah itu dia beralih lagi ke  terapi hormonal (putrinya lupa nama obat tsb). Tetapi kanker masih tetap menyebar. Sekali lagi Intan diberikan Taxol selama 2 siklus. Dan setelah Taxol, dokter menyarankannya  lagi dengan Herceptin. Tetapi Intan menolak untuk menerima perawatan medis lebih lanjut.

Semuanya ini adalah sebuah pengalaman yang pahit dan telah membuat frustasi bagi Intan.