Kanker Lidah: Tak Mau Lagi Kemo

  1. Mulai sebagai satu luka yang tidak sembuh-sembuh selama 2 tahun.
  2. Dokter bilang kanker dan menjalani rawat medis di Kuala Lumpur.
  3. Radioterapi dan kemoterapi – gagal.
  4. Kanker menyebar. Lidah mengecut dan menjadi pendik.
  5. Tidak mau kemo lagi.
  6. Cuba rawatan alternatif di Jakarta – electrofrekuensi. Perdarahan.
  7. Ke hospital di Surabaya.

Resensi Buku: “What your doctor may not tell you about Breast Cancer” (Apa yang dokter anda tidak mungkin mengatakan kepada Anda tentang Kanker Payudara)

Para penulis:  Dr John Lee, lulus dari Harvard University dan University of Minnesota Medical School. Dia adalah seorang ahli dalam terapi sulih hormon alami. Dr David Zava, adalah seorang Ph.D.dan Virginia Hopkins,MA adalah seorang penulis medis yang mengkhususkan diri dalam kesehatan perempuan.

Mengapa kedokteran modern berjalan di tempat dalam upayanya untuk mengobati kanker payudara?
Penelitian kami telah menemukan bahwa jawaban atas pertanyaan ini terletak terutama

  • Politik kedokteran
  • Industri Kanker-Payudara.
  • Dan industri yang menciptakan polusi yang berkontribusi terhadap kanker payudara
  • Kekuatan yang akan menjaga agar hal-hal tetap sama –  mereka sangat kuat dan sudah berakar.

Selama beberapa dekade terakhir, pengobatan konvensional hanya melakukan sangat sedikit sekali perbedaan yang berarti dalam hal apa yang terjadi pada Anda jika Anda terserang kanker payudara, dan hampir tidak ada yang dilakukan untuk mengurangi insiden timbulnya penyakit.

Pengobatan Kanker Payudara

  1. Statistik dengan jelas memberitahu kita bahwa obat-obatan konvensional untuk mengobati kanker payudara, seperti tamoxifen, radiasi dan kemoterapi saja tidak berguna untuk jangka panjang.
  2. Terapi kanker payudara saat ini adalah cara melakukan sesuatu yang tidak tahu harus berbuat apa lagi.
  3. Bagaimana kita bisa begitu berani untuk menyatakan bahwa pengobatan medis konvensional untuk kanker payudara tidak bekerja? Hal tersebut didokumentasikan dengan baik. Tampaknya seolah-olah setiap kali kita membuka sebuah jurnal medis, ada sebuah artikel yang menunjukkan kepada kita bahwa pengobatan kanker payudara konvensional tidak efektif, berbahaya, atau bahkan keduanya.
  4. Bukti-dasar kedokteran telah menunjukkan
  • Mammogram tidak benar-benar menyelamatkan hidup.
  • Terapi radiasi tidak benar-benar menyelamatkan hidup.
  • Tamoxifen tidak benar-benar menyelamatkan hidup.
  • Kemoterapi tidak menyelamatkan nyawa.

Jadi apa yang tersisa bagi dokter konvensional untuk mengobati pasien kanker payudara ? Tidak ada, selain operasi pengangkatan tumor yang sama yang sudah mereka lakukan lima puluh tahun yang lalu.
Dokter-dokter di Amerika perlu menghadapai kenyataan pahit bahwa faktanya terapi saat ini tidak bekerja dan harus membuka mata mereka mencari alternatif untuk pencegahan dan pengobatan kanker payudara.

Radioterapi

  • Radiasi melenyapkan tumor kanker payudara dalam persentase kecil pada wanita, tapi pada prosesnya menyebabkan banyak dari mereka meninggal oleh karena penyakit lain.
  • Tidak ada manfaat jangka panjang menggunakan terapi radiasi untuk mengobati kanker payudara, karena meskipun kanker mungkin tidak kambuh di lokasi radiasi, kemungkinan angka keselamatan hidup secara keseluruhan tetap sama atau bahkan sedikit lebih buruk.
  • Dan  meskipun faktanya bahwa radiasi membantu sebagian kecil wanita dan pada akhirnya membunuh banyak dari orang-orang yang terbantu dalam jangka pendek, dan terapi radiasi tetap menjadi standard dalam kedokteran untuk terapi wanita yang dengan kanker payudara.
  • Meskipun begitu … jika Anda memiliki kanker payudara, dokter anda kemungkinan besar akan bersikeras bahwa Anda harus menjalani terapi radiasi daripada mencari alternatif kemungkinan terapi yang lebih aman.
  • Bagaimana ini bisa terjadi ?

Tamoxifen

  • Kami berharap bahwa mereka yang mempromosikan tamoxifen agar ingat untuk menyebutkan berapa banyak wanita yang menderita:
  • Gangguan pembekuan darah.
  • Penurunan penglihatan.
  • Penurunan kualitas hidup (hot flashes (aura panas), berkeringat di malam  hari)
  • Berapa banyak perempuan telah terpaksa melakukan histerektomi karena keagresifan dari tamoxifen yang dapat menyebabkan kanker rahim?
  • Jarang disebutkan bahwa wanita dapat meninggal karena kanker rahim yang disebabkan oleh pemakaian tamoxifen.
  • Tamoxifen telah beredar selama 25 tahun dan efeknya pada pencegahan kanker payudara masih diperdebatkan. Bukankah hal ini memberitahu kita sesuatu.
  • Satu-satunya alasan ini adalah suatu pengobatan yang populer sekarang adalah bahwa tampaknya ahli onkologi berpendapat lebih baik melakukan hal ini daripada tidak melakukan apapun.

Kemoterapi

  • Kemoterapi adalah suatu upaya untuk meracuni tubuh yang hanya mempersingkat kematian dudalam upayanya untuk membunuh sel kanker sebelum seluruh tubuh terbunuh. Dan sebagian besar terapi ini tidak berhasil.
  • Beberapa kemoterapi dapat memperpanjang hidup selama beberapa bulan, tetapi pada umumnya harus membaya harga yang tinggi atas efek sampingnya yang sangat merusak tubuh. Jika seorang wanita beruntung  dapat bertahan dari perlawanannya terhadap kanker, tubuhnya rusak secara permanen, dan mempunyai tingkat kekambuhannya yang tinggi..
  • Penggunaan kemoterapi adalah murni spekulasi, dan kami tidak berpikir itu layak dicoba.  Kadang-kadang hal tersebut berhasil, dan kadang-kadang tidak, dan kadang-kadang itu memperburuk kesehatan.
  • Tampaknya jauh lebih cerdas untuk menemukan terapi alternatif dengan histori yang baik yang dapat membantu tubuh Anda dalam melawan kanker dan meningkatkan taraf kesehatan anda.

Politik Industri Kanker Payudara

  • Mendeteksi kanker dan pengobatan kanker payudara sangat menguntungkan di Amerika Serikat, menghasilkan miliaran dolar per tahun.
  • Mammogram, biopsi, lumpektomi dan mastektomi, dan semua kemoterapi, radiasi dan tamoxifen, menciptakan aliran pendapatan yang substansial untuk rumah sakit, dokter, staf pendukung mereka, mereka yang membuat semua peralatan dan terutama mereka yang membuat obat.
  • Kemana perginya insentif keuangan keluar kerangka ini?

Wanita – Takut dan Bingung

  • Kemanakah wanita dengan kanker payudara seharusnya ? Dia sangat takut dan bingung, tapi dia juga cukup banyak menderita kehancuran akibat oleh roda gigi mesin-mesin medis.
  • Dia akan beringsut ke meja operasi atau ke klinik radiasi bukan karena itu adalah yang terbaik baginya sebagai seorang individu,  dan bukan karena itu adalah apa yang akan benar-benar membantu dan menyembuhkan, tapi karena dia cocok ke dalam slot itu.
  • Itu adalah cara kerja industri mesin kanker payudara, dan tidak ada pilihan lain.
  • Apa yang dipaparkan oleh pengobatan konvensional adalah bahwa dia akan mati jika dia tidak melakukannya.
  • Tapi jika dia menelaah statistik dengan benar, dia akan menyadari bahwa jika dia memiliki non-lokal kanker, yang berarti bahkan jika ia melakukan segala sesuatu yang dokter beritahu dia untuk lakukan masih ada satu dari tiga kemungkinan bahwa dia akan mati, oleh karena kanker atau sebagai akibat dari pengobatan.
  • Jalan menuju kemungkinan sembuh ditaburi dengan pengobatan yang dapat menyebabkan kerusakan permanen. 

Kanker Payudara: Herbal dan e-Terapi Pulihkan Kesejahteraan Nya Setelah 106 kali Perawatan Radiasi Bagian 7: Perjalanan Saya Yang Kurang Pengetahuan

Penghargaan: Izin untuk menggunakan video ini tanpa harus menyembunyikan identitas dirinya diberikan oleh pasien.

Ini adalah kisah pahit-manis Le, seorang perempuan 37 tahun dariIndonesia. Dia datang mengunjungi kami pada tanggal 14 Oktober 2011 setelah didiagnosis dengan kanker payudara yang mungkin telah menyebar ke paru-parunya. Dia datang dengan keluhan sakit nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di sendi-sendi. Dia tidak bisa menekuk jari-jarinya. Dia tidak bisa tidur nyenyak dan batuk.

1. Saya menemukan benjolan kecil di payudara saya pada tahun 2003. Saya mengabaikannya. Pada tahun 2009, benjolan bertambah besar dan saya saya boleh merasa itu waktu terbaring. Saya jumpa seorang dokter yang meyarankan saya buat biopsi. Saya menolak. Saya enggak kemoterapi atau radiasi.

2. Mengapa Anda pergi jumpa dokter itu? Le: Hanya untuk tau adakah benjolan itu kanker atau tidak!

3. Dokter memastikan itu kanker. Saya menolak perawatan medis dan memilih terapi alternatif dan minum suplemen gantinya.

4. Saya minum “sesuatu.” Saya tidak tau apa ramuan itu. Ini berharga enam juta rupiah per bulan. Tumor tumbuh lebih besar.

5. Setelah minum ramuan itu, tumor bertambah lebih besar – tidakkah Anda menyadari bahwa Anda telah ikuti jalan yang salah? Le: Tidak, saya tidak pernah memikirkan itu!

6. Saya tidak tahu harus ke mana lagi. Saya membeli semua jenis produk untuk mencuba. Salah satu suplemen yang saya minum selama satu tahun, berharga 700,00 rupiah se hari – setiap meneguk suplemen ini biaya 700.000 rupiah.

7.Tumor tumbuh bertambah besar, dan akhirnya pecah.

8. Saya tidak punya pilihan lagi.  Saya pun setuju buat radioterapi.

9. Setelah radiasi, tumor mengecil. Tapi empat bulan kemudian tumor yang lain muncul di tulang selangka. Ia bermula sebagai benjolan kecil dan kian membesar sampai jadi benjolan yang sangat besar di leher saya.

10. Mengapa Anda tunggu sampai bejolan tumbuh begitu besar sebelum pergi radiasi sekali lagi? Le: Saya berharap benjolan akan mengecil jika saya minum suplemen.

11. Benjolan bertambah besar semasa Anda minum suplemen. Apa sebab Anda terus makan suplemen itu? Le: Saya terus minum suplemen itu dan tunggu tetapi benjolan kian membesar.

12. Jadi saya pergi  menjalani  lebih radiasi (totalnya saya diberi 106 perawatan radiasi). Kemudian mereka meradiasikan indung telur saya enam kali.

13. Sebelum semua perawatan radiasi saya selesai, satu lagi benjolan muncul di perut saya.

14. Waktu menjalani radioterapi, saya minum tamoxifen. Sepuluh hari setelah tamoxifen pergelangan tangan saya membengkak dan saya tidak bisa menekuk jari saya. Setelah satu bulan minum tamoxifen, saya tidak bisa berjalan.

15. Saya terpaksa guna kerusi roda dan suami saya medukung saya.

16. Teman baik saya dariMakassarmenelefon. Dia bilang tubuh saya tidak bisa tahan lebih radiasi lagi. Saya harus berhenti rawatan radiasi. Tapi di mana saya harus pergi? Saya telah mencoba semua alternatif dan gagal. Teman saya kata kepada saya, “Pergilah ke Chris Teo. Anda dapat mencarinya di internet. ”

17. Saya tanya Anda soalan ini – jika Anda di beri peluang memulai dari awal lagi, dari 2009 ketika Anda terasa benjolan di payudara mu – apa yang akan Anda lakukan? Le: Saya akan datang berjumpa kamu (CA Care). Saya tidak ingin perawatan medis.

18. Bila Anda jumpa benjolan kecil itu, Anda pergi jumpa dokter, tapi mengapa Anda tidak mau di menolong kamu? Le: Saya pergi jumpa seorang “sinseh”. Dia kata bahwa saya  menderita penyakit akibat dosa. Sinseh”apa itu?

19. Saya ingin tau ini, tau kah Anda bahwa jika Anda ada benjolan kanker di payudara mu, pilihan terbaik adalah untuk bejolan itu diambil oleh dokter? Le: Jika saya bertemu dokter kamu  waktu itu, kemungkinan besar saya akan ikut saran kamu dan keluarkan benjolan itu. Karena setelah itu saya dapat minum herbal, oke – itu, saya bersetuju. Tapi saya enggak kemoterapi atau radioterapi setelah operasi. Sayangnya, saya tidak kenal kamu pada masa awal itu.

Dengan kesedihan kami diberitahu bahwa Le harus diopname setelah dia kembali ke Surabaya karena kanker sudah menyebar ke hatinya. Dia meninggal pada 6 Januari 2012.

Baca cerita Le yang lengkap:

Bagian 1: Kesejahteraan  Pulih Setelah Dua Hari Minum Herbal dan e-Terapi

Bagian 2: Terapi Alternatif – Pengobatan Suplemen Dua puluh-Satu-Juta-Rupiah Se Bulan

Bagian 3: Mengapa Saya Menolak Kemoterapi / Pengobatan Medis

Bagian 4: Radiasi Membantu Tapi Tidak Menyembuhkan, Tamoxifen Bawa Bencana.

Bagian 5: Mimpi Saya dan Pengalaman Dekat Maut

Bagian 6: Penyembuhan Empat Hari Saya Setelah Perawatan di CA Care

Bagian 7: Perjalanan Saya Yang Kurang Pengetahuan

Kanker Payudara: Herbal dan e-Terapi Pulihkan Kesejahteraan Nya Setelah 106 kali Perawatan Radiasi Bagian 4: Radiasi Membantu Tapi Tidak Menyembuhkan, Tamoxifen Bawa Bencana

Penghargaan: Izin untuk menggunakan video ini tanpa harus menyembunyikan identitas dirinya diberikan oleh pasien.

Ini adalah kisah pahit-manis Le, seorang perempuan 37 tahun dari Indonesia. Dia datang mengunjungi kami pada tanggal 14 Oktober 2011 setelah didiagnosis dengan kanker payudara yang mungkin telah menyebar ke paru-parunya. Dia datang dengan keluhan sakit nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di sendi-sendi. Dia tidak bisa menekuk jari-jarinya. Dia tidak bisa tidur nyenyak dan batuk.

Anda menjalani radioterapi – berapa kali Anda diradiasi? Le: Seratus enam kali.

Pastikah Anda? Apakah itu betul? Le: Tentu, benar. Saya diberi 25 rawatan radiasi pada payudara kiri saya (a). Selepas itu 25 kali di bawah tulang selangka saya (b). Benjolan lain muncul di payudara kanan saya dan saya lagi diberi 25 rawatan radiasi di payudara kanan saya (c). Kemudian indung telur saya diradiasi – jumlah enam kali. Kanker menyebar sekali lagi ke payudara kiri saya dan saya lagi diberi 25 kali radiasi (d). Sebenarnya saya baru saja menyelesaikan radiasi yang ke-106 beberapa hari yang lalu. dan saya datang ke sini.

Anda diberi satu radiasi sehari, jadi ini bererti Anda telah pergi ke rumah sakit sekurangny 106 kali? Le: Ya.

Adakah Anda lagi mau lebih radiasi? Le: Oh tidak. Saya tidak mau lagi. Itulah sebabnya saya datang ke sini. Setiap kali saya pergi untuk rawatan radiasi, saya berdoa, “O Tuhan, tolong bantulah saya supaya perawatan radiasi ini dihentikan”.

Waktu manjalani radiasi, Anda disarankan minum Tamoxifen? Le: Ya, sebelum mereka memancarkan payudara kanan saya. Suami: Sekitar tiga bulan lalu, pada bulan Agustus 2011.

Jadi pada bulan Agustus 2011, Anda mulai minum tamoxifen dan pada masa yang sama menjalani rawatan radiasi? Le: Ya.  Sepuluh hari setelah mulai minum tamoxifen pergelangan tangan kiri saya membengkak – bengkaknya lembut, tidak keras. Kemudian pergelangan tangan sebelah kanan saya turut membengkak – lebih besar daripada pergelangan tangan kiri saya. Aku rasa sakit bila menekuk pergelangan tangan saya.

Adakah Anda tanya dokter mengapa pergelangan tangan bengkak? Le: Dokter kata kanker telah merebak ke pergelangan tanganku. Suami: Tidak, dokter mengatakan kanker telah merebak ke semua tulang-tulangnya.

Dan kamu masih terus minum tamoxifen itu? Le: Ya. Dalam satu bulan yang sama itu,  saya hilang kekuatan saya. Suami: Pembengkakan di pergelangan tangannya sangat “panas”. Le: Setiap sendi di tubuh saya terasa “panas”. Setelah sebulan minum tamoxifen, saya tidak bisa berjalan lagi.

Anda tidak bisa berjalan? Le: Ya, saya tidak bisa berjalan (menunjukkan cacat fisik-nya).

Sebelum Anda minum tamoxifen, Anda bisa berjalan? Le: Bisa, tidak masalah. Saya bisa berolahraga dan mengamal “Thian Kung”. Suami: Setelah minum tamoxifen, dia tidak bisa berjalan.

Lalu apa yang Anda lakukan? Le: Saya minum suplemen dan minum air kelapa. Keadaan saya kian bertambah baik.

Adakah keadaan fizikal mu kembali seperti normal? Le: Tidak. Tidak sampai saya datang ke sini (CA Care, Penang). Setelah saya minum obat herbal  Doktor Teo dan menjalani e-Terapi, sekarang saya bisa berdiri tegak. Sebelum ini saya tidak bisa buat demikian.

Baca cerita Le yang lengkap:

Bagian 1: Kesejahteraan  Pulih Setelah Dua Hari Minum Herbal dan e-Terapi

Bagian 2: Terapi Alternatif – Pengobatan Suplemen Dua puluh-Satu-Juta-Rupiah Se Bulan

Bagian 3: Mengapa Saya Menolak Kemoterapi / Pengobatan Medis

Bagian 4: Radiasi Membantu Tapi Tidak Menyembuhkan, Tamoxifen Bawa Bencana.

Bagian 5: Mimpi Saya dan Pengalaman Dekat Maut

Bagian 6: Penyembuhan Empat Hari Saya Setelah Perawatan di CA Care

Bagian 7: Perjalanan Saya Yang Kurang Pengetahuan

Kanker Payudara: Herbal dan e-Terapi Pulihkan Kesejahteraan Nya Setelah 106 kali Perawatan Radiasi Bagian 1: Kesejahteraan Nya Pulih Setelah Dua Hari Minum Herbal dan e-Terapi

Penghargaan: Izin untuk menggunakan video ini tanpa harus menyembunyikan identitas dirinya diberikan oleh pasien.

Itu semua mulai dengan benjolan kecil di payudara kiri saya. Saya mengabaikannya. Beberapa tahun kemudian, saya pergi untuk menemui onkologi. Dia meminta saya untuk menjalani biopsi dan kemudian beroperasi. Saya menolak. Saya memilih terapi alternatif. Saya mengambil berbagai jenis suplemen (Lihat Bagian 2: Terapi Alternatif –  Pengobatan Suplemen Saya Dua-puluh-Satu-Juta-Rupiah Per Bulan).

Benjolan bertambah besar dan akhirnya pecah. Waktu itulah saya pergi berjumpa ahli radiologi dan menjalani radioterapi. Perawatan radiasi pertama saya pada bulan November 2009. Saya menerima 25 rawatan radiasi untuk payudara kiri saya. Tumor mengecil dan akhirnya menghilang.

Tiga bulan kemudian, benjolan lain tumbuh tepat di bawah leher saya. Benjolan ini kian membesar. Saya lagi menerima 25 perawatan radiasi. Benjolan juga menghilang setelah radiasi.

Empat bulan kemudian, dua lagi tumor muncul, satu masing-masing di setiap payudara saya. Saya kembali menerima 25 perawatan radiasi untuk setiap  payudara kiri dan kanan.

Saya juga menerima 6 kali perawatan radiasi untuk indung telur saya.

Waktu menjalani radioterapi, benjolan lain muncul tepat di bawah tulang selangka kiri saya tapi ini akhirnya hilang setelah saya selesai rawatan radiasi untuk dua payudara. Namun, sekarang ada satu benjolan di perut saya.

Sementara menjalani radioterapi tahap berikutnya, saya minum tamoxifen. Setelah dua minggu minum Tamoxifen jari-jari saya menjadi kaku dan sulit dan menyakitkan untuk membengkokkannya. Setelah satu bulan pada tamoxifen saya tak mampu berjalan. Juga, otot leher saya menjadi kaku. Sebelum tamoxifen itu saya lincah dan tidak memiliki masalah mobilitas. Saya bisa berolihraga. Saya berhenti minum tamoxifen setelah satu bulan. Dokter saya mengatakan kanker telah pergi ke tulang saya.

Awal bulan ini, seorang teman baik di Makassar menelepon saya. Dia menyarankan bahwa saya memiliki terlalu banyak radiasi sudah dan tubuh saya tidak akan mampu menerimanya lagi. Saya harus mencari pengobatan alternatif lainnya. Tapi semua sementara ini, saya telah menjalani pengobatan alternatif. Saya mengambil semua jenis suplemen. Teman saya menyarankan agar saya pergi ke Penang dan memenuhi Chris Teo.

Di atas adalah kisah tragis dari Le, seorang perempuan 37 tahun dari Indonesia.Dia datang kepada kami pada tanggal 14 Oktober 2011 setelah telah didiagnosis dengan kanker payudara yang mungkin telah menyebar ke paru-parunya. Dia disajikan dengan sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama sendi. Dia tidak bisa menekuk jari-jarinya. Dia tidak bisa tidur nyenyak dan ia batuk.

Le diresepkan Kapsul A,  Breast L dan Breast M teh, Pain teh, Lung 1 dan Lung 2 teh selain Cough # 10. Dia menjalani e-Terapi dengan Detox # 2 pada Jumat malam. Pada Minggu malam (dua hari kemudian), Le datang kembali dan dilaporkan sebagai berikut.

Saya kembali ke apartemen dan tidur sepanjang malam, 19:00-6:00. Saya terbangun hanya untuk makan dan minum teh herbal dan kemudian kembali tidur lagi.

Sebelum terapi ini, apakah Anda bisa tidur? Le: Sulit.

Pada Sabtu (e-Terapi tetapi hanya tentang herbal) apakah Anda tidur sepanjang hari? Le: Ya. Saya tidur, bangun untuk makan dan kemudian kembali tidur lagi. Saya makan jagung dan buah-buahan.

Ketika Anda berada di rumah (Surabaya), bisa Anda tidur seperti ini? Le: Tidak Di rumah ketika saya bangun dari tidur, saya akan merasa sakit. Sekarang, saya tidak sakit lagi. Saya bisa tidur dalam posisi atau postur tubuh, saya sakit. Saya tidak dapat melakukan hal seperti itu ketika berada di rumah.

Apakah Anda benar-benar tidur nyenyak – nyenyak? Le: Ya. Saya juga pingsan banyak “gas” … boot, boot. Saya berjalan ke sana kemari dari apartemen Kenny ke pasar. Saya tidak punya masalah berjalan. Saya tidak bisa melakukan hal seperti di rumah. Saya akan menjadi terengah-engah jika saya berjalan seperti itu.

Sekarang, ketika Anda berjalan, apakah Anda menjadi sesak napas? Le: Tidak Sekarang, saya juga dapat memegang sapu dan menyapu lantai. Saya sekarang dapat membuat tempat tidur dan lipat selimut. Saya tidak bisa melakukan itu sebelumnya. Saya bahkan tidak bisa mengangkat selimut apalagi lipat. Pagi ini, saya bahkan “memukul” bantal.

Sekarang, apa lagi keluluhan Anda? Le: Batuk. Sebelumnya, saya tidak dapat memutar tubuh saya di sekitar – ke kanan atau kiri. Saya akan menarik otot atau kram. Sekarang, tidak lebih kram. Setelah mengkonsumsi obat herbal selama dua hari, ada nyeri tubuh tidak lebih.

Tidak ada rasa sakit lagi di manapun? Le: Tidak lebih.

Jadi, selama dua hari terakhir, apakah Anda benar-benar merasa baik? Le: Ya.Kuat (mengambil napas dalam-dalam).

Apakah Anda ada masalah lain? Le: Hanya batuk sekarang.

Baca cerita Le yang lengkap:

Bagian 1: Kesejahteraan  Pulih Setelah Dua Hari Minum Herbal dan e-Terapi

Bagian 2: Terapi Alternatif – Pengobatan Suplemen Dua puluh-Satu-Juta-Rupiah Se Bulan

Bagian 3: Mengapa Saya Menolak Kemoterapi / Pengobatan Medis

Bagian 4: Radiasi Membantu Tapi Tidak Menyembuhkan, Tamoxifen Bawa Bencana.

Bagian 5: Mimpi Saya dan Pengalaman Dekat Maut

Bagian 6: Penyembuhan Empat Hari Saya Setelah Perawatan di CA Care

Bagian 7: Perjalanan Saya Yang Kurang Pengetahuan

Yee Meninggal Setelah Menjalani Segala Perawatan Medis

Hidup di bumi adalah suatu pengalaman hidup.Jadikanlah kematian Yee sebagai suatu pengalaman berharga bagi yang sepertinya.

Yee berumur 40 tahun saat ia didiagnosa menderita kanker payudara pada Oktober 2005. Ia menjalani operasi mastektomi. Itu adalah kanker stadium II tanpa penyebaran pada kelenjar getah bening. Tumornya berukuran 3 x 2 x 2 cm.

Setelah melakukan operasi, Yee menjalani 6 siklus FAC kemoterapi (5-FU, Andiamycin dan Cyclophosphamide).Tidak diindikasikan untuk radioterapi. Kemoterapinya selesai pada Maret 2006 setelah itu ia mengkonsumsi Tamoxifen.

Yee baik-baik saja selama sekitar 9 bulan. Kadang-kadang pada Januari 2007, ia mengalami pembengkakan pada sisi kanan lehernya. Dari hasil CT-Scan thorax (dada) pada tanggal 19 Januari 2007 memperlihatkan hasil: nodul multipel tersebar pada kedua paru-paru berukuran antara 2 sampai 10 mm. Ini berarti kanker telah menyebar ke paru-parunya.

Yee mendapat terapi 8 siklus kemoterapi berbasis Taxane (Taxane –based chemoterapy). Cara ini tidak efektif. CT-Scan pada tanggal 4 Juli 2007 menunjukan nodul-nodul di paru-parunya makin bertambah.

Yee kembali mendapat kemoterapi – 6 siklus Navelbine + Herceptin. Perawatan ini bernilai sekitar 50.000 RM. CT-Scan pada November 2007 menunjukkan hasil yang stabil. Sejak November 2007 sampai Desember 2008 Yee mendapat terapi obat oral, Tykerb (lapatinib) 4 – 5 tablet per hari. Setiap tablet seharga 65,00 RM. Berarti 260,00 RM per hari dan berarti 7.800 RM per bulan. Dan itu berarti total biaya sekitar 14 bulan menggunakan Tykerb berkisar sekitar 93.000,00 RM.

Pada Februari 2008, tampak terlihat kejanggalan kembali. Hasil CT-Scan pada 13 Februari 2008 memperlihatkan hasil : pembesaran nodul di paru berkisar 0,5 cm sampai 2,2 cm.

Enam bulan kemudian, tanggal 19 Agustus 2008, CT-Scan memperlihatkan nodul di  paru meningkat jumlahnya dan ukurannya berkisar dari 0,5 cm sampai 5,0 cm. Nodul di mediastinal juga mulai terlihat.

Pada Oktober 2008, Yee merasa nyeri pada lengan kanan dan pembengkakan keras pada klavikula kanan. CT-Scan pada 13 Oktober 2008 menunjukan perkembangan yang lebih serius:

 

1. Fibrosis (pembentukan jaringan ikat) pada daerah ketiak kanan.

2. Nodul irregular pada daerah infraklavikula kanan, kira-kira sebesar 2,0 cm.

3. Nodul kecil lainnya di daerah supraklavikula kanan, sekitar 0,7 cm juga terlihat.

4. Nodul mediastinum, ukurannya sedikit membesar dari waktu terakhir kali melakukan CT-Scan.

5. Massa dan nodul yang membesar pada paru. Massa yang terbesar pada paru-paru kiri berukuran 5,6 cm. Lesi lainnya berukuran dari 1,0 cm sampai 4,8 cm.

6. Lesi hipodens baru, sekitar 1,0 cm sekarang terlihat pada Segmen ke-7. Ini diduga adalah metastase pada hati.

Melihat penyakitnya yang sangat progresif, Yee melakukan 28 kali terapi radiasi mulai dari 13 Oktober 2008 sampai 1 Desember 2008, dan dalam waktu bersamaan tetap meneruskan minum obat Tykerb.

Pada 17 Desember 2008, Yee menderita sakit kepala sampai tidak dapat tidur. Hasil CT-Scan yang dilakukan 19 Desember 2008 memperlihatkan hasil metastase multipel pada otak (multiple brain metastases).

 

Yee dan suaminya datang kepada kami mencari pertolongan pada tanggal 5 Desember 2008. Kondisi Yee sangat serius. Tangan kanannya sudah kaku. Dia tidak nafsu makan. Dia sesak nafas berat. Bahkan suplai oksigen melalui lubang hidungnya tidak menolong sama sekali. Dia memberitahu suaminya bahwa ia lebih baik meninggal. Pada awal Februari 2009, Yee masuk ke rumah sakit dan dokter menyarankannya melakukan terapi radiasi untuk otaknya. Itu tidak terjadi – ia meninggal sebelum melakukan terapi itu.

Komentar : Ini adalah kasus yang tragis. Cerita Yee mirip dengan apa yang dialami oleh Fransiska dari Indonesia. Fransiska melakukan operasi dan menjalankan kemoterapi, radioterapi, Herceptin dan Tykerb + Xeloda. Fransiska meninggal. Ia didiagnosa pada November 2004 dan meninggal Desember 2008. Yee didiagnosa menderita kanker payudara stadium II pada Oktober 2005 dan menjalani terapi yang sama dan meninggal pada Februari 2009.

Dokter-dokter, Media, dan pasien selalu mencari obat-obatan baru dan teknologi terbaru sebagai suatu harapan untuk menyembuhkan penyakitnya. Kita telah terpaku dalam pikiran bahwa sesuatu yang baru selalu lebih baik. Herceptin dan Tykerb adalah senjata baru untuk melawan kanker yang sekarang muncul di daerah lokal kami. Apakah itu lebih baik atau berbahaya?

Dari website (http://www.tykerb.com) anda dapat belajar bahwa :

1. Tidak ada obat untuk kanker payudara yang bermetastasis. Tapi itu dapat diterapi. Apa yang anda harapkan dari terapi yang tidak pasti itu? Tentu saja kita dapat melakukan apapun jika kita memiliki uang!

2. Pada beberapa wanita timbul kerusakan hati akibat mengkonsumsi Tykerb. Penyebab dari kerusakan ini tidak diketahui. Kerusakan hati mungkin dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.

3. Efek samping utama dari Tykerb adalah diare, mual, rasa tidak enak pada lambung, rasa lelah, kemerahan dan nyeri pada tangan dan kaki, dan timbul ruam.

4. Batuk kering atau napas yang pendek-pendek mungkin merupakan tanda dari proses radang pada paru-paru.

Apakah Herceptin dapat menyebabkan efek samping yang serius? Ya, menurut National Cancer Institute (Institusi Kanker Nasional) melalui website-nya (http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/therapy/herceptin)

1. Herceptin dapat menyebabkan kerusakan otot jantung yang dapat menyebabkan gagal jantung.

2. Herceptin juga dapat mempengaruhi paru-paru menyebabkan ancaman serius masalah pernafasan yang mengancam jiwa .

3. Herceptin dapat menyebabkan reaksi alergi yang dapat menjadi berat atau membahayakan jiwa. Gejala-gejala dari reaksi tersebut antara lain penurunan mendadak tekanan darah, nafas sesak dan pendek, kemerahan dan wheezing.

4. Karena potensi efek samping yang mengancam jiwa ini, dokter-dokter DIPERINGATKAN untuk mengevaluasi pasien secara hati-hati apakah pasien memiliki kelainan pada jantung atau paru-paru –nya sebelum memulai terapi. Apakah anda berpikir mereka pernah melakukan ini? Dalam kasus ini, Yee mengalami metastase (apakah itu bukan masalah yang serius ?) pada paru-parunya. Pada keadaan ini bukankan Herceptin akan membuat keadaan menjadi lebih buruk untuknya? Ketika ia datang kepada kami ia dalam keadaan sesak nafas berat. Apakah yang kira-kira menjadi penyebabnya?

Dan satu pertanyaan yang paling penting yang pasien (dan dokter?) tidak perduli untuk bertanya : Apakah Herceptin mengobati kanker payudara ? Jawabannya adalah tentu TIDAK. Penambahan penggunaan Herceptin pada kemoterapi normal memperpanjang harapan hidup sekitar 4-6 bulan.Tidak ada di dalam website yang mengatakan Herceptin mengobati kanker payudara. Baca bagian : Possible Benefits of Herceptin (kemungkinan keuntungan dari Herceptin) (sebagai catatan, bahkan judulnya sendiri tidak menunjukkan kepercayaan diri dan harapan) pada website resmi-nya : http://www.herceptin.com/adjuvant/what-is/benefits.jsp

Dr. Ralph Moss menulis laporan berjudul : “Herceptin or Deception”. Michael Janson, M.D., mantan ketua dari American College of Advancement Medicine memberi komentar ini tentang laporan tersbut :Dr. Moss menguak kebenaran dari laporan medis tentang Herceptin, menunjukkan bahwa itu sebenarnya tidak seperti yang telah dikatakan, dan data statistik telah dimanipulasi untuk membuatnya terlihat jauh lebih baik dari yang semestinya, sementara mengesampingkan potensi resikonya.

Pada kasus Yee, seperti banyak kasus lainnya, mungkin tidak ada gunanya menanyakan pertanyaan yang sama : apakah yang salah ? Semuanya tampak sepertinya salah setiap saat. Ijinkan saya berpikir dan dengarkanlah : Bagaimana mungkin kanker payudara stadium II dapat menyebabkan kematian pasien dalam waktu empat tahun? Apakah ia akan meninggal bila ia tidak melakukan apapun?

Kanker payudara sangat sedikit ditemukan pada mereka yang berusia sekitar 30 tahun, tetapi jika terjadi pada usia lebih muda, itu akan menjadi lebih agresif dibanding pada usia tua. Kemungkinan, ini adalah benar, beberapa orang ingin kami percaya karena Yee masih muda dan terkena tipe kanker yang agresif maka seluruh perawatannya menjadi tidak efektif. Ijinkan saya mengundang anda untuk membaca kasus dari tiga orang wanita yang belum berumur 40 tahun ketika mereka divonis kanker dan mereka dapat bertahan hidup. Hal berbeda yang dilakukan mereka adalah mereka tidak buta pada dokter mereka – mereka menolak kemoterapi, radioterapi atau terapi sulih hormon.

1. Tee, seorang wanita berusia 38 tahun didiagnosa kanker pada Oktober 2005 (catatan: pada waktu yang hampir bersamaan dengan Yee) dan ia menolak kemoterapi. Tee masih hidup saat saya menulis ini (Maret 2009) sementara Yee meninggal dunia pada Febuari 2009. Anda dapat membaca kisah tentang Tee pada laporan kasus kami.

2. Sue berumur 39 tahun saat ditemukan 2 benjolan pada payudara kanan-nya pada tahun 2003. Ia melakukan operasi mastektomi. Dokter ahli kankernya memberitahunya jika ia menjalani kemoterapi maka ia akan mempunyai kesempatan hidup 5% lebih banyak. Namun ia menolak terapi medis lebih jauh, termasuk tidak mengkonsumsi Tamoxifen seperti yang disarankan oleh dokter ahli bedahnya. Sue merubah pola makan dan gaya hidupnya dan menjalani terapi herbal. Sampai saat ini sudah lewat dari 6 tahun dan Sue sedang menuju ke arah hidup yang bebas dari masalah.

3. Julia menemukan benjolan berdiameter 4 cm pada payudaranya di tahun 1995. Ia berumur 36 tahun saat itu. Ia disarankan menjalani operasi mastektomi. Ia menolak dan tidak pernah menemui dokter lagi sejak itu. Ia menolak kemoterapi, radioterapi dan terapi sulih hormon dan memutuskan untuk mencari terapi alternatif. Ayahnya adalah seorang terapis herbal dan mencarinya untuk meminta bantuan. Perjalanannya menempuh usaha penyembuhan sungguh menarik dan kadang0kadang berbahaya. Tetapi kenyataanya ia masih sangat sangat sehat dan baik-baik saja saat saya menulis ini (2009). Itu sudah 14 tahun lalu sejak ia pertama kali didiagnosa mengidap kanker. Untuk lebih jelas mengenai cerita Julia, anda dapat melihatnya dalam buku kami “The herbal option”, Bab 3.

4. Cindy berumur 34 tahun saat ia didiagnosa menderita kanker payudara pada Agustus 1994. Ia melakukan operasi pengangkatan benjolan. Karena batasnya tidak jelas, maka ia diminta untuk menjalani operasi mastektomi. Dan diikuti kemoterapi dan radioterapi. Ia menolak terapi medis lebih lanjut. Ia mengubah gaya hidup dan pola makannya, melakukan “chi kung” dan meditasi serta melakukan terapi homeopati. Sampai saat ini sudah 15 tahnu dan Cindy menjalani hidup sehat tanpa ada masalah (Bab 2 : The herbal option).

Dr. Gershom Zajicek, Professor pengobatan di The Hubert H. Humphrey Center For Experimental Medicine and Cancer Research, The Hebrew University of Jerusalem, Israel (http://www.what-is-cancer.com) menulis : Modern medicine has the best means to treat disease, yet the basic tenets of treatment are false (Ilmu pengobatan modern mempunyai sistem yang baik untuk mengobati penyakit, tetapi pemahaman dasar dari pengobatan itulah yang salah).

Dr. Frank Daudert, dari Pro Leben Klinik di Austria mengatakan : Doctors are blindly giving chemotherapy … while the cancer cells smile. Doctors give chemo, chemo, chemo. And patients die, die, die (dokter membabibuta memberikan kemoterapi … sementara sel kanker tersenyum. Dokter memberikan kemo, kemo, kemo. Dan pasien mati, mati, mati).

Dalam buku mereka : More Harm than Good, Alan Zelicoff, M.D., dan Michael Bellomo, J.D./MBA, menulis : (dokter) diajarkan bahwa tidak melakukan apa-apa hampir pasti dijamin pasien tersebut akan menderita lebih berat jika tidak diberikan pertolongan apapun. Kebenarannya adalah bahwa sebagian besar kanker – sekali menyebar – akan menetap dan tidak dapat diobati meskipun banyak tersedia obat-obat kemoterapi baru bahkan dengan cara penggunaan antibodi langsung melawan sel kanker.

Richard Deyo dan Donald Patrick, seorang professor, University of Washington, Seattle, USA, menulis di bukunya : Hope or Hype – the obsession with medical advances and the high cost of false promises: kita terlahir dengan kepercayaan buta pada kepastian medis yang memangsa ke dalam ketakutan kita yang paling dalam, sementara tampak sepertinya akan membawa kita menuju keselamatan dengan “obat ajaib.” Memang banyak kemajuan medis yang menawarkan keuntungan yang nyata, tetapi sama banyaknya dengan yang tidak, jika ada, keuntungan dan efek samping yang berbahaya …. efektifitas terbaik pada batas yang sempit – dan kadang kali benar-benar berbahaya … Itu kadang-kadang memimpin ke arah tidak berguna, berbahaya, dan terapi yang mahal dan tidak perlu. … Ketika dokter diperkenalkan produk baru, uang kadang-kadang mengesampingkan ilmu pengetahuan yang baik.

 

Fransiska Meninggal Setelah Operasi, Radioterapi, Kemoterapi, Herceptin, Tamoxifen, Xeloda dan Tykerb

(Hidup di bumi adalah suatu pengalaman hidup. Biarlah kematian Fransiska menjadi pelajaran berharga bagi mereka yang seperti-nya)

Fransiska, berasal dari Jakarta, berumur tiga puluh dua tahun waktu ia menemukan ada benjolan sebesar 1,6 cm pada payudara kirinya yang akhirnya didiagnosa sebagai kanker. Pada waktu yang bersamaan ayahnya meninggal karena kanker. Pada November 2004, ia melakukan operasi pengangkatan benjolan di salah satu Rumah Sakit di Singapura. Sayangnya beberapa kelenjar getah bening di ketiaknya juga terinfeksi. Setelah operasi, Fransiska mendapat tiga puluh lima kali terapi radiasi. Ia merasa lebih baik setelah itu.

Pada Januari 2007, yaitu, dua tahun setelah terapi radiasi, Fransiska diberitahu bahwa kankernya telah menyebar ke paru-parunya. Ia melakukan kemoterapi dan mendapat enam siklus Taxol dan injeksi Herceptin. Satu kali injeksi Herceptin seharga 2,500 S$ dan Fransiska telah delapan kali diinjeksi. Dokter ahli kankernya ia harus melanjutkan Herceptin, tetapi Fransiska memutuskan untuk berhenti setelah delapan kali injeksi karena ia tidak mampu lagi membiayai pengobatannya lagi.

Pada July 2007, Fransiska mendapat terapi Tamoxifen. Sebulan kemudian, hasil Scan pada tulangnya menunjukkan kanker telah menyebar ke tulang punggungnya pada T12.

Pada Januari 2008, hasil Scan otaknya menunjukkan terdapat massa 8 x 7 mm pada otaknya. Dan juga terlihat massa sebesar 1,4 x 9,0 cm pada hatinya. Fransiska diminta oleh dokternya untuk menghntikan terapi dengan Tamoxifen. Ia diberi resep obat minum untuk kanker – Xeloda dan Tykerb (lapatinib). Biaya tiga minggu pengobatan dengan Tykerb seharga S$2.500.

Fransiska memberitahu kami bahwa ia sadar dengan “efek samping yang buruk” dari terapi medisnya, tetapi ia tidak ada pilihan lain. Ia tidak tahu apalagi yang harus dilakukan kecuali menuruti saran dokter.

Pada November 2004, Fransiska mulai membuat jadwal meminum jus dengan Apel, Beet Root (akar-akaran buah bit), dan wortel (carrot) (ABC). Ia juga menggunakan biji aprikot (sumber vitamin B17), cengkeh, cairan obat dari racikan walnut hitam (black walnut) dan akar-akaran. Sebagai tambahan ia juga memakai IP6, spirulina, Perfect Food, dan Vitamin C dosis tinggi. Ia menghentikan mengkonsumsi semuanya pada tahun 2007 ketika kanker menyebar ke paru-parunya.

Pada Februari 2005, ia melakukan detoksifikasi (penetralisiran racun) dan program peremajaan dengan program jus ABC dan kopi enema. Ia meneruskan semua ini sampai ia melihat darah pada urinnya. Ia menghentikan program ini.Fransiska juga mengkonsumsi nanas dan pepaya.

Fransiska sadar akan keharusan mengkonsumsi makanan sehat. Ia mengkonsumsi jus buah dan sayuran, ia juga menghindari gla putih, minyak, telur, semua daging dan makanan siap saji. Ia mengkonsumsi sirip hiu namun lama-kelamaan ia hentikan karena itu tidak efektif.

Ia menderita sakit kepala, mual, dan tekanan darahnya sangat rendah. Fransiska datang kembali ke dokter ahli kankernya pada Agustus 2008. Hasil scan menunjukkan kanker telah menyebar ke otaknya. Hasil CT-Scan bagian abdomen (perut) menunjukkan :

  • Metastasis pada kedua lobus hepar. Lesi terbesar pada lobus kiri berukuran 2,0 x 1,8 cm dan yang terbesar pada lobus kanan berukuran 1,5 x 1,4 cm.
  • Sklerosis stabil pada korpus vertebra T12.

Para ahli kanker menyimpulkan kanker ini telah berkembang dan menyarankan dua pilihan :

  • Fransiska menjalani kemoterapi lagi ditambah dengan Lapatinib, atau
  • Ia meneruskan menggunakan Lapatinib; menerima injeksi secara reguler untuk menguatkan tulangnya dan terapi untuk meredakan gejala-gejala menopausenya. Sebelumnya Fransiska diterapi dengan Zoladex untuk menghentikan menstruasinya.
  • Fransiska sering menulis kepada kami memohon bantuan. Email terakhir yang saya terima darinya pada tanggal 30 Oktober 2008 ketika ia mengeluhkan masalah pencernaan. Dengan sedih saya beritahukan bahwa Fransiska jatuh kedalam keadaan koma dan meninggal 2 tahun kemudian, pada pertengahan December 2008. Kematiannya datang empat tahun setelah didiagnosa kanker payudara. Bahkan obat termahal dan terbaru untuk kanker tidak dapat menolong dirinya.

Komentar: Ini memang kisah yang tragis namun telah terjadi berulang-ulang – kanker payudara berkembang menjadi stadium IV dan tidak dapat disembuhkan. Apakah yang salah ? Pada kenyataannya tidak ada yang salah. Fransiska mengikuti apa yang dokternya ingin dia lakukan. Ia menjalankan Seni terapi medis di Singapura. Yee, seorang wanita berusia 40 tahun dari Penang juga meninggal dengan cara yang sama. Ia menderita kanker payudara stadium awal. Melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi, mengkonsumsi Tamoxifen dan Tykerb selain Herceptin. Ia berakhir dengan metastase pada paru-paru, tulang, hati dan terakhir pada otaknya. Ia meninggal setelah menghabiskan lebih dari 100.000 RM untuk terapinya.

Di CA Care, dengan pengalaman kami yang lebih dari tigabelas tahun, kami melihat tiga fenomena yang sering trjadi pada penderita kanker payudara.

1. Pertama, data kami menunjukkan bahwa pasien kanker payudara (di Malaysia) yang melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi dan mengkonsumsi Tamoxifen mengalami penyebaran ke tulang, paru-paru, dll. setelah beberapa tahun. Pasien (di Indonesia) yang beralih ke pengobatan tradisional atau ang tidak mengikuti terapi standard medis tidak menderita metastase yang luas atau menderita metatase yang luas pada akhirnya.

2. Pasien usia muda yang menjalani seluruh paket terapi medis untuk kanker payudara, cenderung unruk menderita metastase yang lebih parah.

3. Sekarang dengan tersedianya Herceptin, kami mulai melihat pasien menderita metastase pada otak. Apakah ada koreksi mengenai pengobatan ini dan hubungannya dengan metastase pada otak?

Kami menyadari bahwa penelitian kami hanya gurauan dan untuk itu dapat disanggah. Sebuah penelitian di internet memberikan beberapa kesimpulan yang cukup berharga untuk dijadikan sebagai catatan.

Boston Globe (A new peril for breast cancer survivors oleh Liz Kowalczk, 7 February 2006)mengangkat cerita tentang Amy Socia yang didiagnosa menderita kanker payudara ketika berusia 43 tahun. Ia menjalani operasi mastektomi, operasi rekonstruksi payudara, radioterapi, dan kemoterapi. Disamping terapi medisnya kanker menyebar ke hati dan tulang belakangnya. Amy diberikan resep apa yang kita sebut obat yang menjanjikan – Herceptin – dan “secara ajaib” kankernya mulai menyusut! Tapi itu tidak lama. Tidak lama setelah itu (lima tahun setelah pertama kali didiagnosa) dua tumor tampak pada otaknya. Ini membuat Amy menyimpulkan :Tidak ada obat untuk kanker payudara yang bermetastase. Itu tidak akan pergi. Kamu hanya berpindah dari satu terapi ke terapi lainnya”. Cerita Amy tidak jauh berbeda dengan Fransiska.

Fransiska diterapi dengan lapatinib (Tykerb) dan capecitabine (Xeloda). Terapi modern ini telah diperlihatan dalam satu penelitian “to shrink brain metastasis significantly in six percent of 241 patients.” (mengecilkan persentase metastase otak secara signifikan pada enam persen dari 241 pasien). Pada situs resmi lapatinib: www.tykerb.com, kita dapat membaca informasi sebagai berikut:

  • Tidak ada obat untuk kanker payudara yang bermetastase, tapi itu dapat diterapi.
  • Beberapa wanita mungkin dapat berkembang dan terjadi kerusakan hati selama mengkonsumsi Tykerb. Pada beberapa kasus, kerusakan hati mungkin dapat fatal dan menyebabkan kematian.
  • Efek samping dari Tykerb adalah : mual, muntah, rasa terbakar pada uluhati, kehilangan nafsu makan, kemerahan, nyeri pada tangan dan kaki, ruam pada kulit, kulit kering, nyeri pada bibir, mulut, atau tenggorokan, sakit pada tangan, kaki, atau punggung, kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur, rasa sesak nafas, batuk, batuk dengan dahak yang berdarah atau berwarna pink, denyut jantung yang cepat dan irreguler, kelelahan atau kelemahan dan bengkak pada tangan, kaki, pergelangan, atau betis.

Pasien harus ingat bahwa menterapi kanker bukan berarti kanker dapat disembuhkan! Untuk mengobati berarti menghabiskan banyak sekali uang tetapi terapinya tidak dapat mengobati. Pengecilan tumor juga bukan berarti sembuh! Lapatinib menyebabkan kerusakan hati. Bukankah ini yang terjadi pada kasus Fransiska?

Efek samping dari Herceptin antara lain: Demam dan rasa dingin (biasa terjadi saat pengobatan pertama kali), gagal nafas dan gagal jantung, diare, sakit kepala, mual, dan muntah, nyeri, ruam pada kulit, dan kelemahan. Bagaimanapun juga, yang paling tidak mengenakan dari laporan tentang Herceptin adalah metastase otak.

Laporan tanggal 13 Desember 2001 oleh Robert Carlson menyatakan:

  • Diketahui pasien kanker payudara dengan metastase lebih sering berkembang menjadi metastase tulang, tetapi pada pasien yang menggunakan Herceptin terlihat peningkatan resiko dari metastase otak dibandingkan dengan metastase tulang.

Jurnal, Kanker (15 Juni 2003, Vol: 97:2972-2977), menyatakan:

  • Metastase karsinoma payudara ke otak adalah umum pada pasien yang menerima pengobatan dengan obat Herceptin.
  • Sekitar 6 sampai 16% wanita dengan metastase kanker payudara mengalami penyebaran ke otak tetapi pasien yang menerima pengobatan Herceptin sebagai terapi pertolongan pertama mempunyai resiko yang besar untuk berkembang menjadi penyakit CNS (otak) (42%)

Pertanyaan yang mungkin anda tanyakan: Apa bubungannya observasi di atas dengan penyebaran pada otak Fransiska? Apa yang mungkin terjadi dengan keacuhan Fransiska – Akankah dia meninggal karena kanker pake payudara dalam 4 tahun? Apa yang mungkin menjadi penyebab sebenarnya dari kematian dia?