Resensi Buku: “What your doctor may not tell you about Breast Cancer” (Apa yang dokter anda tidak mungkin mengatakan kepada Anda tentang Kanker Payudara)

Para penulis:  Dr John Lee, lulus dari Harvard University dan University of Minnesota Medical School. Dia adalah seorang ahli dalam terapi sulih hormon alami. Dr David Zava, adalah seorang Ph.D.dan Virginia Hopkins,MA adalah seorang penulis medis yang mengkhususkan diri dalam kesehatan perempuan.

Mengapa kedokteran modern berjalan di tempat dalam upayanya untuk mengobati kanker payudara?
Penelitian kami telah menemukan bahwa jawaban atas pertanyaan ini terletak terutama

  • Politik kedokteran
  • Industri Kanker-Payudara.
  • Dan industri yang menciptakan polusi yang berkontribusi terhadap kanker payudara
  • Kekuatan yang akan menjaga agar hal-hal tetap sama –  mereka sangat kuat dan sudah berakar.

Selama beberapa dekade terakhir, pengobatan konvensional hanya melakukan sangat sedikit sekali perbedaan yang berarti dalam hal apa yang terjadi pada Anda jika Anda terserang kanker payudara, dan hampir tidak ada yang dilakukan untuk mengurangi insiden timbulnya penyakit.

Pengobatan Kanker Payudara

  1. Statistik dengan jelas memberitahu kita bahwa obat-obatan konvensional untuk mengobati kanker payudara, seperti tamoxifen, radiasi dan kemoterapi saja tidak berguna untuk jangka panjang.
  2. Terapi kanker payudara saat ini adalah cara melakukan sesuatu yang tidak tahu harus berbuat apa lagi.
  3. Bagaimana kita bisa begitu berani untuk menyatakan bahwa pengobatan medis konvensional untuk kanker payudara tidak bekerja? Hal tersebut didokumentasikan dengan baik. Tampaknya seolah-olah setiap kali kita membuka sebuah jurnal medis, ada sebuah artikel yang menunjukkan kepada kita bahwa pengobatan kanker payudara konvensional tidak efektif, berbahaya, atau bahkan keduanya.
  4. Bukti-dasar kedokteran telah menunjukkan
  • Mammogram tidak benar-benar menyelamatkan hidup.
  • Terapi radiasi tidak benar-benar menyelamatkan hidup.
  • Tamoxifen tidak benar-benar menyelamatkan hidup.
  • Kemoterapi tidak menyelamatkan nyawa.

Jadi apa yang tersisa bagi dokter konvensional untuk mengobati pasien kanker payudara ? Tidak ada, selain operasi pengangkatan tumor yang sama yang sudah mereka lakukan lima puluh tahun yang lalu.
Dokter-dokter di Amerika perlu menghadapai kenyataan pahit bahwa faktanya terapi saat ini tidak bekerja dan harus membuka mata mereka mencari alternatif untuk pencegahan dan pengobatan kanker payudara.

Radioterapi

  • Radiasi melenyapkan tumor kanker payudara dalam persentase kecil pada wanita, tapi pada prosesnya menyebabkan banyak dari mereka meninggal oleh karena penyakit lain.
  • Tidak ada manfaat jangka panjang menggunakan terapi radiasi untuk mengobati kanker payudara, karena meskipun kanker mungkin tidak kambuh di lokasi radiasi, kemungkinan angka keselamatan hidup secara keseluruhan tetap sama atau bahkan sedikit lebih buruk.
  • Dan  meskipun faktanya bahwa radiasi membantu sebagian kecil wanita dan pada akhirnya membunuh banyak dari orang-orang yang terbantu dalam jangka pendek, dan terapi radiasi tetap menjadi standard dalam kedokteran untuk terapi wanita yang dengan kanker payudara.
  • Meskipun begitu … jika Anda memiliki kanker payudara, dokter anda kemungkinan besar akan bersikeras bahwa Anda harus menjalani terapi radiasi daripada mencari alternatif kemungkinan terapi yang lebih aman.
  • Bagaimana ini bisa terjadi ?

Tamoxifen

  • Kami berharap bahwa mereka yang mempromosikan tamoxifen agar ingat untuk menyebutkan berapa banyak wanita yang menderita:
  • Gangguan pembekuan darah.
  • Penurunan penglihatan.
  • Penurunan kualitas hidup (hot flashes (aura panas), berkeringat di malam  hari)
  • Berapa banyak perempuan telah terpaksa melakukan histerektomi karena keagresifan dari tamoxifen yang dapat menyebabkan kanker rahim?
  • Jarang disebutkan bahwa wanita dapat meninggal karena kanker rahim yang disebabkan oleh pemakaian tamoxifen.
  • Tamoxifen telah beredar selama 25 tahun dan efeknya pada pencegahan kanker payudara masih diperdebatkan. Bukankah hal ini memberitahu kita sesuatu.
  • Satu-satunya alasan ini adalah suatu pengobatan yang populer sekarang adalah bahwa tampaknya ahli onkologi berpendapat lebih baik melakukan hal ini daripada tidak melakukan apapun.

Kemoterapi

  • Kemoterapi adalah suatu upaya untuk meracuni tubuh yang hanya mempersingkat kematian dudalam upayanya untuk membunuh sel kanker sebelum seluruh tubuh terbunuh. Dan sebagian besar terapi ini tidak berhasil.
  • Beberapa kemoterapi dapat memperpanjang hidup selama beberapa bulan, tetapi pada umumnya harus membaya harga yang tinggi atas efek sampingnya yang sangat merusak tubuh. Jika seorang wanita beruntung  dapat bertahan dari perlawanannya terhadap kanker, tubuhnya rusak secara permanen, dan mempunyai tingkat kekambuhannya yang tinggi..
  • Penggunaan kemoterapi adalah murni spekulasi, dan kami tidak berpikir itu layak dicoba.  Kadang-kadang hal tersebut berhasil, dan kadang-kadang tidak, dan kadang-kadang itu memperburuk kesehatan.
  • Tampaknya jauh lebih cerdas untuk menemukan terapi alternatif dengan histori yang baik yang dapat membantu tubuh Anda dalam melawan kanker dan meningkatkan taraf kesehatan anda.

Politik Industri Kanker Payudara

  • Mendeteksi kanker dan pengobatan kanker payudara sangat menguntungkan di Amerika Serikat, menghasilkan miliaran dolar per tahun.
  • Mammogram, biopsi, lumpektomi dan mastektomi, dan semua kemoterapi, radiasi dan tamoxifen, menciptakan aliran pendapatan yang substansial untuk rumah sakit, dokter, staf pendukung mereka, mereka yang membuat semua peralatan dan terutama mereka yang membuat obat.
  • Kemana perginya insentif keuangan keluar kerangka ini?

Wanita – Takut dan Bingung

  • Kemanakah wanita dengan kanker payudara seharusnya ? Dia sangat takut dan bingung, tapi dia juga cukup banyak menderita kehancuran akibat oleh roda gigi mesin-mesin medis.
  • Dia akan beringsut ke meja operasi atau ke klinik radiasi bukan karena itu adalah yang terbaik baginya sebagai seorang individu,  dan bukan karena itu adalah apa yang akan benar-benar membantu dan menyembuhkan, tapi karena dia cocok ke dalam slot itu.
  • Itu adalah cara kerja industri mesin kanker payudara, dan tidak ada pilihan lain.
  • Apa yang dipaparkan oleh pengobatan konvensional adalah bahwa dia akan mati jika dia tidak melakukannya.
  • Tapi jika dia menelaah statistik dengan benar, dia akan menyadari bahwa jika dia memiliki non-lokal kanker, yang berarti bahkan jika ia melakukan segala sesuatu yang dokter beritahu dia untuk lakukan masih ada satu dari tiga kemungkinan bahwa dia akan mati, oleh karena kanker atau sebagai akibat dari pengobatan.
  • Jalan menuju kemungkinan sembuh ditaburi dengan pengobatan yang dapat menyebabkan kerusakan permanen. 

Kanker Payudara: Herbal dan e-Terapi Pulihkan Kesejahteraan Nya Setelah 106 kali Perawatan Radiasi Bagian 4: Radiasi Membantu Tapi Tidak Menyembuhkan, Tamoxifen Bawa Bencana

Penghargaan: Izin untuk menggunakan video ini tanpa harus menyembunyikan identitas dirinya diberikan oleh pasien.

Ini adalah kisah pahit-manis Le, seorang perempuan 37 tahun dari Indonesia. Dia datang mengunjungi kami pada tanggal 14 Oktober 2011 setelah didiagnosis dengan kanker payudara yang mungkin telah menyebar ke paru-parunya. Dia datang dengan keluhan sakit nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di sendi-sendi. Dia tidak bisa menekuk jari-jarinya. Dia tidak bisa tidur nyenyak dan batuk.

Anda menjalani radioterapi – berapa kali Anda diradiasi? Le: Seratus enam kali.

Pastikah Anda? Apakah itu betul? Le: Tentu, benar. Saya diberi 25 rawatan radiasi pada payudara kiri saya (a). Selepas itu 25 kali di bawah tulang selangka saya (b). Benjolan lain muncul di payudara kanan saya dan saya lagi diberi 25 rawatan radiasi di payudara kanan saya (c). Kemudian indung telur saya diradiasi – jumlah enam kali. Kanker menyebar sekali lagi ke payudara kiri saya dan saya lagi diberi 25 kali radiasi (d). Sebenarnya saya baru saja menyelesaikan radiasi yang ke-106 beberapa hari yang lalu. dan saya datang ke sini.

Anda diberi satu radiasi sehari, jadi ini bererti Anda telah pergi ke rumah sakit sekurangny 106 kali? Le: Ya.

Adakah Anda lagi mau lebih radiasi? Le: Oh tidak. Saya tidak mau lagi. Itulah sebabnya saya datang ke sini. Setiap kali saya pergi untuk rawatan radiasi, saya berdoa, “O Tuhan, tolong bantulah saya supaya perawatan radiasi ini dihentikan”.

Waktu manjalani radiasi, Anda disarankan minum Tamoxifen? Le: Ya, sebelum mereka memancarkan payudara kanan saya. Suami: Sekitar tiga bulan lalu, pada bulan Agustus 2011.

Jadi pada bulan Agustus 2011, Anda mulai minum tamoxifen dan pada masa yang sama menjalani rawatan radiasi? Le: Ya.  Sepuluh hari setelah mulai minum tamoxifen pergelangan tangan kiri saya membengkak – bengkaknya lembut, tidak keras. Kemudian pergelangan tangan sebelah kanan saya turut membengkak – lebih besar daripada pergelangan tangan kiri saya. Aku rasa sakit bila menekuk pergelangan tangan saya.

Adakah Anda tanya dokter mengapa pergelangan tangan bengkak? Le: Dokter kata kanker telah merebak ke pergelangan tanganku. Suami: Tidak, dokter mengatakan kanker telah merebak ke semua tulang-tulangnya.

Dan kamu masih terus minum tamoxifen itu? Le: Ya. Dalam satu bulan yang sama itu,  saya hilang kekuatan saya. Suami: Pembengkakan di pergelangan tangannya sangat “panas”. Le: Setiap sendi di tubuh saya terasa “panas”. Setelah sebulan minum tamoxifen, saya tidak bisa berjalan lagi.

Anda tidak bisa berjalan? Le: Ya, saya tidak bisa berjalan (menunjukkan cacat fisik-nya).

Sebelum Anda minum tamoxifen, Anda bisa berjalan? Le: Bisa, tidak masalah. Saya bisa berolahraga dan mengamal “Thian Kung”. Suami: Setelah minum tamoxifen, dia tidak bisa berjalan.

Lalu apa yang Anda lakukan? Le: Saya minum suplemen dan minum air kelapa. Keadaan saya kian bertambah baik.

Adakah keadaan fizikal mu kembali seperti normal? Le: Tidak. Tidak sampai saya datang ke sini (CA Care, Penang). Setelah saya minum obat herbal  Doktor Teo dan menjalani e-Terapi, sekarang saya bisa berdiri tegak. Sebelum ini saya tidak bisa buat demikian.

Baca cerita Le yang lengkap:

Bagian 1: Kesejahteraan  Pulih Setelah Dua Hari Minum Herbal dan e-Terapi

Bagian 2: Terapi Alternatif – Pengobatan Suplemen Dua puluh-Satu-Juta-Rupiah Se Bulan

Bagian 3: Mengapa Saya Menolak Kemoterapi / Pengobatan Medis

Bagian 4: Radiasi Membantu Tapi Tidak Menyembuhkan, Tamoxifen Bawa Bencana.

Bagian 5: Mimpi Saya dan Pengalaman Dekat Maut

Bagian 6: Penyembuhan Empat Hari Saya Setelah Perawatan di CA Care

Bagian 7: Perjalanan Saya Yang Kurang Pengetahuan

Kanker Payudara: Herbal dan e-Terapi Pulihkan Kesejahteraan Nya Setelah 106 kali Perawatan Radiasi Bagian 3: Mengapa Saya Menolak Kemoterapi / Pengobatan Medis

Penghargaan: Izin untuk menggunakan video ini tanpa harus menyembunyikan identitas dirinya diberikan oleh pasien.

Ini adalah kisah pahit-manis Le, seorang perempuan 37 tahun dari Indonesia. Dia datang mengunjungi kami pada tanggal 14 Oktober 2011 setelah didiagnosis dengan kanker payudara yang mungkin telah menyebar ke paru-parunya. Dia datang dengan keluhan sakit nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di sendi-sendi. Dia tidak bisa menekuk jari-jarinya. Dia tidak bisa tidur nyenyak dan batuk.

1.  Teman saya, berumur 42 tahun, dengan kanker payudara, meninggal setelah kemoterapi

Le: Teman saya juga menderita kanker payudara seperti saya. Dia sudah meninggal dua tahun lalu. Dia pergi ke Singapura untuk cari pengobatan terbaik untuk kanker nya. Ini bermula dengan tumor kecil saja. Tumor itu ambil dan kemudian ia disarankan untuk kemoterapi dan radioterapi. Dia baik-baik sebentar. Kemudian kanker itu menyebar ke tulang-tulangnya. Dia dipasangkan kemo-pot dan terus diberikan lebih kemo. Dia minum “sarang burung” yang terbaik untuk membantunya mengatasi efek samping dari kemoterapi. Setelah kemoterapi ini, bintik-bintik muncul di seluruh kulitnya.

Apakah ini betul? Apakah dia teman Anda? Le: Ya. Bahkan dengan efek seperti itu, dia terus menerima lebih kemo. Ia telah diberikan jumlah 38 siklus kemoterapi. Setelah itu dia kelihatan baik-baik saja, tapi semua kukunya jadi hitam. Kanker terus merebak ke tulang belakang nya dan kemudian menyebar ke otaknya. Ia melanjutkan pengobatan dengan radioterapi dan lebih kemoterapi di Surabaya. Dia meninggal.

Berapa umurnya? Le: Empat puluh dua.

Saya mengerti sepenuhnya, saya mengerti.

2. Empat teman saya sudah meninggal

Le: Empat dari teman saya sudah meninggal karena kanker. Dua orang menderita kanker payudara, satu menderita kanker usus besar dan satu lagi menderita kanker rahim.

Mereka semua kawan Anda? Le: Ya, mereka mati. Mereka semua berusia di bawah 50 tahun. Mereka semua menjalani operasi dan kemoterapi.

Mereka semua meninggal, dan  karena ini  Anda enggak menjalani operasi dan kemo? Kapan ini terjadi – saat Anda menderita kanker? Le: Ketika saya menderita kanker payudara, dan mereka juga menderita kanker mereka.

Oh, pada waktu yang sama. Mereka mengambil jalan yang berbeda dan kamu mengambil jalan yang berbeda? Le: Ya, tepat sekali.

Saya mengerti. Saya sepenuhnya memahami Anda. Itulah alasan mengapa saya tidak ingin mendorong siapa pun yang datang ke sini untuk pergi buat kemoterapi atau radiasi. Apa yang Anda telah ceritakan kepada saya sudah diulang berkali-kali.

3. Paman meninggal setelah menghabiskan 6 Miliar Rupiah

Le: Paman saya menderita kanker paru-paru. Dia pergi ke Singapura untuk perawatan. Dia belanja 6 Miliar rupiah. Dia juga meninggal. Setelah kemo begitu banyak kali, pembuluh darah di lengannya seolah menghilang. Dia tidak menjaga pola makannya. Dia makan apa saja yang ia suka. Pada saat yang sama, saya juga menderita kanker saya. Dia suruh saya makan apa saja yang saya suka, tapi saya enggak dengar nasihatnya itu.

Dan paman Anda meninggal?  Le: Ya, meninggal setelah tiga tahun.

Dan pada saat yang sama, Anda juga menderita kanker. Dan apakah ini sebabnya Anda menolak rawatan medis? Le: Tidak, tidak.Ada perasaan dalam diri saya yang enggak kemo. Orang-orang ini tidak mati karena kanker mereka. Mereka meninggal karena kemo mereka. Hemoglobin mereka, trombosit dan sel darah putih semua turun habis!

Saya paham, saya benar-benar mengerti. Tapi saya ingin nyatakan bahawa kita tidak harus menolak perawatan medis sepenuhnya. Ada masanya kita perlu dokter membantu kita. Kita boleh menggunakan cara medis yang tertentu untuk membantu kita. Dan kita menolak yang berbahaya bagi kita. Ini adalah apa yang saya akan mengatakan kepada pasien.

4. Lihat apa yang terjadi padaku sekarang bila saya percaya dokter!

Le: Saya bersetuju pergi ke dokter untuk memeriksa di mana tumor saya. Tetapi jika mereka meresepkan obat, saya tidak akan menerimanya. Lihat apa yang terjadi padaku – ini lah bukti nya! Kali pertama saya percaya dokter, dan ini lah apa yang terjadi pada diri saya. Jari tidak dapat menekuk. Selepas itu tidak boleh jalan setelah minum Tamoxifen selama sebulan.

Baca cerita Le yang lengkap:

Bagian 1: Kesejahteraan  Pulih Setelah Dua Hari Minum Herbal dan e-Terapi

Bagian 2: Terapi Alternatif – Pengobatan Suplemen Dua puluh-Satu-Juta-Rupiah Se Bulan

Bagian 3: Mengapa Saya Menolak Kemoterapi / Pengobatan Medis

Bagian 4: Radiasi Membantu Tapi Tidak Menyembuhkan, Tamoxifen Bawa Bencana.

Bagian 5: Mimpi Saya dan Pengalaman Dekat Maut

Bagian 6: Penyembuhan Empat Hari Saya Setelah Perawatan di CA Care

Bagian 7: Perjalanan Saya Yang Kurang Pengetahuan

Lebih Baik Aku Mati Daripada Menderita

May (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita berumur 55 tahun. Suaminya telah meninggal akibat serangan jantung tiga tahun lalu, pada umur 62 tahun. May didiagnosa menderita kanker payudara pada tahun 2000. Ia menjalani operasi mastektomi dan diikuti enam siklus kemoterapi. Setelah itu ia mendapat obat Tamoxifen. Tiga tahun kemudian, kanker menyebar ke sisi kanan payudaranya meskipun faktanya ia telah mendapat terapi Tamoxifen selama tahun-tahun itu. May kembali menjalani enam siklus kemoterapi diikuti dengan duapuluh sesi radioterapi pada daerah leher dan payudara. Sayangnya, kanker menyebar ke lehernya. May menjalani kembali empat siklus kemoterapi.

Dari July 2005 sampai Maret 2006, ia mengkonsumi obat oral, Femara. Lalu sejak April 2006 sampai July 2006, Ia mengkonsumsi Xeloda.

Putrinya memberitahu kami bahwa May menderita nyeri yang tidak tertahankan. Ketika ia tidak tahan dengan nyerinya, ia melepas pakaiannya dan lari mengelilingi rumah. Pada satu waktu May mencoba untuk melompat dari jendela untuk bunuh diri. Lengan dan daerah sekitar payudara dan lengannya bengkak dan mengeras. Ia merasa sangat panas dari dalam tubuhnya. Ia memutuskan untuk menyerah dari terapi medis lebih lanjut dan mencari kamu untuk pertolongan pada akhir Juli 2006. Gambar berikut ini dapat menjelaskan lebih lanjut tentangnya waktu sekarat.

Komentar : Andrew Weil (dalam tulisannya “Health and healing” (Kesehatan dan penyembuhan)) menulis : There is never ending struggle … patients are sucked into same way of thinking … finding themselves more and more dependent on the system giving one treatment after another. (Perjuangan tiada akhir … pasien terseret pada pola pikir yang sama … mereka semakin tergantung pada sistem pengobatan yang diberikan setelah pemberian pengobatan yang lain.)

Profesor Jane Plant (dalam tulisannya “in Life in your hands” (hidup di tangan anda)) menulis : This sounds like a battle between the disease and the treatments – with the patient as the battle ground …Conventional cancer treatment can process patients to the extent that they no longer understand what is really being done to them. (Ini seperti pertempuran antara penyakit dan pengobatan – dengan pasien sebagai lahan pertempurannya … Terapi kanker konvensional dapat membuat pasien tidak lagi menyadari apa yang telah dilakukan pada mereka.)

Dr. Lai Gi-ming, Komite medik Onkologi Taiwan, Institut Penelitian Nasional mengatakan : The thing that most frustrates modern doctors is that, after surgery, chemotherapy and radiotherapy, all they can do is keep chasing and chasing the cancer! (Hal yang paling membuat frustasi dokter modern adalah setelah mereka melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi, yang dapat mereka lakukan hanyalah mengejar dan mengejar kanker itu !)

Fransiska Meninggal Setelah Operasi, Radioterapi, Kemoterapi, Herceptin, Tamoxifen, Xeloda dan Tykerb

(Hidup di bumi adalah suatu pengalaman hidup. Biarlah kematian Fransiska menjadi pelajaran berharga bagi mereka yang seperti-nya)

Fransiska, berasal dari Jakarta, berumur tiga puluh dua tahun waktu ia menemukan ada benjolan sebesar 1,6 cm pada payudara kirinya yang akhirnya didiagnosa sebagai kanker. Pada waktu yang bersamaan ayahnya meninggal karena kanker. Pada November 2004, ia melakukan operasi pengangkatan benjolan di salah satu Rumah Sakit di Singapura. Sayangnya beberapa kelenjar getah bening di ketiaknya juga terinfeksi. Setelah operasi, Fransiska mendapat tiga puluh lima kali terapi radiasi. Ia merasa lebih baik setelah itu.

Pada Januari 2007, yaitu, dua tahun setelah terapi radiasi, Fransiska diberitahu bahwa kankernya telah menyebar ke paru-parunya. Ia melakukan kemoterapi dan mendapat enam siklus Taxol dan injeksi Herceptin. Satu kali injeksi Herceptin seharga 2,500 S$ dan Fransiska telah delapan kali diinjeksi. Dokter ahli kankernya ia harus melanjutkan Herceptin, tetapi Fransiska memutuskan untuk berhenti setelah delapan kali injeksi karena ia tidak mampu lagi membiayai pengobatannya lagi.

Pada July 2007, Fransiska mendapat terapi Tamoxifen. Sebulan kemudian, hasil Scan pada tulangnya menunjukkan kanker telah menyebar ke tulang punggungnya pada T12.

Pada Januari 2008, hasil Scan otaknya menunjukkan terdapat massa 8 x 7 mm pada otaknya. Dan juga terlihat massa sebesar 1,4 x 9,0 cm pada hatinya. Fransiska diminta oleh dokternya untuk menghntikan terapi dengan Tamoxifen. Ia diberi resep obat minum untuk kanker – Xeloda dan Tykerb (lapatinib). Biaya tiga minggu pengobatan dengan Tykerb seharga S$2.500.

Fransiska memberitahu kami bahwa ia sadar dengan “efek samping yang buruk” dari terapi medisnya, tetapi ia tidak ada pilihan lain. Ia tidak tahu apalagi yang harus dilakukan kecuali menuruti saran dokter.

Pada November 2004, Fransiska mulai membuat jadwal meminum jus dengan Apel, Beet Root (akar-akaran buah bit), dan wortel (carrot) (ABC). Ia juga menggunakan biji aprikot (sumber vitamin B17), cengkeh, cairan obat dari racikan walnut hitam (black walnut) dan akar-akaran. Sebagai tambahan ia juga memakai IP6, spirulina, Perfect Food, dan Vitamin C dosis tinggi. Ia menghentikan mengkonsumsi semuanya pada tahun 2007 ketika kanker menyebar ke paru-parunya.

Pada Februari 2005, ia melakukan detoksifikasi (penetralisiran racun) dan program peremajaan dengan program jus ABC dan kopi enema. Ia meneruskan semua ini sampai ia melihat darah pada urinnya. Ia menghentikan program ini.Fransiska juga mengkonsumsi nanas dan pepaya.

Fransiska sadar akan keharusan mengkonsumsi makanan sehat. Ia mengkonsumsi jus buah dan sayuran, ia juga menghindari gla putih, minyak, telur, semua daging dan makanan siap saji. Ia mengkonsumsi sirip hiu namun lama-kelamaan ia hentikan karena itu tidak efektif.

Ia menderita sakit kepala, mual, dan tekanan darahnya sangat rendah. Fransiska datang kembali ke dokter ahli kankernya pada Agustus 2008. Hasil scan menunjukkan kanker telah menyebar ke otaknya. Hasil CT-Scan bagian abdomen (perut) menunjukkan :

  • Metastasis pada kedua lobus hepar. Lesi terbesar pada lobus kiri berukuran 2,0 x 1,8 cm dan yang terbesar pada lobus kanan berukuran 1,5 x 1,4 cm.
  • Sklerosis stabil pada korpus vertebra T12.

Para ahli kanker menyimpulkan kanker ini telah berkembang dan menyarankan dua pilihan :

  • Fransiska menjalani kemoterapi lagi ditambah dengan Lapatinib, atau
  • Ia meneruskan menggunakan Lapatinib; menerima injeksi secara reguler untuk menguatkan tulangnya dan terapi untuk meredakan gejala-gejala menopausenya. Sebelumnya Fransiska diterapi dengan Zoladex untuk menghentikan menstruasinya.
  • Fransiska sering menulis kepada kami memohon bantuan. Email terakhir yang saya terima darinya pada tanggal 30 Oktober 2008 ketika ia mengeluhkan masalah pencernaan. Dengan sedih saya beritahukan bahwa Fransiska jatuh kedalam keadaan koma dan meninggal 2 tahun kemudian, pada pertengahan December 2008. Kematiannya datang empat tahun setelah didiagnosa kanker payudara. Bahkan obat termahal dan terbaru untuk kanker tidak dapat menolong dirinya.

Komentar: Ini memang kisah yang tragis namun telah terjadi berulang-ulang – kanker payudara berkembang menjadi stadium IV dan tidak dapat disembuhkan. Apakah yang salah ? Pada kenyataannya tidak ada yang salah. Fransiska mengikuti apa yang dokternya ingin dia lakukan. Ia menjalankan Seni terapi medis di Singapura. Yee, seorang wanita berusia 40 tahun dari Penang juga meninggal dengan cara yang sama. Ia menderita kanker payudara stadium awal. Melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi, mengkonsumsi Tamoxifen dan Tykerb selain Herceptin. Ia berakhir dengan metastase pada paru-paru, tulang, hati dan terakhir pada otaknya. Ia meninggal setelah menghabiskan lebih dari 100.000 RM untuk terapinya.

Di CA Care, dengan pengalaman kami yang lebih dari tigabelas tahun, kami melihat tiga fenomena yang sering trjadi pada penderita kanker payudara.

1. Pertama, data kami menunjukkan bahwa pasien kanker payudara (di Malaysia) yang melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi dan mengkonsumsi Tamoxifen mengalami penyebaran ke tulang, paru-paru, dll. setelah beberapa tahun. Pasien (di Indonesia) yang beralih ke pengobatan tradisional atau ang tidak mengikuti terapi standard medis tidak menderita metastase yang luas atau menderita metatase yang luas pada akhirnya.

2. Pasien usia muda yang menjalani seluruh paket terapi medis untuk kanker payudara, cenderung unruk menderita metastase yang lebih parah.

3. Sekarang dengan tersedianya Herceptin, kami mulai melihat pasien menderita metastase pada otak. Apakah ada koreksi mengenai pengobatan ini dan hubungannya dengan metastase pada otak?

Kami menyadari bahwa penelitian kami hanya gurauan dan untuk itu dapat disanggah. Sebuah penelitian di internet memberikan beberapa kesimpulan yang cukup berharga untuk dijadikan sebagai catatan.

Boston Globe (A new peril for breast cancer survivors oleh Liz Kowalczk, 7 February 2006)mengangkat cerita tentang Amy Socia yang didiagnosa menderita kanker payudara ketika berusia 43 tahun. Ia menjalani operasi mastektomi, operasi rekonstruksi payudara, radioterapi, dan kemoterapi. Disamping terapi medisnya kanker menyebar ke hati dan tulang belakangnya. Amy diberikan resep apa yang kita sebut obat yang menjanjikan – Herceptin – dan “secara ajaib” kankernya mulai menyusut! Tapi itu tidak lama. Tidak lama setelah itu (lima tahun setelah pertama kali didiagnosa) dua tumor tampak pada otaknya. Ini membuat Amy menyimpulkan :Tidak ada obat untuk kanker payudara yang bermetastase. Itu tidak akan pergi. Kamu hanya berpindah dari satu terapi ke terapi lainnya”. Cerita Amy tidak jauh berbeda dengan Fransiska.

Fransiska diterapi dengan lapatinib (Tykerb) dan capecitabine (Xeloda). Terapi modern ini telah diperlihatan dalam satu penelitian “to shrink brain metastasis significantly in six percent of 241 patients.” (mengecilkan persentase metastase otak secara signifikan pada enam persen dari 241 pasien). Pada situs resmi lapatinib: www.tykerb.com, kita dapat membaca informasi sebagai berikut:

  • Tidak ada obat untuk kanker payudara yang bermetastase, tapi itu dapat diterapi.
  • Beberapa wanita mungkin dapat berkembang dan terjadi kerusakan hati selama mengkonsumsi Tykerb. Pada beberapa kasus, kerusakan hati mungkin dapat fatal dan menyebabkan kematian.
  • Efek samping dari Tykerb adalah : mual, muntah, rasa terbakar pada uluhati, kehilangan nafsu makan, kemerahan, nyeri pada tangan dan kaki, ruam pada kulit, kulit kering, nyeri pada bibir, mulut, atau tenggorokan, sakit pada tangan, kaki, atau punggung, kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur, rasa sesak nafas, batuk, batuk dengan dahak yang berdarah atau berwarna pink, denyut jantung yang cepat dan irreguler, kelelahan atau kelemahan dan bengkak pada tangan, kaki, pergelangan, atau betis.

Pasien harus ingat bahwa menterapi kanker bukan berarti kanker dapat disembuhkan! Untuk mengobati berarti menghabiskan banyak sekali uang tetapi terapinya tidak dapat mengobati. Pengecilan tumor juga bukan berarti sembuh! Lapatinib menyebabkan kerusakan hati. Bukankah ini yang terjadi pada kasus Fransiska?

Efek samping dari Herceptin antara lain: Demam dan rasa dingin (biasa terjadi saat pengobatan pertama kali), gagal nafas dan gagal jantung, diare, sakit kepala, mual, dan muntah, nyeri, ruam pada kulit, dan kelemahan. Bagaimanapun juga, yang paling tidak mengenakan dari laporan tentang Herceptin adalah metastase otak.

Laporan tanggal 13 Desember 2001 oleh Robert Carlson menyatakan:

  • Diketahui pasien kanker payudara dengan metastase lebih sering berkembang menjadi metastase tulang, tetapi pada pasien yang menggunakan Herceptin terlihat peningkatan resiko dari metastase otak dibandingkan dengan metastase tulang.

Jurnal, Kanker (15 Juni 2003, Vol: 97:2972-2977), menyatakan:

  • Metastase karsinoma payudara ke otak adalah umum pada pasien yang menerima pengobatan dengan obat Herceptin.
  • Sekitar 6 sampai 16% wanita dengan metastase kanker payudara mengalami penyebaran ke otak tetapi pasien yang menerima pengobatan Herceptin sebagai terapi pertolongan pertama mempunyai resiko yang besar untuk berkembang menjadi penyakit CNS (otak) (42%)

Pertanyaan yang mungkin anda tanyakan: Apa bubungannya observasi di atas dengan penyebaran pada otak Fransiska? Apa yang mungkin terjadi dengan keacuhan Fransiska – Akankah dia meninggal karena kanker pake payudara dalam 4 tahun? Apa yang mungkin menjadi penyebab sebenarnya dari kematian dia?