



Para penulis: Dr John Lee, lulus dari Harvard University dan University of Minnesota Medical School. Dia adalah seorang ahli dalam terapi sulih hormon alami. Dr David Zava, adalah seorang Ph.D.dan Virginia Hopkins,MA adalah seorang penulis medis yang mengkhususkan diri dalam kesehatan perempuan.
Mengapa kedokteran modern berjalan di tempat dalam upayanya untuk mengobati kanker payudara?
Penelitian kami telah menemukan bahwa jawaban atas pertanyaan ini terletak terutama
Selama beberapa dekade terakhir, pengobatan konvensional hanya melakukan sangat sedikit sekali perbedaan yang berarti dalam hal apa yang terjadi pada Anda jika Anda terserang kanker payudara, dan hampir tidak ada yang dilakukan untuk mengurangi insiden timbulnya penyakit.
Pengobatan Kanker Payudara
Jadi apa yang tersisa bagi dokter konvensional untuk mengobati pasien kanker payudara ? Tidak ada, selain operasi pengangkatan tumor yang sama yang sudah mereka lakukan lima puluh tahun yang lalu.
Dokter-dokter di Amerika perlu menghadapai kenyataan pahit bahwa faktanya terapi saat ini tidak bekerja dan harus membuka mata mereka mencari alternatif untuk pencegahan dan pengobatan kanker payudara.
Radioterapi
Tamoxifen
Kemoterapi
Politik Industri Kanker Payudara
Wanita – Takut dan Bingung
Pada saat Anda menambahkan atas biaya operasi, radiasi, chemo, rumah sakit, dll, harganya sekitar US$ 350.000 untuk mati kanker di Amerika.
Tentu saja, perawatan medis konvensional modern mungkin efektif /bekerja.
Sebagai Dr. Julian Whitaker, MD, berkata, kemoterapi dan radiasi adalah placebos yang berbahaya. Dan kadang-kadang bekerja placebos ~ Frank Cousineau.
Apa yang terjadi di Amerika saat ini sama-sama benar di Malaysia. Lihatlah apa terjadi di Penang:Mati Dalam ICU Setelah Bedah untuk kanker ovari adan chemo untuk lymphoma
http://cacare.com/index.php?option=com_easyfaq&task=cat&catid=125&Itemid=39
Eddy dari Indonesia datang ke tempat kami pada 18 Juni 2007. Dia membawa ayah mertuanya yang menderita limfoma untuk menemui kami. Ini adalah kunjungan Eddy yang kedua. Kunjungan pertamanya pada tanggal 22 April 2005 ketika dia datang bersama koleganya untuk mencari pertolongan kami berhubung ayah koleganya, Sugi, yang menderita kanker paru.
Selama kunjungan Juni 2007, saya mendapat informasi tentang kesehatan Sugi dari Eddy – Apakah beliau masih hidup? Jawabannya adalah: Tentu, dia baik-baik saja. Saya sangat terkejut dan bahagia dengan berita yang indah ini. Saya mencari file Sugi dan mencatat cerita yang hampir terlupa.
Sugi (nama samaran) tidak merokok. Dia berumur 67 tahun pada Agustus 2003, ketika dia merasa nyeri pada mulutnya dan sakit kuning. Dia pergi menemui dokter dan melakukan CT Scan dan menemukan kanker di parunya. Dokter memberitahu Sugi bahwa dia cuma mempunyai enam bulan untuk hidup, meskipun kenyataannya ia terlihat sehat. Seseorang memberitahu Sugi tentang CA Care dan dia memutuskan untuk mengkonsumsi obat herbal kami: Kapsul A, Teh Paru 1 dan Paru 2. Sugi mengkonsumsi obat herbal selama delapan bulan tetapi sakit kuningnya menetap. Dia kehilangan keyakinan terhadap terapi kami dan memutuskan untuk mengkonsumsi obat herbal dari sumber lain. Tetapi Sugi tidak menerima pengobatan medis apapun.
Pada 22 April 2005, putra Sugi datang ke Penang dan mencari pertolongan kami. Dia memberitahu kami bahwa Sugi pergi menemui dokter dua minggu sebelum kunjungan ini dan sekali lagi Sugi diberitahu bahwa dia cuma mempunyai empat bulan untuk hidup. Putra Sugi bilang: Pada kunjungan pertama ke dokter, ayah saya diberitahu bahwa dia Cuma mempunyai waktu enam bulan untuk hidup dan sekarang tlah dua tahun dan dia tetap hidup. Dua minggu sebelumnya, dokter mengatakan bahwa ayah saya cuma mempunyai empat bulan untuk hidup. Dokter menganjurkan ayah saya melakukan operasi untuk mengangkat tumor tetapi ayah saya menolak.
Setelah mendapat informasi terbaru tentang konisi Sugi, kami menganjurkan Sugi untuk mengkonsumsi Kapsul A, Teh Paru 1 dan Paru 2, Teh-C, T & E, dan Teh S & M).
Pada 1 Juli 2005, kami menerima email dari putra Sugi dengan pesan sebagai berikut:
Setelah mengunjungi anda April 2005 lalu, saya ingin berbagi dengan anda tentang kondisi kanker paru ayah saya. Ayah saya telah mengalami peningkatan kesembuhan secara signifikan dalam arti peningkatan berat badan (dari 54 kg sampai 61 kg). Secara visual dia tampak lebih baik dan dia merasa baikan juga. Saya berterima kasih dengan tulus dan menghargai semua nasehat baik dan obat herbal anda.
Saya mengirim e-mail ke putra Sugi meminta informasi perkembangan akan kesehatan ayahnya. Pada 2 Juli 2007, saya mendapat balasannya.
Hello, Dr. Chris,
Sudah cukup lama sejak terakhir kali saya menulis kepada anda tentang kondisi ayah saya. Kami tentu saja benar-benar bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa melalui tangan Dr. Chris, bahwa ayah saya masih sanggup untuk hidup sampai hari ini. Sekarang, ayah saya sanggup melakukan apa yang dia mau layakya orang yang normal.
Biarkan saya menjawab pertnayaan anda:
a) Bagaimana keadaan ayah anda belakangan ini? Dapat makan? Dapat tidur? Dapat bergerak tanpa masalah apapun?
Kesehatan ayah saya, berdasarkan penampilan visual sangatlah baik. Nafsu makannya sangat baik dan dia masih mengobservasi pantangan diet seperti yang tertulis oleh Dr. Chris dalam bukunya, Food and Cancer. Setiap pagi, ayah saya berjalan sejauh 3 km untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Tidurnya sangat baik. Dia pun dapat bergerak tanpa keluhan apapun.
b) Setelah kamu dan Eddy datang menemui saya di Penang sampai sekarang, apakah ayah anda pernah menemui dokter lagi?
Ayah saya hanya pergi menemui dokter sekali. Dia menerima suntikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Setelah itu, ayah saya menerima suntikan setiap bulannya. Terapi ini tampaknya bagus tetapi saya tidak tahu efeknya terhadap kankernya.
c) Apakah ayah anda juga mengkonsumsi obat herbal lain selain obat herbal CA Care?
Dia cuma mengkonsumsi obat herbal anda. Tetapi sejak tiga bulan yang lalu, ayah saya berhenti mengkonsumsi obat herbal anda. Saya kira itu karena dia bosan dengan obat herbal.
Komentar
Ini adalah satu kasus yang hampir terlupakan dalam rekaman kami. Sugi berasal dari Jawa Tengah dan ketika dia memulai mengkonsumsi obat herbal dia tidak datang kepada kami secara pribadi. Jadi tidak terdapat banyak komunikasi di antara kita. Sayangnya pada pengobatan pertama sakit kuningnya tidak menghilang setelah mengkonsumsi obat herbal. Alasannya jelas – dia tidak diberikan teh sakit kuning untuk diminum. Pengalaman kami menunjukkan bahwa Jaundice Heat atau Jaundice Cold tea(Teh panas sakit kuning dan Teh dingin sakit kuning), efektif untuk kondisi seperti berikut. Walaupun Sugi menderita sakit kuning, sangatlah mengejutkan bahwa dokter mengindikasikan bahwa hatinya dalam kondisi baik.
Cerita ini menegaskan satu aspek menyedihkan tentang pengobatan ilmiah. Ketika pasien didiagnosa dengan kanker paru (atau kanker apapun), beberapa dokter secara bervariasi mencoba berperan sebagai Tuhan dan menentukan prognosisnya: Anda menpunyai waktu tiga bulan untuk hidupatau Anda mempunyai waktu enam bulan untuk hidup. Komentar seperti itu tentu saja sangat merusak. Saya berpikir apa tujuan diutarakan komentar negatif seperti itu. Apakah ini suatu cara untuk menanamkan rasa takut dan terror pada diri pasien? Apabila pasien didorong sampai tahaptidak tertolong dan tidak ada harapan mereka menjadi lebih penurut dengan semua pengobatan yang ditawarkan. Bagi dokter, operasi, kemoterapi dan radioterapi merupakan satu-satunya cara untuk berurusan dengan kanker – cara lainnya adalah hocus pocus dan tidak terbukti.
Sayangnya cerita ini membuktikan sebaliknya. Tanpa perawatan pencegahan ini, Sugi lebih baik. Dia mempertahankan kesehatannya yang baik dan sehat secara fisik, emosional dan juga secara keuangan. Sudah hampir empat tahun sejak Sugi didiagnosa dengan kanker paru. Marilah kita berdoa untuk Sugi supaya dapat bertahan hidup beberapa tahun lagi. Keberhasilan Sugi karena penolakannya terhadap logika medis, jika anda percaya akan sesuatu yang namanya logika pada bidang medis!
May (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita berumur 55 tahun. Suaminya telah meninggal akibat serangan jantung tiga tahun lalu, pada umur 62 tahun. May didiagnosa menderita kanker payudara pada tahun 2000. Ia menjalani operasi mastektomi dan diikuti enam siklus kemoterapi. Setelah itu ia mendapat obat Tamoxifen. Tiga tahun kemudian, kanker menyebar ke sisi kanan payudaranya meskipun faktanya ia telah mendapat terapi Tamoxifen selama tahun-tahun itu. May kembali menjalani enam siklus kemoterapi diikuti dengan duapuluh sesi radioterapi pada daerah leher dan payudara. Sayangnya, kanker menyebar ke lehernya. May menjalani kembali empat siklus kemoterapi.
Dari July 2005 sampai Maret 2006, ia mengkonsumi obat oral, Femara. Lalu sejak April 2006 sampai July 2006, Ia mengkonsumsi Xeloda.
Putrinya memberitahu kami bahwa May menderita nyeri yang tidak tertahankan. Ketika ia tidak tahan dengan nyerinya, ia melepas pakaiannya dan lari mengelilingi rumah. Pada satu waktu May mencoba untuk melompat dari jendela untuk bunuh diri. Lengan dan daerah sekitar payudara dan lengannya bengkak dan mengeras. Ia merasa sangat panas dari dalam tubuhnya. Ia memutuskan untuk menyerah dari terapi medis lebih lanjut dan mencari kamu untuk pertolongan pada akhir Juli 2006. Gambar berikut ini dapat menjelaskan lebih lanjut tentangnya waktu sekarat.
Komentar : Andrew Weil (dalam tulisannya “Health and healing” (Kesehatan dan penyembuhan)) menulis : There is never ending struggle … patients are sucked into same way of thinking … finding themselves more and more dependent on the system giving one treatment after another. (Perjuangan tiada akhir … pasien terseret pada pola pikir yang sama … mereka semakin tergantung pada sistem pengobatan yang diberikan setelah pemberian pengobatan yang lain.)
Profesor Jane Plant (dalam tulisannya “in Life in your hands” (hidup di tangan anda)) menulis : This sounds like a battle between the disease and the treatments – with the patient as the battle ground …Conventional cancer treatment can process patients to the extent that they no longer understand what is really being done to them. (Ini seperti pertempuran antara penyakit dan pengobatan – dengan pasien sebagai lahan pertempurannya … Terapi kanker konvensional dapat membuat pasien tidak lagi menyadari apa yang telah dilakukan pada mereka.)
Dr. Lai Gi-ming, Komite medik Onkologi Taiwan, Institut Penelitian Nasional mengatakan : The thing that most frustrates modern doctors is that, after surgery, chemotherapy and radiotherapy, all they can do is keep chasing and chasing the cancer! (Hal yang paling membuat frustasi dokter modern adalah setelah mereka melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi, yang dapat mereka lakukan hanyalah mengejar dan mengejar kanker itu !)