Ini adalah e-mail yang saya terima pada akhir November 2010.
Dear Dr Teo,
Ibu saya berusia 68 tahun. Dia dideteksi terkena kanker payudara stadium 3 B pada bulan Juni 2008, setelah melakukan pemeriksaan di Bandung, Indonesia dan juga sudah dikonfirmasi oleh National Cancer Centre, Singapore. Mengingat saya bekerja di Singapura, dia bersedia untuk datang ke sini untuk melakukan perawatan (2 kali operasi dan kemoterapi 18 kali) di mana saya dapat merawat dan menemani dia setelah melalui perawatan yang menyakitkan. Tapi setelah 2 tahun dengan kemoterapi 18 kali, kankernya tidak dapat disembuhkan.
Minggu lalu dokter onkologi nya menyebutkan bahwa tidak perlu lagi baginya untuk menjalani kemoterapi karena “TIDAK ADA HARAPAN UNTUK SEMBUH , HANYA DAPAT MEMPERPANJANG HIDUPNYA UNTUK SEMENTARA SAJA “ Kankernya sekarang sudah menyebar ke kulit dan menyebabkan tangan kirinya bengkak. Dia merasa sangat tidak nyaman disebakan karena tangannya merasa kaku, warna kulitnya kemerahan, terasa panas dan nyeri pada bagian kulit tangannya tsb
Dua minggu yang lalu, seorang teman saya yang tinggal di Indonesia, memperkenalkan kepada saya tentang tumbuhan keladi tikus (yang ditemukan oleh Anda). Setelah mencoba dia merasa lebih baik dan kulitnya yang basah mulai kering demikian juga bau busuk dari bagian bawah lengannya sudah hilang.
Saya sangat sedih dan terus berdoa agar supaya dia dapat memiliki kekuatan untuk melewati keadaan ini. Saya percaya bahwa Tuhan akan menyembuhkan ibu saya jika saya memiliki iman dan kepercayaan kepada Nya. Saya sangat mengharapkan bantuan dan dukungan yang besar dari Anda untuk mengobati ibu saya.
Pada tanggal 7 November 2010, Intan (bukan nama sebenarnya) dan putrinya datang menemui kami di Penang. Ini suatu malam yang betul-betul sangat menyedihkan dan menyentuh hati, saat melihat Intan berjuang untuk berjalan masuk ke dalam ruangan Klinik kami.
Di dalam usia ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, kita mempunyai keyakinan bahwa kita sebenarnya sudah mengetahui semua jawaban atas masalah kita. Tapi dalam kasusnya Intan, yang saya lihat pada malam ini, membuktikan suatu keadaan yang realistis dari situasi saat ini. Kata-kata dari Amy Cohen Soscia, seorang pasien kanker payudara dari Amerika Serikat, telah mengingatkan saya : “Tidak ada obat untuk kanker payudara metastatic. Tidak pernah ada. Anda hanya berpindah dari satu pengobatan ke pengobatan lainnya. ”
Riwayat Medis: Sekitar tahun 2008, Intan terjatuh dan merasakan sakit di bagian payudara kirinya. Setelah menjalani pemeriksaan USG dan Mamografi di Bandung menunjukkan ada benjolan di payudaranya. Dia kemudian pergi ke Singapura dan menjalani operasi mastektomi. Laporan histopatologi menyatakan bahwa tumor berukuran 5,5 cm tersebut adalah tumor ganas grade 3. Dua belas dari lima belas kelenjar getah beningnya sudah terinfeksi kanker.
Dokter mengatakan bahwa Intan hanya memiliki waktu tiga bulan lagi untuk hidup. Mengingat bahwa pengobatan modern tsb tidak dapat menawarkan harapan banyak, kemudian putrinya mencari seorang sinseh Cina untuk meminta bantuan. Dia mulai dengan pengobatan herbal. Dan Intan kemudian menjalaninya selama sembilan bulan, tetapi setelah itu ia mengalami sesak nafas.
Dia kemudian dirawat di Changi General Hospital. Dokter telah menyedot cairan sebanyak 3,5 liter dari paru-parunya. Setelah itu dia kemudian dikirim ke Singapore General Hospital untuk pengobatan lebih lanjut.
Pada bulan Juni 2009, dia mulai dengan kemoterapi oral – menggunakan Xeloda selama 2 bulan. Pengobatan ini tidak efektif. Dokter beralih ke kemoterapi intravena menggunakan Vinorelbine. Setelah 2 siklus, pengobatan ini dianggap tidak efektif. Intan kemudian menjalani 4 siklus kemoterapi lagi dengan kombinasi Vinorelbine dan Gemcitabine. Kombinasi ini juga tidak efektif.
Dokter beralih lagi dengan hanya memberikan Doxorubisin saja. Intan menjalani terapi mono ini sampai 7 siklus. Ini juga tidak efektif. Dokter kemudian beralih lagi ke Taxol dan Intan menjalani 2 siklus pengobatan ini. Sekali lagi hasilnya tidak baik.
Intan kemudian diberikan lagi obat kemo oral Xeloda selama sebulan dan setelah itu dia beralih lagi ke terapi hormonal (putrinya lupa nama obat tsb). Tetapi kanker masih tetap menyebar. Sekali lagi Intan diberikan Taxol selama 2 siklus. Dan setelah Taxol, dokter menyarankannya lagi dengan Herceptin. Tetapi Intan menolak untuk menerima perawatan medis lebih lanjut.
Semuanya ini adalah sebuah pengalaman yang pahit dan telah membuat frustasi bagi Intan.