Mengapa Pasien Menolak Menjalani Kemoterapi, Bagian 3

Lanjutan dari Bagian 1: Mengapa Pasien Menolak Menjalani Kemoterapi,https://cancercareindonesia.com/2011/05/01/mengapa-pasien-menolak-menjalani-kemoterapi-bagian-1/

Lanjutan dari Bagian 2: Mengapa Pasien Menolak Menjalani Kemoterapi, https://cancercareindonesia.com/2011/05/03/why-patients-refused-to-undergo-chemotherapy-part-2/

Kasus 9: Paman Meninggal Setelah Kemo Seorang wanita datang menemui kami atas nama ibunya yang didiagnosa menderita kanker. Dokter bedah mengatakan bahwa ibunya perlu menjalani kemoterapi. Tetapi pihak keluarga menolak untuk kemoterapi.

Mengapa keluarga menolak kemoterapi : Mengapa anda tidak ingin ibu anda menjalani kemoterapi ? Karena usianya beliau sudah 75 tahun. Saudara laki-lakinya, yaitu paman saya, menderita kanker paru-paru dan ia baru berumur 68 tahun. Dia meninggal – karena tidak tahan menjalani kemoterapi. Dia menjalani kemoterapi – dan setelah kemo pertama badannya menjadi sangat lemah. Kemudian pada saat kemo kedua, ia jatuh pingsan ( tak sadarkan diri ) dan kemudian meninggal. Ketika saat pertama kali kemo dan badannya sudah lemah – mengapa dia masih melanjutkan dengan yang kedua? Saya tidak tahu mengapa. Dalam waktu dua minggu – setelah kemo yang pertama dan kemo kedua – jangka waktunya hanya dua minggu dan dia meninggal. Maksud anda ? Kemo yang pertama adalah minggu pertama, dan kemo kedua adalah satu minggu kemudian. Jadi dalam jangka waktu dua minggu dia meninggal ?  Ya betul !


Kasus 10: Keponakan Meninggal Setelah Kemo
Wanita ini didiagnosa dengan Limfoma dan pengobatan yang ada baginya hanyalah kemoterapi. Tetapi dia menolak kemoterapi.

Kenapa ia menolak kemoterapi : Putri dari adik perempuan saya menderita kanker. Dia menjalani operasi bedah diikuti dengan prosedur kemoterapi. Dia meninggal. Adik saya memohon kepada saya: ” Kakak, tolong … tolong dengarkan aku. Jangan melakukan kemoterapi. Nanti kakak bisa meninggal.”    Keponakan saya menjalani dua atau tiga kali kemoterapi dan dia mengalami kerontokan rambut ( botak ). Kemudian ia meninggal. Adik saya melarang saya untuk menjalani kemo. Saya juga tidak ingin menjalani kemo. Suami saya dan anak-anak juga mengatakan kepada saya untuk tidak menjalani kemo.


Kasus 11: Teman saya Meninggal Setelah Empat Siklus Kemo
Anak muda ini berasal dari Indonesia. Dia didiagnosa menderita kanker usus dua tahun yang lalu. Ia diminta untuk menjalani kemoterapi. Ia menolak.
Mengapa dia menolak kemoterapi: Saya tidak mau dikemo ! Dokter di Medan telah meminta saya untuk menjalani kemoterapi sejak tahun 2009 (yaitu, dua tahun lalu). Saya menolak. Mengapa Anda menolak: Karena efek samping nya bisa merugikan saya ! Bagaimana Anda tahu efek samping nya buruk ? Dari teman-teman ! Salah satu teman saya menderita kanker usus besar dan yang lain menderita kanker payudara. Keduanya menjalani operasi. Kemudian mereka menjalani kemo. Teman yang mederita kanker payudara mengalami kejadian buruk. Dia meninggal. Dia menjalani empat siklus kemoterapi dan setelah itu dia meninggal (tidak pernah menyelesaikan perawatan lengkap ). Yang satu lagi dengan kanker usus besar setelah menjalani dua siklus kemoterapi. Lalu ia menyerah. Dan dia masih hidup sampai hari ini. Apa yang mungkin terjadi jika ia melanjutkan dengan kemoterapi?  Mungkin sekarang sudah mati (tertawa). Itulah sebabnya saya menolak untuk menjalani kemo. Teman saya masih hidup dan dia baik-baik saja saat ini. Sekarang sudah tiga tahun.

 

Kasus 12: Saya melihat dan saya tahu kemoterapi tidak menyembuhkan kanker Guat menderita kanker payudara selama bertahun-tahun. Dimulai dengan benjolan kecil di payudara nya. Ketika tumornya tumbuh menjadi lebih besar ( hampir setengah kilo!). Ia menyetujui untuk diambil tindakan operasi tetapi menolak untuk kemoterapi atau radioterapi. Dia berusaha untuk terus bertahan hidup dengan melakukan apa yang dia pikir baik untuknya. Dia mengkonsumsi herbal, suplemen, dll dan memiliki pandangan hidup yang sangat positif. Dia belajar untuk hidup berdampingan dengan kanker payudara-nya selama lebih dari sepuluh tahun. Kemudian, kanker menyebar ke paru-parunya dan dia akhirnya meninggal dunia. Kami mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan Guat. Dia berbagi pengalaman dan pandangannya tentang perawatan medis untuk kanker.

Mengapa dia menolak kemoterapi dan perawatan medis: Saya telah melihat banyak orang mengidap kanker. Setelah kemo mereka juga meninggal dalam waktu kurang dari dua tahun ! Saya telah melihat banyak kasus seperti itu. Mereka menderita saat menjalani kemo tetapi pada akhirnya toh mereka juga semua mati.  Jadi mengapa harus menderita ? Setelah menjalani operasi, menurut dokter nya untuk mencegah jangan sampai kambuh kembali saya diminta untuk menjalani radioterapi. Saya menolak. Biarkan kambuh kembali terlebih dahulu dan kemudian baru kita berurusan dengan itu semua. Saya menolak untuk melakukan kemo. Dengan asumsi setelah operasi saya akan mati dalam waktu dua tahun.  Tidak apa-apa, setidaknya saya tidak harus menderita. Jika saya melakukan kemo, tidak ada jaminan juga untuk sembuh.

Dari apa yang anda amati terhadap orang- orang yang telah menjalani kemoterapi atau radiasi, bukankah mereka mendapat  manfaat banyak dari perawatan tersebut? Mereka menderita begitu parah. Saya lebih suka tidak menderita dan memilih untuk mati lebih cepat tanpa kemo. Hal ini tidak masalah bagi saya. Saya tidak ingin menderita. Misalnya, dengan kemo saya akan bertahan hidup selama dua setengah tahun, dan bila tanpa kemo dua tahun. Saya akan memilih untuk menjalani hidup dua tahun dengan kualitas hidup yang baik.

Tetapi kan anda dapat memperpanjang hidup selama setengah tahun lagi. Ah .. tidak apa jika saya mati lebih cepat. Anda membuat semua keputusan ini sendiri atau apakah Anda dipengaruhi oleh orang lain ? Saya membuat keputusan saya sendiri berdasarkan pengamatan saya tentang apa yang terjadi kepada orang lain. Banyak orang telah menceritakan berbagai macam hal. Saya mendengarkan apa yang mereka ceritakan, tetapi pada akhirnya saya membuat keputusan sendiri. Sebagai contoh ketika saya mempunyai benjolan kecil di payudara, saya memutuskan untuk mengambil risiko dan menangani dengan cara yang saya pikir tepat untuk saya. Benjolan tersebut tumbuh membesar dan lebih besar. Saya tahu bahwa tidak ada harapan untuk mengecil. Jadi saya memutuskan untuk melakukan tindakan operasi. Tapi ketika dokter menyarankan untuk menjalani radioterapi untuk mencegah supaya jangan kambuh kembali, saya mengatakan tidak. Saya mengatakan kepadanya, jika nanti terjadi kekambuhan, kita akan menghadapinya ketika masalah tersebut terjadi, tidak sekarang. Bahkan dengan radiasi, saya telah melihat banyak kasus kambuh kembali. Saya kenal beberapa pasien yang menderita kanker.  Mereka menjalani kemoterapi – dan mereka semuanya meninggal, termasuk saudara jauh anda sendiri  – Anda ingat? Ketika anda menemui dokter, mereka meminta anda untuk menjalani kemo. Tetapi tidak ada jaminan bahwa kemoterapi dapat menyembuhkan. Biaya pengobatannya sebesar RM 30.000. Untuk pasien yang tidak punya, itu adalah uang yang besar sekali. Seorang dokter mengatakan hal ini kepada teman saya: ” Ini adalah ibu anda, kenapa anda tidak ingin ” menyelamatkan ” dia? Benar, bahkan kepada seekor anjing pun, kami juga ingin menyelamatkan hidupnya, apalagi bagi seorang ibu. Tetapi kalau biaya pengobatan begitu besar biayanya, kemana harus mencari uangnya ? Lebih buruknya lagi, tidak ada jaminan bahwa kemoterapi dapat menyembuhkan sama sekali. Sayangnya, banyak “orang awam” tidak tahu cara menanggapi ” ocehan “ dari dokter – dokter tersebut. Saya tidak marah, tapi saya pikir para dokter sebaiknya tidak boleh berbicara seperti itu !

Baca lebih lanjut apa yang mereka katakan tentang kemo …

  1. Pengobatan utuk membunuh kanker : Bagaimana racun kemoterapi membunuh kedua-dua nya baik sel-sel kanker maupun pasien kanker http://www.naturalnews.com/012727.html
  2. Dapatkah Anda percaya bahwa kemoterapi dapat menyembuhkan kanker Anda? http://www.ener-chi.com/trustchemo.htm
  3. Mempertanyakan tentang Kemoterapi : Bagaimana halnya kemoterapi tidak menyembuhkan kanker atau memperpanjang hidup. http://www.drheise.com/chemotherapy.htm
  4. Argumen terhadap kemoterapi. http://www.canceractive.com/cancer-active-page-link.aspx?n=255

Seorang pembaca mengirim kepada kami komentar ini: Keponakan saya meninggal pagi ini. Tidak, bukan karena kanker ! Karena dikemo !!!  Kemo nya bahkan tidak sampai lebih dari dua bulan!  Inilah sebabnya mengapa begitu banyak dokter holistik mengatakan pengobatan modern yang kita miliki ini , yang disebut GOLD – CLASS  CANCER  TREATMENT  dapat membunuh lebih cepat dari pada merokok. Baca lebih lanjut : http://twitpic.com/4wjd8f

Saya kenal seorang yang lain lagi , yang meninggal setelah satu setengah tahun kemo ( kanker lambung). Dia berumur belum 25 tahun. Dan satu nya lagi … mereka memberikan obat tidur sebagai gantinya. Dia adalah paman saya … Obat Tidur telah membunuhnya dalam empat hari (dia menderita kanker stadium lanjut di pankreas, hati dan paru-paru). DIMANAKAH  PERJUANGAN   MELAWAN  KANKER ? Jika buah tidak menyembuhkan, mereka mengatakan orang yang mempromosikan buah tersebut adalah seorang dukun ! Tapi ketika giliran kita membicarakan Obat Kanker dan Terapi nya, jika pengobatan tersebut tidak bekerja, dikatakan bahwa itu bukan praktek  perdukunan ! Apakah ada SESUATU YANG SALAH dengan industri medis kita ?  ANDA  KATAKAN  KEPADA  SAYA!

Catatan: Kami telah mendokumentasikan 12 kasus mengapa pasien menolak untuk melakukan kemoterapi – jadi, sudah cukup kah ?

“Bagi mereka yang percaya, bukti tidak diperlukan. Bagi mereka yang tidak percaya, bukti dimungkinkan. “

Mengapa Pasien Menolak Menjalani Kemoterapi, Bagian 2

Lanjutan dari Bagian 1: Mengapa Pasien Menolak Menjalani Kemoterapi, https://cancercareindonesia.com/2011/05/01/why-patients-refused-to-undergo-chemtherapy-part-1/

Kasus 5: Seorang Ibu meninggal setelah siklus kelima dari kemoterapi untuk limfoma

M604 adalah seorang pria berusia 33 tahun dari Jakarta, Indonesia. Dia didiagnosis dengan Hepatitis B pada tahun 2005 dan berobat secara medis. Setelah enam bulan berobat, ia kemudian menyerah.

Pada bulan September 2008, ia mengalami kesakitan dengan perut kembung. Pemeriksaan  HBV DNA- nya (real time PCR)  menunjukkan 450.468.000 copies / ml. Dia kemudian menjalani pengobatan selama tiga bulan.

Pada bulan Juni 2009, tes berikutnya  HBV DNA (real time PCR) adalah 321.264.000 copies / ml. ALT-nya pada tanggal 8 Juni 2009 adalah 71 (tinggi). Dokter menyarankan injeksi interferon mingguan untuk selama 48 minggu. Dengan total biaya berkisar sebesar RM 50.000. Ia menolak untuk perawatan medis lebih lanjut dan datang ke CA Care pada tanggal 19 Juli 2009.

Mengapa dia menolak injeksi interferon:

Ibunya berusia 55 tahun ketika  didiagnosis dengan limfoma. Dia menjalani lima siklus kemoterapi. Selain itu, dokter memberinya “suntikan Mahtera” ( interferon ) bersamaan dengan empat siklus pertama kemoterapi. Setelah siklus kelima kemoterapi, kondisinya “drop” atau memburuk. Dia merasakan sakit dibagian hatinya. Virus Hepatitis B yang selama ini terpendam telah muncul bergejolak. Sebelum pengobatan dengan kemo kondisinya normal. Ibunya  meninggal saat dirawat diruang ICU di rumah sakit. Total biaya pengeluaran untuk perawatannya berkisar  RM 55, 000.


Kasus 6: Adik perempuan-nya meninggal di Cina setelah satu siklus kemoterapi

Anak M620 datang menemui kami pada tanggal 23 Agustus 2009. Ayahnya, yang berusia 63-tahun dari Medan, Indonesia, mengalami kesulitan buang air besar. Dia juga merasakan sakit di punggungnya. Dokter di Medan mengatakan dia mengidap hipertensi dan dia diberi obat. Tetapi pengobatan tersebut tidak efektif. Dia kemudian pergi ke sebuah rumah sakit swasta di Penang untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada pemeriksaan CT scan menunjukkan adanya nodul-nodul di paru-parunya dan diduga dia telah terkena kanker paru-paru. Beberapa kelenjar getah beningnya membesar. Ditemukan juga banyak nodul-nodul  dalam hatinya, mulai dari ukuran 2 sampai 20 mm, diduga  kumpulan dari  suatu metastasis. Dokter menyarankan untuk dibiopsi, tapi dia menolak. Dia diberi obat tetapi kesehatannya tidak menjadi lebih baik. Jumlah trombosit-nya rendah / menurun.

Mengapa dia menolak biopsi:

Menurut logika langkah berikutnya setelah biopsi adalah kemoterapi, itu yang tidak ingin ia lakukan. Oleh karena itu, melakukan biopsi tidak ada artinya dalam situasi seperti ini. Dia sungguh seorang yang bijaksana !

Mengapa dia menolak kemoterapi:

Inilah yang dikatakan anaknya. Bibi saya ( adik ayah) menderita kanker ovarium. Dia menjalani enam siklus kemoterapi. Tumornya tumbuh kembali setelah pengobatan. Lalu dia pergi ke Cina untuk pengobatan lebih lanjut.

Sebelum ia pergi ke Cina, ia telah menjalani kemo ? Ya, enam kali dilakukan di Penang. Tetapi itu tidak efektif.  Ayah saya menemani bibi saya pergi ke China. Di Cina ia hanya menerima satu kali kemoterapi dan dia meninggal.

 

Kasus 7: Ipar laki-laki meninggal setelah enam siklus kemoterapi

M 930 adalah seorang wanita berusia 47 tahun dari Indonesia. Dia mengalami perdarahan vagina pada bulan Desember 2010. Tetapi tidak merasakan sakit. Menstruasi nya normal. Dia berangkat ke Melaka dan melakukan biopsi. Menurut laporan histopatologi tanggal 17 Januari 2011 menunjukkan adanya moderately differentiated squamous cell carcinoma. Dokter nya menyarankan kemoterapi dan radioterapi. Dia diberitahu bahwa kebanyakan pasien memiliki hasil yang baik dari pengobatan tersebut ( apa pun artinya ! ).

Karena tidak yakin dan tidak puas, ia berangkat ke Singapura untuk mendapatkan pendapat kedua ( second opinion ). MRI  pada bagian pinggulnya menunjukkan adanya masa sebesar 7,5 x 7 x 7 cm menonjol turun dari mulut rahimnya. Keadaan ini meliputi sepertiga bagian bawah rahimnya dan juga meluas ke arah vagina. Dokter menawarkan pengobatan: tiga puluh lima kali radiasi dan kemoterapi. Kanker ini tidak bisa dioperasi. Dia diberitahu bahwa dengan perawatan ini dia akan memiliki 60% sampai 70%  penyembuhan. Kami bertanya – Sembuh ?  Ya, sembuh.

Dia tidak  merasa yakin dan menolak perawatan medis lebih lanjut. Hasil tes darah nya yang dilakukan pada tanggal 7 Maret 2011 menunjukkan CEA = 39.0  dan  CA 125 = 964,0.

Mengapa dia menolak kemoterapi dan radioterapi ?

Ketika ditanya – Mengapa anda tidak mau melakukan kemoterapi. Dia menjawab: Tidak, tidak, saya tidak mau. Kakak saya di Singapura benar-benar marah kepada saya karena tidak mau mengikuti saran dokter. Sejak kecil, saya selalu skeptis. Saya mempunyai teman-teman yang telah menjalani kemoterapi dan kondisi mereka baik untuk sementara, lalu setelah itu kondisi mereka “drop” dan  kemudian mereka pergi selamanya.

Kakak ipar suami saya  ( yaitu suami dari kakak perempuan nya) memiliki benjolan di lehernya. Setelah enam siklus kemoterapi, ia meninggal. Dia menjalani pengobatan di Penang. Seluruh badannya menjadi berwarna gelap. Dia mengalami botak dan kulit dibadannya mengelupas. Oh, saya telah melihat banyak kasus seperti ini dan saya sangat takut.

Kasus 8: Paman meninggal enam bulan setelah operasi dan kemoterapi untuk kanker prostat nya

M 935 adalah seorang wanita berusia 54 tahun dari Sumatera, Indonesia.  Pada bulan Juli 2010, dia mengalami kesulitan buang air besar. Dia datang ke Penang untuk berkonsultasi. CT scan pada  tanggal 22 Juli 2010 menunjukkan adanya  masa berukuran 4,94 cm x 2,63 cm yang berlokasi di proximal sigmoid colon dengan penyempitan yang parah dan ini identik dengan kanker. Petanda tumor nya mengalami peningkatan: CEA = 211  dan CA 125 = 91,5.

Dia kemudian menjalani operasi. Itu adalah moderately differentiated adenocarcinoma , Duke Stage C. Tumornya telah meluas ke kelenjar getah bening mesorectal. Tiga dari lima kelenjar getah bening sudah terkena. Dia diminta untuk menjalani kemoterapi. Namun, oncologist nya tidak dapat mengatakan apakah kemoterapi akan menyembuhkannya atau tidak. Tapi ia diberitahu bahwa kemoterapi dapat  memeriksa penyebaran kankernya. Dia dan suaminya tidak yakin dan menolak kemoterapi.

Kenapa ia menolak kemoterapi:

Sang suami berkata: ” Paman saya, yang berusia 75 tahun, meninggal setelah enam bulan pengobatan. Dia menderita kanker prostat. Kemudian menjalani operasi diikuti dengan kemoterapi. Lalu ia meninggal setelah enam bulan kemudian. Dia tidak tahan dengan  perawatan tersebut – tidak bisa makan, tidak bisa tidur dan setiap hari dia demam. Ini adalah suatu kehidupan yang sulit baginya.

Bagaimana Anda tahu semua ini ? Dia adalah paman saya – adik dari ayah saya. Dia tinggal hanya dua rumah jauhnya dari rumah saya. Hidupnya benar-benar susah. Uang hilang dan kemudian, kesakitan dan hidupnya menjadi susah.


Kutipan :

Jika kita tidak membunuh tumornya, kita membunuh pasiennya ~ William Moloney

Kemoterapi adalah suatu usaha untuk meracuni tubuh yang hanya mempercepat kematian dengan harapan membunuh kanker sebelum seluruh tubuhnya terbunuh. Kebanyakan upaya ini tidak berhasil ~ Dr John Lee, author of What Your Doctor May Not Tell You About Breast Cancer,

Kebanyakan penderita kanker di negara ini mati karena kemoterapi. Kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker payudara, usus besar atau kanker paru-paru. Fakta ini telah didokumentasikan selama lebih dari satu dekade. Namun  saat ini dokter masih menggunakan kemoterapi untuk menangani tumor.  ~ Alan Levin, professor of immunology, University of California Medical School, USA.

Dalam onkologi, bahkan memperpanjang hidup pasien selama tiga bulan sampai satu tahun dapat dianggap sebagai suatu prestasi. Mencapai keberhasilan atas suatu peyembuhkan adalah sama seperti halnya menarik tongkat jackpot. Tidak semua kanker dapat disembuhkan  ~ A renowned oncologist of Singapore, The Straits Times, Mind Your Body Supplement, Page 22, 29 November 2006.

Mengapa Pasien Menolak Menjalani Kemoterapi, Bagian 1

Operasi, kemoterapi, radioterapi dan obat yang baru saja  diperkenalkan yaitu “ targeted drugs “  adalah  “standar emas” dalam pengobatan kanker. Kemoterapi masih dianggap sebagai sesuatu yang di agungkan ibarat Sapi Keramat di dalam paddock. Yeong Sek Yee dan Khadijah Shaari telah menulis empat artikel review ekstensif mengenai kemoterapi. Oleh karena itu kami tidak akan mengulangi apa yang telah mereka tulis. Jika anda belum membaca artikel ini, berikut ini adalah link-nya :

1. Effectiveness or Ineffectivenes of Chemotherapy, Part 1: What Some Oncologists Say. http://ejtcm.com/2011/03/17/effectiveness-or-ineffectivenes-of-chemotherapy-part-1-what-some-oncologists-say-%E2%80%A6/

2. Effectiveness or Ineffectiveness of Chemotherapy, Part 2: What Some Oncologists Say. http://ejtcm.com/2011/03/17/effectiveness-or-ineffectivenes-of-chemotherapy-part-2-what-some-oncologists-say-%E2%80%A6/

3. Chemotherapy Effectiveness or Ineffectiveness, Part 3: What Other Medical Doctors Say. http://ejtcm.com/2011/03/20/chemotherapy-effectiveness-or-ineffectiveness-part-3-what-other-medical-doctors-say/

4. Chemotherapy Effectiveness or Ineffectiveness, Part 4: What Other Medical Doctors Say. http://ejtcm.com/2011/03/20/chemotherapy-effectiveness-or-ineffectiveness-part-4-what-other-medical-doctors-say/

Alasan mengapa kita memuat artikel ini adalah karena kami percaya bahwa hal ini merupakan tugas kami untuk memberitahu mereka yang ingin tahu tentang kebenaran. Mari kita luruskan bahwa kami TIDAK anti-kemo atau anti obat-modern. Kamipun tidak pro-kemo. Kami mengambil jalan tengah. Setuju terhadap  apa yang baik dan bermanfaat dan menolak apa yang tidak berguna dan berbahaya. Bila anda terkena kanker, ini bukan waktunya untuk mengikuti setiap “ideologi” dengan membabi buta.

Apakah anda akan melakukan kemo atau tidak,  itu adalah keputusan anda sepenuhnya. Ikuti apa yang dikatakan hati anda dan pilih jalan yang membawa kedamaian bagi diri anda sendiri. Sebab ini ANDA, dan anda sendiri, yang akan mendapatkan manfaat atau penderitaan dari apa pun yang anda lakukan. Apapun konsekuensinya, orang lain hanya bisa melihat saja – ketidak berdayaan atau kebahagiaan.

Renungkan dan perhatikanlah kutipan berikut ini :

  • Umat-Ku dihancurkan / dibunuh  karena kurangnya pengetahuan ~ Hosea 4:06
  • Kurangnya pengetahuan adalah penyebab dari penderitaan ~ Swami Krishnananda
  • Akar penyebab dari penyakit adalah ketidaktahuan akan pikiran dan tubuh kita ~ menurut Ayurveda
  • Penyebab utama dari setiap jenis penderitaan atau kesakitan, adalah kebodohan ~ Pengobatan Tibet
  • Hanya ada satu yang baik yaitu pengetahuan, dan satu yang jahat, yaitu kebodohan ~ Socrates
  • Jalan menuju kesehatan adalah jalan pengetahuan. Mengabaikan pengetahuan adalah penyakit ~ kebijakan Cina

Jika Anda telah membaca apa yang kami tulis, setidaknya anda dapat merasa nyaman dimana anda telah banyak mendapat masukkan dan tidak lagi bodoh. Anda juga akan merasa nyaman karena keputusan yang anda buat, apakah melakukan kemo atau tidak, itu berdasarkan pada berbagai pengetahuan / pertimbangan, dan Anda tidak lagi membuta dipimpin ke pembantaian!

Bagi beberapa orang merasa bahwa membaca itu adalah hal yang membosankan dan umumnya mereka tidak suka membaca. Untuk orang-orang seperti ini mungkin menonton video adalah lebih baik ?  Dalam artikel review yang telah disebutkan di atas, anda telah membaca apa yang dikatakan para ahli onkologi dan dokter-dokter  tentang kemoterapi. Sayangnya para pemain yang paling penting – dalam hal ini para pasien – tidak muncul / hilang !

Jadi untuk membuat gambaran yang lengkap, kami akan memperkenalkan anda dengan serangkaian artikel tentang  apa yang dikatakan oleh para pasien itu sendiri tentang kemoterapi,. Pada bagian ini tidak akan ada banyak kata-kata tulisan. Malahan sebaliknya, lebih baik anda mendengarkan para pasien itu sendiri berbicara !   Ini adalah artikel kami yang pertama pada seri ini.

Jadi, sekarang tidak ada alasan lagi untuk mengatakan bahwa anda tidak tahu !

PRESENTASI  KASUS

Kasus 1: Sepupu nya meninggal setelah kemo untuk kanker limfoma nya.

Gu ( M956 ) adalah seorang  pria berusia 59 dari Medan, Indonesia. Pada awal Maret 2010, ia mengalami batuk-batuk disertai darah dalam dahak nya. Dia juga menderita sesak nafas. CT-scan thorax pada 25 Maret 2010 menunjukkan adanya cairan di paru sebelah kanan, sehubungan dengan collapse (kempes) nya bagian kanan bawah dari paru-parunya. Gu kemudian menjalani penyedotan cairan dari lapisan pembungkus paru-parunya. Setelah pengeluaran cairan, ia merasa lebih baik. Gu dijadwalkan untuk pemeriksaan endoskopi untuk lebih mempertegas lebih lanjut masalahnya. Keluarganya diberitahu ini kemungkinan kanker stadium 4.  Bilamana memang kasusnya demikian, ia akan disarankan untuk menjalani kemoterapi.

Karena, setiap orang dalam keluarga itu tidak setuju terhadap kemoterapi, Gu memutuskan untuk tidak melanjutkan dengan pemeriksaan medis lebih lanjut.

Mengapa dia menolak kemoterapi ? Sepupu-nya menderita limfoma dan menjalani kemoterapi. Setelah ” berhasil ” menyelesaikan kemoterapi, ia kemudian meninggal.

 

Kasus 2: Menantu laki-laki berusia 43 tahun meninggal setelah delapan siklus kemoterapi untuk kanker usus besar.

M 918 adalah seorang wanita berusia 71 tahun dari Aceh, Indonesia. Pada awal 2010, ia mengalami batuk-batuk. Dengan pengobatan dari dokter, batuknya datang dan pergi. Kemudian pada bulan November 2010, ia mengalami batuk  dengan darah. Pada bulan Februari 2011 ia datang ke Penang untuk pemeriksaan lebih lanjut.

CT scan di rumah sakit swasta menunjukkan adanya nodularity dan gambaran yang berkabut dalam paru-paru kiri serta penebalan pleura. Dia diberitahu bahwa itu adalah pertumbuhan sel kanker. Tidak puas dengan penjelasan tersebut, ia pergi ke rumah sakit swasta lainnya untuk mencari pendapat kedua. Kemudian dilakukan CT scan ulang diikuti oleh biopsi. Hal itu menegaskan bahwa dia menderita kanker paru-paru. Dan dia diminta untuk menjalani kemoterapi. Dia menolak dan datang ke CA Care pada tanggal 20 Februari 2010.

Kenapa ia menolak kemoterapi: Dia berkata: ” Saya tidak mau kemoterapi … saya takut. Menantu saya, sebelumnya dia baik-baik saja tapi setelah kemo, dia meninggal. Dia menderita kanker usus besar. Dia tampak sehat. Ini terjadi pada tahun 2006.  Dia telah menjalani delapan siklus kemoterapi setelah itu ia meninggal. Kondisi dia itu sehat, kuat … mampu membawa barang-barang berat pada saat bekerja. Dan dia baru berumur 43 tahun. Itulah sebabnya saya tidak mau menjalani kemo.  ” Saya takut. ”

 

Kasus 3: Seorang Ibu meninggal setelah kemoterapi untuk kanker payudara.

H561 adalah seorang wanita Malaysia berumur 35 tahun. Pada bulan Februari 2011, dia menemukan adanya benjolan di payudara kanannya. Kemudian dia menjalani operasi lumpectomy. Itu adalah termasuk kategori kanker ganas  ( invasive ductal carcinoma ) NOS with ductal carcinoma in situ (comedocarcinoma). Empat kelenjar getah bening yang terinfeksi kanker telah diambil. Tumor tersebut  positif  terhadap  test  p53, C-erbB-2, estrogen dan progesterone receptor. Kemudian dia diminta untuk menjalani kemoterapi dan radioterapi. Dia menolak dan datang ke CA Care pada tanggal 15 Maret 2011.

Kenapa ia menolak kemoterapi: Ibu saya, karena kanker payudara, telah meninggal dunia. Saya menatapnya saat berbaring di tempat tidur, dia tidak bisa bangun … ini yang tidak saya inginkan.

Ibu saya waktu itu berumur 56 tahun. Dia terkena kanker payudara dan menjalani operasi pengangkatan. Seluruh payudaranya diangkat. Lalu ia menjalani kemoterapi di Singapura. Setelah itu kembali ke Johor Baru dan menjalani kemo lagi … lalu ke Kuala Lumpur dan menjalani kemo lagi. Kemudian ahirnya ia kembali lagi ke Johor Baru, untuk menunggu waktunya dan meninggal.

Ketika pertama kali didiagnosis, kankernya tidak menyebar ke organ lain. Dia masih kuat dan oke. Namun setelah kemo di Singapura kankernya menyebar ke organ hati nya. Setelah selama tiga tahun menjalani kemoterapi terus menerus, keluar – masuk  rumah sakit – ahirnya dia meninggal.

Maaf:  Seorang onkologi yang sangat terkenal di Singapura mengatakan: ” Sel-sel kanker tersebut tipe yang sangat agresif. ” Saya belum pernah melihat yang agresif nya  seperti yang satu ini ! ”

Sekarang giliran anda, dokter telah  meminta anda untuk melakukan kemoterapi dan radioterapi – Anda tidak  bersedia ?

Saya tidak mau.  Saya tidak mau mengikuti  jejak ibu saya !

 

Kasus 4: Kakak perempuan meninggal setelah kemoterapi untuk kanker usus besar.

H574 seorang laki-laki Malaysia berumur 40 tahun. Pada tahun 2007 dia didiagnosis terkena kanker usus Stadium 3.  Ia disarankan untuk menjalani kemoterapi normal i / v (intravena atau injeksi). Tetapi dia memilih obat kemo oral,yaitu Xeloda, sebagai gantinya. Dia menjalani total delapan siklus Xeloda dan menderita berbagai efek samping seperti: badan terasa panas, tidak bisa tidur, sakit pada tenggorokan, kehilangan nafsu makan dan merasakan lemas atau berkurangnya kekuatan.

Perawatan dengan Xeloda selesai pada bulan Februari 2008. Setelah itu ia merasa sakit dan mengalami kesulitan bernapas. Dia terpaksa mengonsumsi suplemen. Ia disarankan lagi untuk menjalani kemoterapi i / v  tapi menolak. Dia datang untuk minta pertolongan kami pada tanggal 3 April 2011.

Mengapa dia menolak kemoterapi: ” Dokter meminta saya untuk kembali dan melakukan kemo. Saya tidak mau. Kakak perempuan saya mempunyai kasus yang sama – kanker usus besar, menjalani kemoterapi, lalu menyebar ke hati dan kemudian mati “.

“ Kakak perempuan saya berumur 50-tahun, dia menderita kanker dua tahun yang lalu.”  Dia terkena kanker usus besar, dioperasi, lalu kemoterapi dan setelah itu kankernya menyebar ke hati. Sebelum dioperasi kanker nya tidak  ada di hatinya. Setelah enam kali kemo, kemudian menyebar ke hati. Dokter nya berkeinginan untuk mengoperasi hatinya. Dia menolaknya. ” Setelah beberapa bulan kemudian ia meninggal. ”

” Saya juga terkena kanker usus besar, tiga tahun lalu – beberapa bulan lebih awal dari kakak saya …”

 

Kutipan :

  • Pelajarilah semua yang anda dapat dari kesalahan orang lain. Anda tidak akan punya waktu untuk mempelajari semuanya sendiri. ~Alfred Sheinwold
  • Segala sesuatu yang telah dikatakan sebelumnya, tapi karena tidak ada yang mendengarkan kita harus selalu kembali dan mulai dari semula lagi. ~Andre Gide, Le traite du Narcisse , 1891
  • Orang bijak belajar dari pengalaman orang lain; orang bodoh belajar dari dirinya sendiri. Pepatah ~ Kuno

Kanker Payudara: Pesan Ilani – Belajar dari kesalahan saya, jangan lagi menjalani kemo

KUALA LUMPUR (Feb 24, 2011): Ketua Komite untuk Mempromosikan Masalah Pemahaman dan Kerukunan Antar-Agama, Datuk Ilani Isahak, meninggal hari ini setelah berjuang melawan kanker payudara selama lima tahun terakhir.  Ilani, 58 tahun, telah menghembuskan nafas terakhir nya sekitar jam 6 pagi di Universiti Kebangsaan Malaysia Medical Centre ( PPUKM ).

Sumber: http://www.sun2surf.com/article.cfm?id=57980

The Star melaporkan: Ketua Komite Kerja Untuk Masalah Hubungan Antar Agama, Datuk Ilani Isahak meninggal setelah tiga tahun berperang  melawan kanker payudara. Ilani telah berada di rumah sakit sejak tanggal 23 January 2011. Seluruh keluarganya sudah berkumpul bersama saat dia mengembuskan nafas terakhirnya, demikian menurut penjelasan dari kakak kandungnya Dr Amir Farid Isahak.

Sumber : http://thestar.com.my/news/story.asp?file=/2011/2/24/nation/20110224105738&sec=nation http://www.thestaronline.com/news/story.asp?file=/2011/2/25/nation/8137635&sec=nation

PENJELASAN  DARI  KAKAK  KANDUNG NYA :

Pada tanggal 2 Maret 2011, saya menerima e-mail dari Dr Amir Farid. Saya meminta izin kepada Dr Amir untuk menyalin kembali e-mail-nya (tentunya tanpa mencantumkan namanya). Ini adalah jawabannya: “Ya, anda bisa mengutip e-mail saya, dengan mencantumkan nama saya. Hal tersebut akan memberikan kredibilitas dibandingkan dengan kutipan tanpa nama.”  Inilah kelanjutan dari e-mail-nya kepada saya.

Salam,

Terima kasih untuk mau berbagi, dan juga atas banyaknya artikel yang telah anda tulis dan telah menjadi masukkan yang tak ternilai bagi saya. Artikel-artikel saya untuk The Star telah disensor ketika mulai mengkritik tentang kemoterapi. Untungnya mereka tidak bisa melakukan sensor semuanya, jadi beberapa masih bisa masuk.

Saya bingung sekali karena adik saya sendiri Dato Hajjah Ilani baru saja meninggal pekan lalu setelah menjalani kemoterapi selama tiga tahun. Dia mengikuti semua saran yang diberikan oleh dr.onkologi nya . Setiap kali, setelah berdiskusi dengan saya, ia  memutuskan ” tidak ada kemo lagi “, tapi setelah kunjungan berikutnya dengan oncologist, ia kemudian memberitahu saya  “oncologist mengatakan bahwa saya betul-betul perlu untuk menjalani kemoterapi lagi, jadi saya menyetujui nya “.

Dalam tiga tahun ini ia telah menjalani banyak program kemo. Dia juga diberikan begitu banyak dosis Herceptin, yang ternyata salah pemberian karena kemudian mereka mengatakan kepadanya bahwa laporan nya salah. Dia diberikan pula beberapa dosis Avastin, yang sebetulnya sudah ditarik penggunaan nya dalam pengobatan kanker payudara oleh US FDA pada bulan Desember 2010, karena kerusakan yang ditimbulkan  melebihi apapun dari semua unsur yang baik.

Anda dapat membayangkan sejauh apa semua kehancuran itu telah terjadi kepada tubuhnya. Dia menjalani kemo sampai bulan Desember 2010. Hanya ketika dia sampai dalam kondisi yang buruk pada bulan Januari 2011, dia memutuskan untuk tidak mejalani kemo lagi. Pada saat itu juga ahli onkologi nya  memutuskan bahwa dia termasuk kasus yang sudah tidak ada harapan lagi dan disarankan untuk menjalani perawatan paliatif saja.

Diatas tempat tidur (ahirnya menjadi tempat tidur  kematiannya), dia berkata kepada saya ” belajar dari kesalahan saya, jangan lagi menjalani kemoterapi “.  Apakah Anda berpikir Star akan mencetaknya jika saya menceritakan hal ini? Tidak akan sama sekali. Sayangnya, banyak lagi yang akan diyakinkan oleh para ahli onkologi mereka, bahwa kemoterapi adalah ” mutlak diperlukan “.

Dr Amir.

(Catatan: Dr Amir Farid Isahak adalah konsultan medis senior / dokter ahli kandungan. Dia juga seorang Master Chikung dan Master Reiki. Dia adalah Presiden Pendiri dari Asosiasi Guolin Chikung Malaysia dan juga Wakil Presiden dari Asosiasi Reiki Malaysia).

RESPONS  DARI  PEMBACA.

Kepada Yth  Dr Amir, saya turut berduka cita  mendengar berita tentang wafatnya  adik anda Ilani. Kehilangan seorang adik yang menderita kanker payudara (yang menjalani kemoterapi) saya dapat membayangkan bagaimana perasaan anda … dapat saya katakan kepada anda bahwa hal ini tidak akan mudah bagi anda mulai saat ini, terutama dari posisi anda “ yang memiliki hak-hak istimewa ” sebagai dokter yang percaya pada pengobatan komplementer.Dan karena kita berada di “ bisnis untuk membantu penderita kanker” bersiaplah untuk menghadapi ujian  … bagaimana bisa, anda sampai tidak bisa membantu adik sendiri eh?

Selamat bergabung. Secara pribadi, saya belajar banyak dari pengalaman adik saya dan kemudian  saya gunakan untuk memotivasi pasien kanker lainnya. Saya kira anda akan melakukan hal yang sama yaitu melaksanakan” amanat “ dari adik anda. Mereka telah pindah dari tempat persinggahan mereka di bumi ini dan semoga Allah memberkati jiwa mereka dan memberi mereka kedamaian.

KOMENTAR

Terima kasih Dok. sudah mau berbagi dengan kami. Dato Hajjah Ilani bukan satu-satunya orang yang meninggal setelah gagal berperang. Disana ada (dan akan) lebih banyak lagi pasien seperti dia. Satu- satunya tanggapan saya terhadap episode ini adalah  mengangkat tangan saya dalam keputus- asaan.  Tetapi tentu saja, saya tidak akan menyerah !

Pesan Dato Illani’s adalah: Belajar dari kesalahan saya, jangan lagi menjalani kemo. Dan kita akan memberitahu dunia mengenai hal itu !  Tapi biarlah saya katakan ini dengan tegas dan jelas: Ini bukan untuk saya ataupun CA Care untuk memberitahu Anda, pasien kanker, apa yang harus dilakukan – untuk menjalani atau tidak menjalani kemo. Itu harus menjadi keputusan Anda sendiri.

Tanggung jawab kami adalah untuk memberikan anda informasi yang kredibel. Bacalah tulisan ini dan kemudian buatlah keputusan sendiri. Ini menyangkut hidup anda sendiri dan hanya andalah yang akan mendapatkan keuntungan atau penderitaan dari keputusan yang telah anda buat tersebut.

Inilah cotohnya jika-obat kemoterapi tumpah ke tangan anda yang tidak dilindungi. Apa yang akan terjadi jika sebotol penuh obat ini dipompa ke dalam tubuh Anda?

Nah seperti inilah jadinya  jika dokter  telah “membuat anda berantakan”.

Gambar di bawah ini: Seorang pasien dari  Indonesia berusia 73 tahun menjalani mastektomi. Tiga bulan kemudian (bukan tahun!) kanker nya muncul kembali. Dia kemudian menjalani kemoterapi dan radioterapi. Perawatan dihentikan setengah jalan karena kondisnya melemah dan tidak bisa berjalan. Apakah ini yang disebut-sebut metode yang telah terbukti secara ilmiah tersebut ? Apakah lebih baik dari minyak ular? ( snake oil ) Bagaimana jika anda tidak Melakukan Apapun ?

 

Beberapa dari Anda mungkin akan berkata kepada saya : “Tapi anda bias. Anda hanya menulis tentang hal-hal yang buruk  saja … bagaimana tentang sisi baik dari kemo?”          Mungkin bisa jadi anda benar !  Soalnya semua pasien yang datang dan menemui saya pada umumnya kasus yang gagal – setelah kemoterapi atau radiasi tidak dapat menyelamatkan mereka lagi !  Para pasien yang sukses tentu tidak datang untuk menemui saya. Maaf, saya hanya bisa melihat sisi jelek dari  perawatan medis.

Namun, pertanyaan saya adalah: “Mengapa terdapat begitu banyak kasus buruk ? ”  Tidak bisakah  apa yang disebut pengobatan ilmiah tersebut berbuat lebih baik dari itu.?  Kemudian  saya ingin bertanya lagi: ” Apakah saya salah  atau  saya mengatakan yang tidak sebenarnya – masih jugakah saya dikatakan bias ? “

FAKTA-FAKTA  DAN  PENDAPAT  PARA  AHLI.

Saya sarankan anda mengunjungi website kami: https://cancercareindonesia.com/category/breast-cancer/ sebelum anda melemparkan batu  pertama. Baca dan dengarkan sendiri apa yang dikatakan oleh orang- orang ini tentang kanker payudara. Kemudian baca buku-buku tentang kanker payudara. Marilah kita mulai dengan mengamatinya :

Di dalam buku saya, CA Care Experience with BREAST CANCER, saya telah menjawab pertanyaan yang paling penting ini: Efektifkah Kemoterapi ? Izinkan saya mengutip apa yang saya tulis:

Graeme Morgan & Associates (Clinical Oncology 16:549-560; 2004)  menulis :

  • Kontribusi keseluruhan dari kemoterapi curatif dan adjuvant therapy, terhadap kelangsungan hidup 5 tahun pada orang dewasa diperkirakan sebesar 2,3% di Australia dan 2,1% di Amerika Serikat.

Di Australia, dari 10.661 orang yang menderita kanker payudara hanya 164 orang yang bertahan hidup selama5 tahun karena kemoterapi. Ini menggambarkan hanya 1,5 % kontribusi dari kemoterapi untuk dapat bertahan hidup.

Eva Segelov dalam sebuah editorial (Australian Presciber 29:2-3; 2006) menyatakan bahwa:

  • Kemoterapi telah mengalami kejenuhan dalam penjualannya ( oversold ). Kemoterapi hanya meningkatkan kelangsungan hidup kurang dari 3% pada orang dewasa yang mengidap kanker.

M. Veroort & Associates (British J Cancer 19:242-247; 204)  menyimpulkan bahwa:

  • Pengurangan kematian pada kanker payudara yang disebabkan oleh praktik-terkini dalam pemberian tamoxifen ( adjuvant therapy) dan kemoterapi adalah 7%.

Guy Faguet ( The War on Cancer: An anatomy of failure …)  menulis :

  • Sebuah analisa objektif dari kemoterapi kanker selama tiga dekade terakhir ini menunjukkan bahwa, meskipun biaya yang dikeluarkan oleh orang-orang dan institusi keuangan sangat banyak , paradigma mengenai pembunuhan sel kanker telah gagal untuk mencapai tujuannya … dan penaklukan kanker tetap menjadi tujuan yang jauh dari harapan dan sukar dipahami.
  • Kemoterapi untuk kanker didasarkan pada dasar pikiran yang cacat dengan tujuan yang tak dapat dicapai, sifat untuk merusak sel dari kemoterapi dalam bentuk yang sekarang tidak akan dapat memberantas kanker dan tidak juga meringankan penderitaan.

Di dalam buku saya, Understanding Cancer War and Cure, saya mengutip pendapat para ahli sebagai berikut:

Dr. John Lee, penulis What Your Doctor May Not Tell You About Breast Cancer, menulis :

  • Kemoterapi adalah suatu usaha untuk meracuni tubuh yang hanya mempersingkat kematian dengan harapan untuk membunuh kanker sebelum seluruh tubuh terbunuh.
  • Kebanyakan tidak berhasil.

Alan Levin, profesor imunologi,dari University of California Medical School mengatakan :

  • Kebanyakan penderita kanker di negara ini mati karena kemoterapi.
  • Kemoterapi tidak dapat melenyapkan /membunuh  kanker payudara ,kanker usus besar ataupun kanker paru-paru.
  • Fakta ini telah didokumentasikan selama lebih dari satu dekade.
  • Namun dokter masih menggunakan kemoterapi untuk tumor-tumor ini.
  • Wanita dengan kanker payudara yang menjalani kemoterapi cenderung mati lebih cepat  daripada tanpa kemoterapi.

Dalam bukunya, Enter the Zone, Dr Barry Sears menulis :

  • Semua orang tahu bahwa obat kanker yang ada saat ini amat buruk. ~ Wolfgang Wrasidlo, direktur pengembangan obat, Klinik Scripps, La Jolla, California, pg. 164
  • Pengobatan untuk kanker yang ada sekarang ini mungkin yang paling biadab dalam dunia kedokteran modern ini, pg. 166. 166.

Tinggal dekat rumah, seorang dokter onkologi terkenal di Singapura – Dr. Ang Peng Tiam, membuat tulisan ini yang dimuat dalam suratkhabar The Straits Times, Mind Your Body Supplement, halaman 22, tanggal 29 November 2006 :

  • Onkologi tidak seperti spesialis medis yang lainnya di mana melakukan pekerjaan dengan baik adalah suatu norma. Dalam onkologi, bahkan memperpanjang hidup pasien selama tiga bulan sampai satu tahun telah dianggap suatu prestasi.
  • Mencapai kesembuhkan adalah seperti menarik jackpot.
  • Tidak semua kanker dapat disembuhkan.

Bagi seorang pasien untuk menerima kesembuhkan adalah seperti menarik jackpot.  Dapat ?  Tapi,tunggu sebentar dan mari kita bertanya : Siapa yang lebih cenderung menarik tongkat jackpot pertama kali ? Pasien atau ahli onkologi ?  Baca cerita ini: https://cancercareindonesia.com/2011/03/01/breast-cancer-she-died-even-after-multi-million-dollar-medical-bill/

Komentar terakhir saya,

Waspadalah terhadap Propaganda oleh Media Massa

Apakah anda pikir Surat Kabar, Majalah dan berita TV News, menyajikan informasi medis secara wajar dan objektif ?  Pikirkan lagi.

Propaganda Medis sudah merajalela. Tujuannya adalah untuk menyesatkan, membingungkan dan memaksa Anda untuk mendukung pengobatan konvensional dan meningkatkan perlombaan dalam indutri obat kanker. ~ Burton Goldberg, An alternative medicine definitive guide to cancer.

Kanker Payudara: Dia Meninggal Meskipun Telah Menghabiskan Biaya Pengobatan Juta-an Dollar

Kami menghabiskan waktu dipekan terahir bulan Februari 2011 di Singapura. Sebenarnya perjalanan ini untuk menghadiri upacara pernikahan digereja dari putri seorang teman. Pada saat yang bersamaan kami menikmati kesempatan  “dimanjakan” oleh kebaikan dari adik laki-laki istri saya  Im, yang tinggal di Singapura. Dia menempatkan kami di hotel Raffles City. Kami dapat melihat kota Singapura yang menakjubkan dari kamar kami di lantai 54. Kamipun menyempatkan waktu untuk melihat-lihat toko-toko. Melalui kaca jendela toko kita bisa melihat macam-macam jam tangan yang dipajang. Salah satunya menunjukkan label harga sebesar $ 150.000 sebuah !  Wow, sebuah harga yang menakjubkan !  Pendek kata selalu serba wow, wow dan wow bila datang ke Singapura.

Wow lain telah mengagetkan saya pada keesokan paginya. Harian The Straits Times Minggu tanggal 27 Februari 2011 memuat  tulisan berita utama : Biaya Dokter:  Berapa banyakkah terlalu banyak itu ? ( judul asli : Doctor’s charge : How much is too much ? )

LATAR BELAKANG CERITA

Ada suatu kasus penipuan medis yang berlangsung terus menerus yang menjadi berita utama dari surat kabar terkemuka. Seorang ahli bedah yang cukup terkenal di Singapura, Dr Susan Lim, dituduh telah menggelembungkan tagihan medis seorang pasien asal Brunei.

Baca lebih lanjut: Dr Lim Telah Memalukan Organisasi Medis.  http://topnews.net.nz/content/212192-dr-lim-embarrassed-medical-fraternity

Total tagihan medis yang dibebankan oleh Dr Susan Lim kepada pasien khusus ini adalah sebagai berikut:

• Pada tahun 2004 sebesar $ 2.800.000
• Pada tahun 2005 sebesar $ 3.800.000
• Pada tahun 2006 sebesar $ 7.500.000
• Pada tahun 2007 sebesar $ 24.800.000

Jadi berapa biaya yang adil dan pantas dari seorang dokter terkenal yang dapat ditagih kepada  pasiennya? Ini adalah angka yang diberikan oleh berberapa dokter Singapura:

• Dr Hong Ga Sze mengatakan besarnya pendapatan sehari-hari yang wajar adalah $ 1.000 sampai $ 2.000 per hari.
• Dr Tan Yew Oo, ahli onkologi di Gleneagles Cancer Centre mengatakan $ 10.000 sampai $ 20.000 per hari.
• Prof Soo Khee Chee, kepala dari National Cancer Centre mengatakan $ 100.000 per hari adalah baik dan setuju bahwa Dr Susan Lim bisa mendapatkan pendapatan sebesar $450.000 per hari.

Tidakkah anda pikir angka-angka ini bernilai besar, besar,  woow yang besar ?

Lebih lanjut dilaporkan bahwa untuk periode 15 Januari – 16 Juni, total tagihan yang dibebankan oleh Dr Susan Lim sebesar $ 26 juta. Ini tidak termasuk kerja yang dilakukan oleh Dr Lim dan timnya di Brunei pada bulan Juni dan Juli tahun itu. Pada awal Agustus, Dr Lim, memutuskan untuk membebaskan beberapa biaya secara efektif untuk mengurangi separuh dari jumlah utangnya. Pada bulan November tahun itu, ia memutuskan untuk membebaskan biaya untuk dia seluruhnya, penagihan kepada pasien hanya untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang berjumlah sedikitnya lebih dari $ 3 juta.

Selengkapnya: http://www.straitstimes.com/BreakingNews/Singapore/Story/STIStory_639428.html

LEBIH BANYAK TENTANG SUSAN LIM SAGA.

Hari Minggu itu juga kami terbang pulang ke Penang. Saya agak penasaran tentang Susan Lim Saga ini dan mulai surfing di internet untuk mencarai  informasi lebih lanjut. Ini adalah beberapa informasi yang berhasil saya kumpulkan.

Siapa dokter bedah tersebut ?

Sebuah porta berital Brunei online, Brudirect News  melaporkan : Seorang Dokter di Singapore  Diselidiki Telah Mengenakan Biaya Jutaan $ Dolar Kepada Seorang Warga Brunei. Dr Susan Lim adalah seorang ahli bedah terkenal yang telah melakukan transplantasi hati pertama di Singapura sekitar dua dekade lalu.

Dia memiliki dua klinik, Susan Lim Surgery  di Gleneagles dan Mount Elizabeth Clinic Centre. Pada website kliniknya dia terdaftar juga sebagai seorang ahli bedah transplantasi dan Profesor Tamu di Blizard Institute of Cell & Molecular Sciences,  Barts & The London School Medicine and Dentistry dan Fellow from Harvard Stem Cell Institute.

Selengkapnya: http://www.brudirect.com/index.php/2010020715483/First-Stories/singapore-doe-probed-for-charging-millions-of-from-bruneian.html

Siapakah  pasiennya ?

Kabarnya, korban tersebut adalah almarhum Pengiran Anak Hajah Damit, adik dari Ratu Brunei dan sepupu Sultan. Dia menderita kanker payudara dan dirawat oleh Dr Lim dari tahun 2001 sampai dia meninggal pada bulan Agustus 2007.

Selengkapnya : Doctor bumped up bill $ 500 to $ 93,500 AsiaOnline http://health.asiaone.com/Health/News/Story/A1Story20110224-265072.html

Bagaimana angka itu dapat melambung

Sebuah artikel, Straits Times pada tanggal 24 Februari 2011, dengan topik utama : Ahli Bedah menggelembungkan tagihan $ 400 sampai $ 211.000.

http://www.straitstimes.com/BreakingNews/Singapore/Story/STIStory_638329.html#

Artikel tersebut mengatakan:

• Seorang dokter spesialis yang merawat pasien ahli bedah Susan Lim mengirimkan tagihan sebesar $ 400. Dia ( Susan Lim ) kemudian  menaikan biaya tagihan tersebut hingga $ 211.000 ketika ia menagih kepada Brunei High Commission  di sini.
• Dokter lain lagi mengenakan biaya $ 500, tetapi Dr Lim melonjakkan  hingga $ 93.500.
• Lalu ada tagihan lain lagi sebesar $ 3.000 dinaikan menjadi $ 285.100.
• Hal lain yang mengejutkan, ketika pasien harus dirawat di unit perawatan intensif, ia diminta untuk membayar $ 450.000 untuk hari pertama dan $ 250.000 untuk empat hari berikutnya, dengan alasan untuk “monitoring services “.

Baca selengkapnya : Dr Lim Embarrassed The Medical Fraternity  http://topnews.net.nz/content/212192-dr-lim-embarrassed-medical-fraternity

Online USA News : Susan Lim Medical Council
http://www.onlineusanews.com/susan-lim-singapore-medical-council-11491.php

 

Apa yang DIKATAKAN  para blogger:

1. The Great Singapore Rip off – Medical Tourism and Dr.Susan Lim Saga.

Dengan seorang spesialis seperti Dr Susan Lim dan beberapa anggota organisasinya dia berkata dokter dapat, bilamana diperlukan, tarif pendapatan seharinya dapat mencapai sebesar S $ 300.000 , Singapura benar-benar lupa dengan pertumbuhannya sebagai tempat  tujuan untuk berobat bagi mereka yang membutuhkan pertolongan medis.

Dr Lim telah menjadi simbol keserakahan yang ekstrim. Dipandang dari segi apapun jumlah tersebut bukan saja jumlah yang amat luar biasa besarnya, tetapi sarat dengan penipuan. Misalnya, ketika ia membawa seorang spesialis di luar bidangnya, ia dikenakan tagihan kurang dari S $ 1.000. Tapi dia membuat  tagihan lebih dari S $ 300.000  untuk keluarga kerajaan Brunei. Saya pikir ini adalah kombinasi dari keserakahan, kriminalitas dan kebodohan.

Baca selengkapnya: Joslin Vethakumar http://joslinv.wordpress.com/2011/02/27/medical-tourism-with-specialists-like-dr-susan-lim-singapore-can-forget-about-it/

2. Saya juga terkejut …

Saya juga terkejut membaca kesaksian oleh Dr Soo Khee Chee, kepala dari National Cancer Center, mengatakan bahwa pendapatan sebesar $ 100.000 per hari adalah wajar dan, dalam kasus Susan Lim, dikatakan itu semua tidak ada masalah untuk pembayaran  sebesar $ 300.000, tanpa potongan, sebagai biaya  konsultasi pada hari tertentu.

Bagaimana seorang kepala dari sebuah pusat pendanaan publik pada bidang / keahlian khusus itu, mendapat kesan bahwa ini adalah tingkat pembayaran ( fee ) yang dapat diterima ?  Tak heran, Singapura telah ” membuat takut ” tentang tagihan medis mereka. Mereka harus mendengar cerita dari biaya yang jumlahnya amat luar biasa itu.

Ada pelajaran penting dari kasus ini. Setelah pasien menghabiskan $ 26 juta, pasien masih tetap mati.Tidak ada jumlah uang bisa membalikkan sesuatu hal yang tak terhindarkan..

Bagi sebuah keluarga kaya-raya  yang mampu membayar biaya setinggi itu, tidak ada masalah untuk mengeluarkan uang sejumlah tersebut. Namun, bagi sebagian besar keluarga biasa yang tidak sangat kaya, mereka tidak boleh menghabiskan biaya $ 100.000 atau lebih untuk pengobatan yang memiliki peluang keberhasilan yang rendah. Lebih baik membiarkan alam untuk menentukan jalannya.

Baca lebih lanjut: Angry Patient  http://easyapps.sg/sgep/admin/file.aspx?id=58

3. Kebanyakan dokter tidak melihat sesuatu yang salah dengan biaya Dr Susan Lim

Masalah dengan dokter di Singapura adalah, bahwa mereka berada di profesi untuk mencari uang. Banyak profesional medis di negara lain adalah dokter karena keinginan mereka untuk membantu sesama umat manusia. Uang itu, meskipun perlu, adalah pertimbangan sekunder. Banyak “ sinkie doctors “  juga berasal dari keluarga terhormat, dan menurut mereka menjadi dokter agar supaya bisa menjadi kaya dan memberikan martabat yang tinggi bagi keluarga mereka.

Pernahkah melihat “ sinkie doctors “ melakukan hal ini? Mereka terlalu sibuk dengan perhitungan biaya yang tidak pantas ( sangat tinggi ) untuk orang-orang Indonesia, Malaysia, dll

Lain kali jika anda pergi dan menemui  seorang dokter di Singapura, tanyakan pada diri anda apakah mereka memeriksa anda demi uang atau benar-benar untuk menolong anda.

Baca selengkapnya: http://www.singsupplies.com/showthread.php?p=686418

4. Dr Susan Lim: Biaya Hidup Yang Tinggi … Tidak  sehat

Dokter yang reputasinya buruk dalam kasus yang memalukan ini  (ya, beritanya telah   sampai ke Selandia Baru – dan tidak hanya di Brunei dan  Singapura) adalah seorang ahli bedah, Dr Susan Lim.  Menurut situs diinternetnya, dia adalah orang Singapura yang pertama dan juga anggota termuda dari Trinity College. Oh, dan dia juga memiliki artikel di Wikipedia tentang dia juga !  Saya kira semua ini yang menyebabkan  tagihan yang tinggi dan gila-gilaan ?!?!

Dan ironinya yang menyedihkan adalah walaupun telah mengeluarkan sejumlah uang yang fantastis, pasien tetap meninggal karena kanker payudara.

• Ahli bedah Susan Lim mengobati seorang pasien yang ada hubungannya dengan istana Brunei selama tujuh bulan pada tahun 2007. Total tagihannya : $ 24.800.000.
• Dr Lim juga mengenakan biaya kepada pasien untuk membatalkan dua konferensi, di atas biaya pengobatan, dengan satu tagihan sebesar $ 78.000 dan satu lagi yang lainnya hingga $ 180,000.
• Dia juga mengenakan biaya antara $ 35.000 dan $ 45.000 per hari ketika karyawannya mendampingi pasien untuk sesi radioterapi di rumah sakit…. surat kabar melaporkan.
• Ketika pasien berada dalam perawatan intensif selama lima hari pada bulan Mei 2007, ia didampingi oleh para dokter dan perawat dan untuk itu  Dr Lim mengenakan biaya $ 450.000 untuk hari pertama dan $ 250.000 untuk empat hari berikutnya, untuk ” layanan monitoring “, demikian menurut laporan Straits Times.

Selengkapnya: http://anonymousxwrites.blogspot.com/2011/02/dr-susan-lim-high-cost-of-living-unwell.html

Komentar

Saya tercengang ketika saya melihat jam tangan seharga $ 150.000 di toko poshy – siapa di bumi ini yang akan membeli barang semahal itu ? Tapi saya yakin ada pembelinya , jika tidak toko itu tidak akan memajang  barang-barang begitu banyak. Biaya sewa tempat sangat mahal di Singapura ! Lalu saya melihat apa yang saya kenakan. Saya hanya memaka  jam tangan yang harganya kurang dari $ 50 !  Dan saya bangga memakainya.

Sekarang saya sudah memakainya selama bertahun-tahun dan sampai saat ini, saya belum pernah ketinggalan satupun penerbangan pesawat saya – berarti  jam tangan yang harganya tidak sampai $ 50-tersebut belum pernah menyulitkan saya sama sekali. Saya ingin tahu apa perbedaannya antara jam tangan saya yang murah ini dengan jam tangan yang mahal tersebut ?

Selain jam tangan, hari ini saya juga belajar bahwa perawatan medis di Singapura luar biasa mahal. Hal ini dapat berjumlah jutaan dolar. Saya sudah banyak mendengar tentang biaya yang mahal tersebut sebelumnya, tapi tidak semahal yang satu ini. Beberapa tahun yang lalu, seseorang menyertai istrinya untuk pengobatan leukemia di Singapura. Dia menghabiskan uang sekitar RM 1.8 juta  untuk perawatannya. Namun, pada akhirnya istrinya meninggal juga.

Pasien kerajaan tersebut telah mengeluarkan jutaan dolar untuk biaya perawatan medis dan dia meninggal juga. Tidak banyak bedanya dengan jam saya yang $ 50.

Mari saya ulangi lagi apa yang blogger itu tulis ( angry patient ) : ” Setelah pasien menghabiskan $ 26 juta pasien masih mati. Tidak ada jumlah uang bisa membalikkan sesuatu hal yang tak terhindarkan. Bagi sebuah keluarga kaya-raya  yang mampu membayar biaya tinggi, tidak ada masalah untuk mengeluarkan uang sejumlah tersebut. Namun, bagi sebagian besar keluarga biasa yang tidak sangat kaya, mereka tidak boleh menghabiskan biaya $ 100.000 atau lebih untuk pengobatan yang memiliki peluang keberhasilan yang rendah. Lebih baik membiarkan alam menentukan jalannya.                       .

Mungkin dia benar juga . Ketika kita tidak memiliki uang untuk dihambur-hamburkan, lebih baik membiarkan alam untuk menentukan jalannya.

Saya tidak akan memberi komentar soal etika,  moralitas,  benar atau salah dari Dr Susan Lim Saga. Saya percaya setiap individu dalam menjalani kehidupannya akan dipandu oleh moral kompas kita sendiri. Keadilan, moralitas, hanyalah soal persepsi dan mereka mencerminkan pendidikan kita. Saya berasal dari keluarga miskin. Ibu saya mengajarkan saya untuk berhemat sejak saya masih kecil. Jadi mohon maaf  kalau saya mengenakan jam tangan seharga $ 50.

Ketika pasien kanker datang menemui saya, saya juga ingin berusaha untuk membuat mereka tidak banyak mengeluarkan uang mereka  – seperti yang ibu saya ajarkan kepada saya untuk berhemat dengan apa yang saya miliki. Saya sepenuhnya memahami bahwa pasien menginginkan yang terbaik – tapi yang terbaik itu tidak selalu harus yang paling mahal.

Saya ingin tahu apa kelebihannya jam seharga $ 150.000 dibandingkan dengan jam saya yang seharga $50 ?  Ada pelajaran yang baik dimana penderita kanker dapat belajar dari cerita ini.

Ketika konsultasi para ahli yang reputasinya tidak baik tersebut menanyakan beberapa pertanyaan-pertanyaan ini:

1. Dapatkah Anda dapat menyembuhkan kanker saya?

2. Berapa total biayanya.?-

3. Apakah ada efek samping dari pengobatan ini ?

Lalu buatlah keputusan yang bijaksana setelah mengevaluasi  secara kritis atas jawaban yang diberikan.

Ketika kami mulai CA Care pada tahun 1995, saya sadar akan godaan ” menjadi kaya ” yang mungkin kami hadapi ketika kami  dapat lebih sukses dan terkenal. Bagaimanapun saya juga  berpendidikan sebagai seorang ahli. Saya bergelar Ph.D. dan menjadi Profesor penuh di Universitas. Saya juga diberi penghargaan Research Fellowship dari Alexander von Humboldt dari Germany dan juga dari Matsumae International Foundation Japan. Jadi, saya tidak kekurangan surat-surat kepercayaan ( credentials ) yang valid. Dan selama empat belas tahun terakhir ini, saya telah menasihati ribuan pasien kanker. Kadang saya menghabiskan waktu berjam-jam dengan pasien untuk membantu mereka menyelesaikan / mengatasi masalahnya. Saya akan terbang ke Kuala Lumpur dan tinggal disana selama dua hari untuk membantu pasien. Untuk semuanya ini, saya TIDAK menerima biaya konsultasi – semuanya gratis.

Untuk memastikan bahwa saya tidak akan tersesat dan tetap setia pada misi kami, saya mengadopsi doa untuk CA Care.

Buatlah kami Tuhan,
Alat kasih-Mu dan cahaya di jalan kegelapan.
Untuk mereka yang hilang, tolonglah tunjukkan kami sebuah jalan
Untuk mereka yang putus asa, berikanlah Harapan
Bagi mereka dalam kesedihan, berikanlah Kegembiraan.

Karuniailah kami Tuhan,
Kebijaksanaan untuk melakukan hal-hal dengan benar,
Kekuatan untuk mau rendah hati menolong orang lain, dan
Keberanian untuk melawan keserakahan dan pemuliaan diri.

Selama bertahun-tahun ini, ketika saya bangun setiap pagi, saya akan mengucapkan doa pendek ini : Hari ini, Tuhan tunjukkanlah kepada saya jalan Mu. Tolonglah kami dan biarkanlah kehendak MU bekerja.


Dokternya Mengatakan : “Tidak ada harapan lagi” Setelah Selesai Melakukan Operasi Kanker pada Saluran Empedu yang Menghabiskan Biaya Sebesar 20 Juta Rupiah

Hass  (bukan nama sebenarnya, M847) adalah pria berusia 44 tahun dari Indonesia. Pada awal 2010, ia menderita sakit kuning. Dokter menduga hal ini disebabkan karena Hepatitis. Hass kemudian diberi pengobatan . Setelah sebulan,ternyata pengobatan tersebut tidak efektif.  Kemudian Has pergi ke sebuah rumah sakit swasta di Kuching.

Hasil CT scan pada 28 Januari 2010 menunjukkan ada batu sebesar 6 mm di kantong empedu. Ditemukan juga adanya  lesi hypodense sebesar 1 cm di segmen 8 pada organ hati nya. Ini kemungkinan bisa saja kista. Kondisi Saluran empedu secara umum melebar. Diameter maksimumnya adalah 16 mm. Ditemukan adanya massa 18 mm pada saluran distal.

Kesimpulan:

Adanya masa di saluran empedu bagian bawah , telah menyumbat  sistim saluran empedunya.

Hass segera menjalani operasi pengangkatan kantong empedu dan juga tumor yang ada pada saluran empedu.

Laporan histopatologi tanggal 3 Februari 2010 menunjukkan: adanya penyebaran dengan cakupan yang cukup sedang pada saluran empedunya  dengan kategori  Differentiated Exophytic  Adenokarsinoma. Dan telah menyebar  keseluruh ketebalan dinding saluran dan metastasis ke kelenjar getah bening periductal. Daerah batas aman untuk keperluan operasi pemotongan  bebas dari tumor (untuk keperluan operasi )

Hasil USG didaerah perut pada tanggal 8 Juni 2010 menunjukkan tidak ada bukti  bahwa tumor tersebut telah kambuh kembali. Walaupun demikian nilai petanda tumor CA19.9 nya meningkat dari 52,4 (Maret 2010) ke 1.420,0.

Dari hasil pemeriksaan CT scan pada tanggal 9 Juni 2010 menunjukkan  adanya lesi di segmen 7 dari bagian hatinya sebesar 15 x 10 mm. Kemudian keberadaan dari Kista yang sebesar 10 mm pada segmen 8 dari bagian hatinya masih  tetap sama.

Selain itu terdapat beberapa kelenjar getah bening paraaorta yng membengkak dan terlihat dari daerah celiac yang turun menuju ke daerah hati dan hilus ginjal.  Kelenjar yang  terbesar berukuran sebesar  20,0 mm – yang lainnya berukuran lebih kecil dari 1 cm.

Dokter menjelaskan kepada Hass , bahwa kanker nya telah kambuh kembali  dan dia sudah tidak sanggup lagi untuk menolongnya. Hass disarankan untuk menjalani kemoterapi. Tapi Hass  menolak.

Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan kenaikan dari  CA 19,9  mulai  dari bulan Maret sampai Oktober 2010.

Tanggal CA 19.9
18 Maret 2010 – setelah operasi 52.5
8 Juni 2010 1,420.0
3 August 2010 – lawatan akhir ke dokter 5,645.0
1 Oktober 2010 18,746.18

Hass telah menemui  kami di Penang pada tanggal 8 Oktober 2010. Dengarkanlah  percakapan  berikut ini:

Tinjauan Literatur Medis

Memahami hubungan antara:  Hati – Empedu – Pankreas – Saluran Empedu

• Melekat dibawah permukaan hati, adalah suatu struktur berbentuk buah pir yang disebut Kantung Empedu.

• Hati menghasilkan empedu dan ini diangkut ke usus melalui struktur seperti tabung panjang yang disebut Saluran Empedu.

• Kantung empedu ini melekat pada saluran empedu oleh sebuah tabung kecil yang disebut Saluran Kistik (duktus cystikus).

• Setengah bagian atas dari duktus empedu tersebut berhubungan dengan hati (duktus hepatic) sedangkan bagian bawah dari saluran empedu tersebut berhubungan dengan pankreas (duktus cystikus dan duktus hepatikus communis kemudian bersatu dan membentuk  duktus biliaris/duktus choledochus, kemudian menuju duktus pancreatic), dimana setelah melalui wilayah itu kemudian menuju ke usus.

• Penyumbatan pada saluran empedu yang disebabkan oleh kanker empedu, akan menahan tersalurkannya empedu menuju ke usus. Ketika hal ini terjadi, empedu akan menumpuk di dalam darah sehingga menimbulkan penyakit kuning. Menimbulkan retensi pigment empedu dan menguningnya jaringan seluruh tubuh. Kulit dan mata menjadi kuning. Kondisi ini juga dapat menyebabkan rasa gatal-gatal yang parah.

(Diagram diperoleh dari internet)

Presentasi klinis, prognosis dan sejarah alamiah dari Kanker Saluran Empedu (atau yang biasa disebut Cholangiocarcinoma) tergantung dari mana  kanker tersebut berasal.

Kanker mungkin terjadi:
• Di bagian dari saluran-saluran empedu yang terkandung dalam hati. Ini dikenal sebagai intra-hati.
• Di daerah dari saluran-saluran empedu di luar hati. Ini dikenal sebagai ekstra-hati.
• Di dalam saluran antara vena portal kiri dan kanan. Hal ini dikenal sebagai percabangan hilar (bifurkasi hilar).

Anderson et al. Diagnosa dan Pengobatan Cholangiocarcinoma, The Oncologist, Vol. 9, No 1, 43-57 Februari 2004, mencatat bahwa kira-kira:

• 60% -70% dari Cholangiocarcinoma terjadi pada bifurkasi hilar.
• 20% -30% di distal saluran empedu communis (common bile duct).
•   5% -15% dalam hati (intra-hepatik).

Pasien dengan tumor ekstra-hati biasanya ditandai dengan penyakit kuning yang disebabkan oleh terhambatnya / tersumbatnya saluran empedu.

Sedangkan pasien dengan tumor intra-hati biasanya ditandai dengan rasa yang menyakitkan, gatal-gatal (66%), nyeri dibagian perut (30%-50%),penurunan berat badan (30%-50%), dan demam (sampai 20%).

Dalam kajian mereka, Anderson dkk  juga mencatat bahwa :

• Sebagian besar pasien Cholangiocarcinoma didapati dengan kondisi tidak dapat dilakukan operasi pembedahan, penyakit terdeksi sudah pada stadium lanjut dan memiliki kelangsungan hidup kurang dari 12 bulan. Tingkat kesembuhan yang rendah, walaupun dengan pemberian terapi agresif. Tingkat keberhasilan hidup selama 5 tahun rata-rata hanya sebesar 5% -10%.

• Pembedahan tetap merupakan satu-satunya intervensi yang menawarkan kemungkinan untuk sembuh. Tetapi sasaran pembedahan tersebut harus merupakan suatu pemotongan yang lengkap dengan batas sayatan yang bebas dari cell cancer (negatif margin resection).

• Semua pasien harus sepenuhnya dievaluasi terlebih dahulu untuk memungkinkannya  suatu pembedahan sebelum semua jenis intervensi dilakukan.

• Neoadjuvant terapi dan adjuvan terapi dalam banyak hal, tidak memberikan perbaikan dalam hal tingkat keberhasilan hidup rata-rata pada pasien dengan tumor jenis ini.

• Karena harapan hidup bagi pasien yang tidak mungkin dioperasi adalah tipis, maka tindakan paliatif (upaya untuk meringankan penderitaan) sebaiknya diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup, ini harus merupakan suatu tindakan yang utama  dan upaya untuk meningkatkan harapan hidup adalah tindakan yang ke dua.

Penjelasan: Neoadjuvant therapy: Adalah suatu tindakan medis atas pasien kanker yang diberikan sebelum tindakan utama (pembedahan) dilakukan misalnya: kemoterapi , radioterapi , hormon  terapi. Adjuvant  therapy: Adalah suatu tindakan medis atas pasien kanker yang diberikan sesudah tindakan utama (pembedahan) dilakukan misalnya: kemoterapi , radioterapi , hormon terapi , terapi nutrisi  dsb.

Hasil dari Operasi Bedah.

• Di antara pasien-pasien yang terseleksi mampu untuk menjalani operasi pembedahan kuratif, nilai tingkat ketahanan hidup selama 5 tahun pada umumnya antara  8%-44%.

• Pentingnya mencapai keberhasilan pembedahan dengan margin negatif tidak dapat terlalu ditekankan. Tingkat ketahanan hidup 5 tahun jauh lebih besar ketika margin negatif berhasil dilakukan, Hasilnya: 19%-47%.

• Distal lesi mewakili sekitar 20%-30% dari semua Cholangiocarcinomas dan biasanya dilakukan pengobatan dengan cara  Pancreaticoduodenectomy (Whipple prosedur). Keberhasilan pembedahan dengan pembedahan margin-negatif juga penting pada tumor ini. Tingkat ketahanan hidup 5 tahun pada pasien tertentu yang menjalani pembedahan kuratif adalah 21%-54%.

• Pada kasus Intra-hati Cholangiocarcinoma biasanya dilakukan pengobatan dengan cara pembedahan organ hati. Sebesar 60% dari mereka yang mempunyai ketahanan hidup selama 3 tahun diketahui telah menjalani operasi pembedahan Hepatectomy parsial dengan margin negatif.

Kemoterapi

• Kemoterapi belum terbukti nyata untuk meningkatkan ketahanan hidup yang menyolok pada pasien, baik pada Cholangiocarcinoma dengan pembedahan ataupun yang tanpa pembedahan. Dari mayoritas laporan, obat kemo yang digunakan adalah  5-FU ( diberikan secara tersendiri) atau dalam kombinasi dengan Methotrexate, Leucovorin, Cisplatin, Mitomycin C, atau Alpha Interferon.

• Tingkat ketahanan hidup 5 tahun tidak berbeda nyata antara pasien yang menerima kemoterapi dan pembedahan dan mereka yang menerima pembedahan.

• Tingkat ketahanan hidup 5 tahun tidak berbeda nyata antara pasien yang menerima kemoterapi dan pembedahan dan mereka yang menerima pembedahan.

Sebuah catatan dalam http://emedicine.medscape.com/article/189843- treatment menyatakan bahwa: “Kemoterapi belum terbukti memberikan suatu manfaat yang  pasti.”

Pengalaman dokter di Fuda Hospital, Cina menunjukkan bahwa:

• Kanker yang timbul di saluran empedu exkstra-hati adalah penyakit yang jarang, dan yang dapat ditangani dengan operasi tidak sampai 10% dari semua kasus.

• Pada kebanyakan pasien, tumor tidak dapat sepenuhnya diangkat melalui operasi pembedahan dan tidak dapat disembuhkan.

• Operasi paliatif atau tindakan paliatif lainnya misalnya prosedur pemasangan stent dapat mempertahankan drainase empedu yang memadai dan memungkinkan untuk bertahan hidup baik.

Pengalaman dokter di India menunjukkan bahwa:

• Pembedahan mungkin dapat dilakukan untuk menghilangkan kanker, jika belum menyebar di luar saluran empedu. Hal ini tidak selalu mungkin untuk dilakukan operasi, dimana saluran empedu berada dalam posisi yang sulit dan tidak mungkin untuk menghilangkan kanker sepenuhnya.
• Ada berbagai cara  operasi yang berlainan tergantung pada seberapa besar kanker tersebut dan apakah telah mulai menyebar ke jaringan di dekatnya.

Berbagai cara operasi bedah adalah:

Pengangkatan dari saluran-saluran empedu. Jika ukuran kankernya  kecil dan berada di dalam saluran, maka  hanya saluran-saluran empedu yang mengandung kanker saja yang akan diangkat

Pembedahan hati parsial. Jika kanker telah mulai menyebar ke hati, bagian dari hati yang terinfeksi oleh kanker saja yang akan dipotong, bersama dengan saluran empedunya.

Whipple’s. Jika kanker sudah menjadi lebih besar dan telah menyebar ke struktur di dekatnya, maka  pada:  saluran empedu, sebagian dari pencernaan, sebagian dari duodenum, pankreas, kandung empedu dan semua kelenjar getah bening disekitarnya akan dilakukan pengangkatan.

Operasi by pass. Kadang-kadang pada suatu kondisi dimana tumor nya tidak mungkin untuk diangkat. Maka prosedur lain yang  mungkin dilakukan adalah operasi by pass untuk membebaskan  penyumbatan dan membiarkan empedu agar dapat lancar masuk ke usus. Maka warna kuning pada tubuh kemudian akan hilang

Penyisipan Stent. Salah satu cara untuk membebaskan dari penyakit kuning tanpa operasi bedah adalah dengan melakukan ERCP (Endoskopi Retrograde Cholangiopancreatography). Prosedur ini melibatkan penyisipan suatu pipa tabung kecil, yang disebut stent ke dalam saluran empedu yang tersumbat.

Stent ini akan memberikan jalan bagi saluran empedu yang memungkinkan  tersalurkannya empedu dengan lancar. Pipa tabung ini biasanya perlu diganti setiap tiga sampai empat bulan untuk mencegah terjadinya  sumbatan lagi. Jika pipa tabung tersebut mengalami sumbatan lagi, maka  kenaikan suhu badan yang tinggi akan berulang dan / atau  penyakit kuning akan terjadi kembali.

Dalam ringkasannya, Witzigmann et al. dalam sebuah artikel, Pedoman Operasi Paliatif dari Cholangiocarcinoma, HPB (Oxford). 2008 Juni 1; 10 (3): 154-160, tercantum pedoman berikut untuk operasi kanker saluran empedu:

1. Pemasangan stent tanpa operasi bedah, dianggap sebagai pilihan pertama paliatif untuk pasien dengan harapan hidup pendek.
2. Untuk pasien yang diperkirakan mempunyai  kelangsungan hidup lebih lama, operasi bedah by pass dapat dipertimbangkan.
3. Operasi bedah paliatif mungkin akan bermanfaat bagi pasien dengan bifurkasi distal dan hilar.

Beberapa Pertanyaan untuk Direnungkan

Faktanya adalah sangat jelas. Pembedahan untuk kanker saluran empedu dalam kasus ini adalah kegagalan mutlak.  Apakah kegagalan ini kasus langka?  Mungkin tidak !  Dokter bedah mengatakan kepada pasien hatinya: ” Dari sepuluh operasi hati yang telah saya lakukan, sembilan pasien meninggal”. Informasi yang baik memang  tapi masalahnya adalah kenyataan ini hanya diketahui oleh pasien setelah terlambat sekitar tiga tahun kemudian. Dia telah menjalani operasinya dan mengalami kambuh yang parah.

Sebuah pertanyaan lagi muncul dalam pikiran:
• Menurut literatur, tidak semua pasien dengan kanker saluran empedu memiliki kondisi yang cocok untuk operasi. “Semua pasien harus sepenuhnya dievaluasi terlebih dahulu apakah memungkinkan untuk suatu tindakan operasi, sebelum semua jenis intervensi dilakukan”. Sampai sejauh mana evaluasi ini dilakukan?

• Dokter bedah menyarankan untuk menjalani kemoterapi setelah kankernya kambuh kembali.  Apa manfaat yang dapat diharapkan oleh pasien dari kemoterapi ini?  Literatur medis jelas menunjukkan bahwa “Kemoterapi belum terbukti  mempunyai manfaat yang pasti.”

• Apakah saran untuk kemoterapi  setelah gagal melakukan operasi tersebut, merupakan suatu  cara untuk “ melepaskan tanggung jawab ” kepada orang lain?  ” Saya sudah melakukan tugas saya untuk mengoperasi. Tanggung jawab saya sudah selesai. Sekarang Anda silahkan pergi ke Oncologist dan lihat apa yang bisa dilakukan untuk Anda.”

Operasi dan PEI Gagal, Pang Diminta untuk Mengkonsumsi Obat Oral yang Mahal

Pang (H5) adalah seorang pria berusia 61 tahun. Beberapa waktu pada bulan Februari 2008, ia mengalami rasa nyeri pada abdomen. Hasil ultrasonography menunjukan ada massa bulat berbatas tegal berukuran 5.2 x 5.3 x 6.5 cm pada lobus kanan heparnya (Segmen 6).

Pang dirujuk ke spesialis bedah di rumah sakit swasta. Hasil CT-scan menunjukan hepatoma lobus kanan dengan ukuran 8 x 7 x 8 cm pada segmen 6 dan 7. Pang menjalani operasi reseksi tumor pada 25 Maret 2008. Operasi ini menghabiskan biaya 20.000 RM.

Laporan Histologi

Berat liver 305 gm, dengan ukuran 135 x 90 x 75 mm. Permukaan luar ireguler dan nodular. Nodul pada liver: hepatocellular carcinoma (karsinoma hepatoseluler) yang berdifernsiasi baik, tipe trabekuler, menginfiltrasi kapsula hepar, stadium III (T3NxMx).

Pang diberitahu bahwa operasi ini akan mengangkat tumornya tetapi tidak akan menyembuhkannya. Ia memerlukan kemoterapi. Sayangnya, dokternya tidak dapat memberinya kemoterapi karena ia tidak dapat menemukan “pembuluh darah”.

Setelah 5 bulan kemudian, pada September 2008, Pang mengalami kekambuhan. Timbul dua nodul baru pada liver yang masih ada. Tidak ada banyak lagi yang dapat dokter bedah lakukan. Ia diminta untuk melakukan percobaan klinis yang dilakukan di luar rumah sakit. Terapi ini dikenal dengan PEI (percutaneous ethanol injection) dan diberikan bebas dari biaya.

Pang menjalani terapi ini dari September 2008 sampai Februari 2009 dan melakukan total 5 sesi. Tapi hasilnya mengecewakan. Hasil CT-Scan menunjukkan metastasis ke paru-paru. Jumlahnya ada 5 nodul pada paru-paru kiri dan kanan. Ukurannya berdiameter sekitar 6 sampai 12 mm masing-masing. Hasil CT-Scan juga menunjukkan 2 partially nekrotik tumor pada Segmen 7/8 dari livernya. Ukurannya berdiameter kira-kira 4,5 x 6 cm dan 3,5 x 3,5 cm masing-masing.

Tidak ada banyak lagi yang dokter bedah dapat lakukan. Pang kemudian pindah mencari onkologis. Onkologi tersebut menawarkan pada Pang obat kemo oral yang akan menghabiskan dananya sebesar 20.000 RM per bulan (pada cerita lain Sam mendapat Nexavar yang juga menghabiskan 20.000 RM per bulan). Dibalik biaya yang tinggi itu, Pang diberitahu oleh onkologisnya bahwa obat ini hanya 20 sampai 30 % efektif (apapn itu maksudnya!). Pang menolak. Inilah yang dikatakannya kepada kami:

Pang: Dokter itu berkata ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi untuk paru-paru saya. Saya pergi ke  GH untuk menanyakan pendapat kedua. Satu dokter muda di bagian paru-paru mempelajari kasus saya dan berkata: Maaf sekali paman, anda hanya mempunyai enam bulan sampai satu tahun dari sekarang. Setelah itu ia mengirim saya ke bagian onkologi. Dokter onkologi berkata, Lakukan Kemo.

Chris: tentu saja anda dapat melakukan kemo. Tetapi apakah anda akan hidup atau mati, itu adalah persoalan lain.

P: Ada dua jalan. Satu dengan kemo. Jalan lain dengan obat-obatan. Jika dengan obat-obatan, itu sangat mahal.

C: Berapakah biayanya?

P: Di Lam Wah Ee menghabiskan biaya 20.000 RM bukan dua ribu, itu adalah dua puluh ribu.

C: RM 20.000 per bulan?

P: Ya, dan keefektifannya hanya 20 sampai 30 % dan itu menghabiskan biaya dua puluh ribu. Jika saya menjual rumah saya, paling tidak saya dapat mengkonsumsi obat itu selama satu tahun – tanpa harapan dan tanpa garansi.

 

Kanker Hati: Dia Meninggal Setelah Bedah-Buka-Tutup-RM10.000

Goh (bukan nama sebenarnya, H438) adalah seorang pria 36 tahun. Pada bulan Juni 2010 ia mengalami diare. Tekanan darahnya rendah. Ia dibawa ke rumah sakit swasta di kota kelahirannya.  USG dilakukan dan dia diberitahu bahwa hatinya tidak baik. Setelah tiga hari dia keluar dari rumah sakit. Kesehatan kembali normal. Dua minggu kemudian perutnya menjadi keras. Dia kembali ke rumah sakit lagi. CT scan dilakukan yang menunjukkan hepatoma – atau kanker hati.

Goh datang ke rumah sakit swasta di Penang. Ia diminta untuk menjalani operasi. Setengah dari hatinya perlu di ambil. Operasi dilakukan namun kemudian dibatalkan. Ini operasi buka-tutup biaya dia RM10.000.

Tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan, Goh dan keluarganya datang untuk mencari saran kami pada tanggal 24 Oktober 2010. Masalah yang Goh hadapi adalah nyeri di daerah bahu. Sakit ini hanya muncul setelah operasi. Sebelum itu tidak ada rasa sakit. Dia tidak bisa tidur. Matanya merah.Kedua kaki bengkak.Napasnya sulit.

Laporan CT scan tanggal 15 Oktober 2010 menyatakan: “Kedua lobus dari hati yang membesar dan dipenuhi dengan beberapa lesi. Lesi terbesar di segmen 4b ukuran 15 x 20 x 15.6 cm.  Kesimpulan: multicentric hepatoma dengan asites minimal dan melebar kiri saluran intrahepatik.”

Hasil tes darah menunjuk enzim hati yang tinggi. SGOT = 203, SGPT = 56, Alkaline fosfatase = 736 dan Alpha-fetoprotein = 213,73.

Sayangnya, Goh meninggal tidak lama setelah berkonsultasi dengan kita.

Komentar: Tidak perlu bagi saya untuk memberikan komentar atas kasus ini. Fakta berbicara untuk dirinya sendiri. Goh meninggal kurang lebih dua bulan setelah operasi buka-tutup itu. Bagaimana menurut Anda – apakah ia harus mati lebih awal jika tidak di operasi?

Ini adalah salah satu buku yang saya percaya setiap orang harus baca – Confession of a Medical Heretic (Pengakuan dari Seorang Heretic Medis) oleh Robert Mendelsohn. Penulis bukan orang biasa. Di Amerika Syarikat, ia menulis sebuah kolom sindikasi berjudul “Dokter Rakyat”. Dia adalah seorang profesor di University of Illinois Medical School dan direktur Chicago Michael Reese Hospital.Dia juga Ketua Komite Lisensi Medis untuk negeri Illinois. Dalam Bab 3 dari bukunya, Dr Medelsohn mengakatakan:

  • Saya percaya bahwa pada generasi saya ini, dokter akan diingat untuk … jutaan upacara mutilasi yang dilakukan setiap tahun di kamar operasi.
  • Perkiraan konservatif … mengatakan bahwa sekitar 2,4 juta operasi yang dilakukan setiap tahun tidak diperlukan.
  • Perasaan saya adalah bahwa di sekitar sembilan puluh persen dari operasi adalah buang-buang waktu, uang, tenaga, dan kehidupan.
  • Mungkin pada masa hadapan, operasi kanker akan dianggap dengan jenis yang sama horor yang sekarang kita menganggap penggunaan lintah dalam waktu George Washington.
  • Keserakahan memainkan peran dalam menyebabkan operasi yang tidak perlu … tidak ada keraguan bahwa jika Anda menghapus semua operasi yang tidak perlu, banyak ahli bedah tidak kan ada bisnis lagi.
  • Ketidaktahuan memainkan bagian dalam banyak operasi yang tidak perlu. Keserakahan dan kebodohan bukan alasan yang paling penting mengapa ada begitu banyak operasi yang tidak perlu. Pada dasarnya masalah keyakinan: dokter percaya pada bedah. Ada daya tarik kepada “pisau” … bahwa (ahli bedah) dapat mengatasi apa-apa saja karena ia dapat beroperasi Anda … “Anda tidak perlu menjaga diri sendiri, doctor-doktor bisa memperbaiki Anda jika Anda sakit.”
  • Untuk melindungi diri … langkah pertama Anda harus buat adalah untuk mendidik diri sendiri. Dapatkan pendapat kedua. Jika Anda memutuskan operasi bukan satu jawabannya untuk menyelesaikan masalah Anda, maka haruslah Anda melakukan apa yang harus dilakukan untuk melepaskan diri dari situasi itu. Dalam setiap situasi kecuali pada situasi kecemasan, Anda ada banyak waktu untuk memutuskan apakah atau tidak Anda memerlukan pembedahan. Ataupun memilih siapakah yang akan membedah anda.

Pengobatan Kanker Payudara: Lobular Carcinoma, Stadium 2: Pengalaman Seorang Pasien

Nini, wanita, 38 tahun dari Indonesia. Pada bulan September 2008, dia merasa benjolan dipayudaranya. Dia pergi ke Guangzhou, Cina untuk mastectomy radikal. Setelah operasi, Nini terima 3 siklus kemoterapi intra-arterial. Setelah tiga siklus Nini menderita efek samping dan dia memutuskan untuk menghentikan pengobatan. Dia diminta untuk menjalani radioterapi (25 kali). Dia menolak. Ia diminta untuk mengambil tamoxifen. Dia menolak.

1     Ringkasan kasus dan bagaimana saya temukan CA Care

2     Penemuan benjolan di payudara

3     Pergi ke Cina lebih baik daripada Singapura

4     Prosedur kemoterapi intra arterial


5     Memutuskan pulang dengan segera setelah kimo ketiga

6     Dokter kata bisa sembuh 100 persen tetapi saya merasa tertipu

7     Akibat sampingan kemoterapi  (Lidah menjadi pendek / Otak kemo)

8     Nasehat kami

 

Bagaimana anda merasa setelah kehilangan payudara?

  • Operasi tidak menyembuhkan kanker jika sudah menjalar
  • Apakah dokter menasehatkan anda tentang makanan?

Ikutilah apa kata hati anda

 

Operasi, Kemoterapi, Radioterapi dan Terapi Sulih Hormon Tidak Menyembuhkan Kanker Payudara

Kasus 1

Fay (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita Malaysia berusia 45 tahun. Ia didiagnosa menderita kanker payudara pada September 2006.

  • Fay melakukan operasi mastektomi dan pembersihan kelenjar getah bening pada daerah ketiak.
  • Setelah melakukan operasi, ia melanjutkan terapi radiasi sebanyak 25 kali dan 6 kali kemoterapi. Obat-obatan yang digunakan antara lain 5-FU, Epirubin dan Cyclophosphamide (FEC). Seluruhnya selesai pada April 2007.
  • Setiap 4 bulan sekali, Fay harus kembali ke dokter ahli kankernya untuk melakukan pemeriksaan rutin dan semuanya baik-baik saja.
  • Pada bulan Agustus 2008, Kanker kembali ditemukan pada tulang – L2, L5, tulang sakral dan tulang pelvis.
  • Fay mengkonumsi Tamoxifen selama hampir 2 tahun (November 2006 – Agustus 2008). Pengobatan dengan Tamoxifen gagal dan dokternya menyarankan untuk mengganti obatnya dengan Arimidex.
  • Fay menerima saran dokter untuk melakukan kemoterapi lagi dan sangat menderita akibat efek samping yang ditimbulkan.

Kasus 2

Rin (bukan nama sebenarnya) seorang wanita Indonesia berumur 40 tahun, tinggal di United States (USA). Ia menulis sebagai berikut :

  • Awalnya saya didiagnosa menderita kanker payudara pada Desember 2004.
  • Saya melakukan operasi pengangkatan benjolan di payudara kiri pada Februari 2005.
  • Setelah operasi tersebut, saya menjalani 8 kali kemoterapi. Dan setelah kemoterapi saya mengalami menopause.
  • Lalu saya menjalani radioterapi sebanyak 35 kali dan selesai pada Oktober 2005.
  • Saya mengkonsumsi obat Tamoxifen, 20 mg sehari.
  • Saya melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter ahli kanker saya selama 6 bulan dan saya melakukan mammogram 1 tahun sekali dan selama dua tahun lalu saya juga melakukan tes kepadatan tulang (bone density test).
  • Pada Agustus 2008, saya mulai merasa nyeri pada kaki kiri dan kadang-kadang juga terasa pada lengan kiri saya. Nyeri tersebut tidak kunjung hilang dan bahkan semakin nyeri. Lalu saya tidak dapat berjalan lurus dan menekuk lutut. Ini membuat sangat sulit untuk naik dan turun tangga.
  • Pada November 2008, saya melakukan scan seluruh tubuh dan juga melakukan CT-scan. Kanker tersebut telah menyebar ke tulang lengan atas, kaki kiri dan L5.
  • Saya lalu menjalani lagi radioterapi pada daerah yang sakit sebanyak 10 kali.
  • Pada Desember 2008, Saya membuat sediaan darah tepi pada kaki kiri saya.
  • Dokter saya mengganti obat-obatan dari Tamoxifen menjad Arimidex.

Kasus 3

Gay (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita berusia 43 tahun asal Australia. Ia didiagnosa menderita kanker payudara pada tahn 1999. Ia menulis :

  • Saya mendapat terapi 6 bulan kemoterapi dan 3 bulan terapi radiasi.
  • Lalu saya mulai mengkonsumsi obat Tamoxifen selama 5 tahun dan diganti dengan Arimidex.
  • Saya tidak mengalami masalah apapun sampai 6 bulan kemarin, saya merasakan sedikit nyeri pada bagian kanan atas perut saya dan Tumor marker (hasil pemeriksaan antibodi tumor) saya meningkat.
  • Setelah beberapa kali diperiksa, ternyata hasilnya telah terjadi metastase ke tulang.

Kasus 4

  • Sri (bukan nama sebenarnya), seorang wanita berusia 57 tahun asal Indonesia, didiagnosa menderita kanker payudara pada payudara kirinya di tahun 2003. Ia menjalani operasi mastektomi lalu diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi. Pada saat kami bicara padanya, Sri ternyata menjalani kemoterapi otak dan ia tidak mampu menjelaskan detail perawatan yang dilakukannya. Respon balik atas pertanyaan kami pun juga dirasakan sangat lambat. Sri menjalani semua terapi ini di New Zealand. Sri pergi untuk melakukan pemeriksaan rutin dan diberitahu bahwa semuanya baik-baik saja. Namun pada tahun 2007, ia merasa tidak begitu sehat. Dari pemeriksaan lebih lanjut ditemukan indikasi metastase ke tulang. Lalu ia menjalani lagi 6 siklus kemoterapi dan 10 kali terapi radiasi. Semua perawatan ini selesai pada November 2008. Sri pergi ke Penang pada Februari 2009 dan melakukan CT-Scan. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut :

o        Lesi di T1 dan T5 Vertebra.

o        Nodul pada C5 dan Lesi pada L4 korpus vertebra.

o        Beberapa lesi lisis pada tulang iliaka kiri.

o        Kemungkinan terjadi sirosis hepatis.

Apa yang dapat kita pelajari dari keempat kasus tersebut ?

1.      Pasien-pasien ini telah mendapat dan menjalani semua perawatan medis yang diperlukan – operasi, kemoterapi, radioterapi dan obat-obatan oral – Tamoxifen dan Arimidex. Mereka telah mendapat yang terbaik yang ilmu kedokteran tawarkan namun kanker terus berlanjut.

2. Dokter ahli kanker mengatakan semua perawatan ini telah terbukti secara ilmiah, disetujui FDA didukung oleh data-data yang dibahas oleh rekan-rekan dalam jurnal kedokteran. Yang menjadi pertanyaan adalah : apa yang sangat istimewa dari semua ini ? Kenapa pasien-pasien ini masih mengalami metastase ? Apa yang dimaksud dengan “kebenaran dan kejujuran” yang sebenarnya dari semua perawatan ini?

3.      Apakah pernah terlintas pada pikiran seseorang bahwa ketidakmampuan untuk sembuh dankemampuan kanker tersebut untuk menyebar dapat terjadi karena perawatannya itu sendiri?

4.      Coba kita lihat kasus-kasus ini lagi. Fay di Malaysia mengalami metastase 1 tahun 4 bulan sesudah menyelesaikan semua perawatan medisnya. Rin di USA dan Sri di New Zealand mengalami metastase kurang lebih tiga tahun setelah perawatan medisnya, sedangkan Gay dari Australia mengalami metastase sekitar delapan tahun setelah perawatannya. Semua kasus ini menunjukkan masalah yang sama yang dihadapi sebagian besar pasien dimanapun di dunia ini. Bukan masalah dimana anda hidup dan apa atau siapa diri anda, melakukan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama.

Einstein berkata : Insanity is to the do the same thing over and over again and expecting different results (kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda). Apakah anda dapat belajar sesuatu kebijakan dari seorang ahli ilmu pengetahuan ini ? Pasien di USA, Australia, New Zealand, dan Malaysia menerima perawatan yang sama dan semuanya berakhir dengan hasil yang sama. Bertahun-tahun, saya mengamati cerita yang mirip diulang lagi dan lagi begitu banyak sampai-sampai metastase pada tulang dapat atau pasti terjadi setelah perawatan tersebut. Untuk mengharapkan hasil yang berbeda adalah apa yang Einstein katakan dengan insanity(kegilaan).

Pertanyaan-pertanyaan yang terngiang dalam pikiran kita : mengapa mereka yang mengetahui hal ini TIDAK melakukan sesuatu tentang itu ? Kenapa pasien dibiarkan dalam kegelapan dan tidak diperingatkan tentang kemungkinan-kemungkinan tersebut ? Mungkin kami dapat melakukan LEBIH dari sekedar meresepkan obat ? Tamoxifen seharusnya untuk mencegah terjadinya kekambuhan tetapi dari semua kasus diatas, Tamoxifen telah gagal secara menyedihkan. Kenapa kita tidak melihat ke belakang melihat apa yang telah kita lakukan sampai hari ini ?

 

Yee Meninggal Setelah Menjalani Segala Perawatan Medis

Hidup di bumi adalah suatu pengalaman hidup.Jadikanlah kematian Yee sebagai suatu pengalaman berharga bagi yang sepertinya.

Yee berumur 40 tahun saat ia didiagnosa menderita kanker payudara pada Oktober 2005. Ia menjalani operasi mastektomi. Itu adalah kanker stadium II tanpa penyebaran pada kelenjar getah bening. Tumornya berukuran 3 x 2 x 2 cm.

Setelah melakukan operasi, Yee menjalani 6 siklus FAC kemoterapi (5-FU, Andiamycin dan Cyclophosphamide).Tidak diindikasikan untuk radioterapi. Kemoterapinya selesai pada Maret 2006 setelah itu ia mengkonsumsi Tamoxifen.

Yee baik-baik saja selama sekitar 9 bulan. Kadang-kadang pada Januari 2007, ia mengalami pembengkakan pada sisi kanan lehernya. Dari hasil CT-Scan thorax (dada) pada tanggal 19 Januari 2007 memperlihatkan hasil: nodul multipel tersebar pada kedua paru-paru berukuran antara 2 sampai 10 mm. Ini berarti kanker telah menyebar ke paru-parunya.

Yee mendapat terapi 8 siklus kemoterapi berbasis Taxane (Taxane –based chemoterapy). Cara ini tidak efektif. CT-Scan pada tanggal 4 Juli 2007 menunjukan nodul-nodul di paru-parunya makin bertambah.

Yee kembali mendapat kemoterapi – 6 siklus Navelbine + Herceptin. Perawatan ini bernilai sekitar 50.000 RM. CT-Scan pada November 2007 menunjukkan hasil yang stabil. Sejak November 2007 sampai Desember 2008 Yee mendapat terapi obat oral, Tykerb (lapatinib) 4 – 5 tablet per hari. Setiap tablet seharga 65,00 RM. Berarti 260,00 RM per hari dan berarti 7.800 RM per bulan. Dan itu berarti total biaya sekitar 14 bulan menggunakan Tykerb berkisar sekitar 93.000,00 RM.

Pada Februari 2008, tampak terlihat kejanggalan kembali. Hasil CT-Scan pada 13 Februari 2008 memperlihatkan hasil : pembesaran nodul di paru berkisar 0,5 cm sampai 2,2 cm.

Enam bulan kemudian, tanggal 19 Agustus 2008, CT-Scan memperlihatkan nodul di  paru meningkat jumlahnya dan ukurannya berkisar dari 0,5 cm sampai 5,0 cm. Nodul di mediastinal juga mulai terlihat.

Pada Oktober 2008, Yee merasa nyeri pada lengan kanan dan pembengkakan keras pada klavikula kanan. CT-Scan pada 13 Oktober 2008 menunjukan perkembangan yang lebih serius:

 

1. Fibrosis (pembentukan jaringan ikat) pada daerah ketiak kanan.

2. Nodul irregular pada daerah infraklavikula kanan, kira-kira sebesar 2,0 cm.

3. Nodul kecil lainnya di daerah supraklavikula kanan, sekitar 0,7 cm juga terlihat.

4. Nodul mediastinum, ukurannya sedikit membesar dari waktu terakhir kali melakukan CT-Scan.

5. Massa dan nodul yang membesar pada paru. Massa yang terbesar pada paru-paru kiri berukuran 5,6 cm. Lesi lainnya berukuran dari 1,0 cm sampai 4,8 cm.

6. Lesi hipodens baru, sekitar 1,0 cm sekarang terlihat pada Segmen ke-7. Ini diduga adalah metastase pada hati.

Melihat penyakitnya yang sangat progresif, Yee melakukan 28 kali terapi radiasi mulai dari 13 Oktober 2008 sampai 1 Desember 2008, dan dalam waktu bersamaan tetap meneruskan minum obat Tykerb.

Pada 17 Desember 2008, Yee menderita sakit kepala sampai tidak dapat tidur. Hasil CT-Scan yang dilakukan 19 Desember 2008 memperlihatkan hasil metastase multipel pada otak (multiple brain metastases).

 

Yee dan suaminya datang kepada kami mencari pertolongan pada tanggal 5 Desember 2008. Kondisi Yee sangat serius. Tangan kanannya sudah kaku. Dia tidak nafsu makan. Dia sesak nafas berat. Bahkan suplai oksigen melalui lubang hidungnya tidak menolong sama sekali. Dia memberitahu suaminya bahwa ia lebih baik meninggal. Pada awal Februari 2009, Yee masuk ke rumah sakit dan dokter menyarankannya melakukan terapi radiasi untuk otaknya. Itu tidak terjadi – ia meninggal sebelum melakukan terapi itu.

Komentar : Ini adalah kasus yang tragis. Cerita Yee mirip dengan apa yang dialami oleh Fransiska dari Indonesia. Fransiska melakukan operasi dan menjalankan kemoterapi, radioterapi, Herceptin dan Tykerb + Xeloda. Fransiska meninggal. Ia didiagnosa pada November 2004 dan meninggal Desember 2008. Yee didiagnosa menderita kanker payudara stadium II pada Oktober 2005 dan menjalani terapi yang sama dan meninggal pada Februari 2009.

Dokter-dokter, Media, dan pasien selalu mencari obat-obatan baru dan teknologi terbaru sebagai suatu harapan untuk menyembuhkan penyakitnya. Kita telah terpaku dalam pikiran bahwa sesuatu yang baru selalu lebih baik. Herceptin dan Tykerb adalah senjata baru untuk melawan kanker yang sekarang muncul di daerah lokal kami. Apakah itu lebih baik atau berbahaya?

Dari website (http://www.tykerb.com) anda dapat belajar bahwa :

1. Tidak ada obat untuk kanker payudara yang bermetastasis. Tapi itu dapat diterapi. Apa yang anda harapkan dari terapi yang tidak pasti itu? Tentu saja kita dapat melakukan apapun jika kita memiliki uang!

2. Pada beberapa wanita timbul kerusakan hati akibat mengkonsumsi Tykerb. Penyebab dari kerusakan ini tidak diketahui. Kerusakan hati mungkin dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.

3. Efek samping utama dari Tykerb adalah diare, mual, rasa tidak enak pada lambung, rasa lelah, kemerahan dan nyeri pada tangan dan kaki, dan timbul ruam.

4. Batuk kering atau napas yang pendek-pendek mungkin merupakan tanda dari proses radang pada paru-paru.

Apakah Herceptin dapat menyebabkan efek samping yang serius? Ya, menurut National Cancer Institute (Institusi Kanker Nasional) melalui website-nya (http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/therapy/herceptin)

1. Herceptin dapat menyebabkan kerusakan otot jantung yang dapat menyebabkan gagal jantung.

2. Herceptin juga dapat mempengaruhi paru-paru menyebabkan ancaman serius masalah pernafasan yang mengancam jiwa .

3. Herceptin dapat menyebabkan reaksi alergi yang dapat menjadi berat atau membahayakan jiwa. Gejala-gejala dari reaksi tersebut antara lain penurunan mendadak tekanan darah, nafas sesak dan pendek, kemerahan dan wheezing.

4. Karena potensi efek samping yang mengancam jiwa ini, dokter-dokter DIPERINGATKAN untuk mengevaluasi pasien secara hati-hati apakah pasien memiliki kelainan pada jantung atau paru-paru –nya sebelum memulai terapi. Apakah anda berpikir mereka pernah melakukan ini? Dalam kasus ini, Yee mengalami metastase (apakah itu bukan masalah yang serius ?) pada paru-parunya. Pada keadaan ini bukankan Herceptin akan membuat keadaan menjadi lebih buruk untuknya? Ketika ia datang kepada kami ia dalam keadaan sesak nafas berat. Apakah yang kira-kira menjadi penyebabnya?

Dan satu pertanyaan yang paling penting yang pasien (dan dokter?) tidak perduli untuk bertanya : Apakah Herceptin mengobati kanker payudara ? Jawabannya adalah tentu TIDAK. Penambahan penggunaan Herceptin pada kemoterapi normal memperpanjang harapan hidup sekitar 4-6 bulan.Tidak ada di dalam website yang mengatakan Herceptin mengobati kanker payudara. Baca bagian : Possible Benefits of Herceptin (kemungkinan keuntungan dari Herceptin) (sebagai catatan, bahkan judulnya sendiri tidak menunjukkan kepercayaan diri dan harapan) pada website resmi-nya : http://www.herceptin.com/adjuvant/what-is/benefits.jsp

Dr. Ralph Moss menulis laporan berjudul : “Herceptin or Deception”. Michael Janson, M.D., mantan ketua dari American College of Advancement Medicine memberi komentar ini tentang laporan tersbut :Dr. Moss menguak kebenaran dari laporan medis tentang Herceptin, menunjukkan bahwa itu sebenarnya tidak seperti yang telah dikatakan, dan data statistik telah dimanipulasi untuk membuatnya terlihat jauh lebih baik dari yang semestinya, sementara mengesampingkan potensi resikonya.

Pada kasus Yee, seperti banyak kasus lainnya, mungkin tidak ada gunanya menanyakan pertanyaan yang sama : apakah yang salah ? Semuanya tampak sepertinya salah setiap saat. Ijinkan saya berpikir dan dengarkanlah : Bagaimana mungkin kanker payudara stadium II dapat menyebabkan kematian pasien dalam waktu empat tahun? Apakah ia akan meninggal bila ia tidak melakukan apapun?

Kanker payudara sangat sedikit ditemukan pada mereka yang berusia sekitar 30 tahun, tetapi jika terjadi pada usia lebih muda, itu akan menjadi lebih agresif dibanding pada usia tua. Kemungkinan, ini adalah benar, beberapa orang ingin kami percaya karena Yee masih muda dan terkena tipe kanker yang agresif maka seluruh perawatannya menjadi tidak efektif. Ijinkan saya mengundang anda untuk membaca kasus dari tiga orang wanita yang belum berumur 40 tahun ketika mereka divonis kanker dan mereka dapat bertahan hidup. Hal berbeda yang dilakukan mereka adalah mereka tidak buta pada dokter mereka – mereka menolak kemoterapi, radioterapi atau terapi sulih hormon.

1. Tee, seorang wanita berusia 38 tahun didiagnosa kanker pada Oktober 2005 (catatan: pada waktu yang hampir bersamaan dengan Yee) dan ia menolak kemoterapi. Tee masih hidup saat saya menulis ini (Maret 2009) sementara Yee meninggal dunia pada Febuari 2009. Anda dapat membaca kisah tentang Tee pada laporan kasus kami.

2. Sue berumur 39 tahun saat ditemukan 2 benjolan pada payudara kanan-nya pada tahun 2003. Ia melakukan operasi mastektomi. Dokter ahli kankernya memberitahunya jika ia menjalani kemoterapi maka ia akan mempunyai kesempatan hidup 5% lebih banyak. Namun ia menolak terapi medis lebih jauh, termasuk tidak mengkonsumsi Tamoxifen seperti yang disarankan oleh dokter ahli bedahnya. Sue merubah pola makan dan gaya hidupnya dan menjalani terapi herbal. Sampai saat ini sudah lewat dari 6 tahun dan Sue sedang menuju ke arah hidup yang bebas dari masalah.

3. Julia menemukan benjolan berdiameter 4 cm pada payudaranya di tahun 1995. Ia berumur 36 tahun saat itu. Ia disarankan menjalani operasi mastektomi. Ia menolak dan tidak pernah menemui dokter lagi sejak itu. Ia menolak kemoterapi, radioterapi dan terapi sulih hormon dan memutuskan untuk mencari terapi alternatif. Ayahnya adalah seorang terapis herbal dan mencarinya untuk meminta bantuan. Perjalanannya menempuh usaha penyembuhan sungguh menarik dan kadang0kadang berbahaya. Tetapi kenyataanya ia masih sangat sangat sehat dan baik-baik saja saat saya menulis ini (2009). Itu sudah 14 tahun lalu sejak ia pertama kali didiagnosa mengidap kanker. Untuk lebih jelas mengenai cerita Julia, anda dapat melihatnya dalam buku kami “The herbal option”, Bab 3.

4. Cindy berumur 34 tahun saat ia didiagnosa menderita kanker payudara pada Agustus 1994. Ia melakukan operasi pengangkatan benjolan. Karena batasnya tidak jelas, maka ia diminta untuk menjalani operasi mastektomi. Dan diikuti kemoterapi dan radioterapi. Ia menolak terapi medis lebih lanjut. Ia mengubah gaya hidup dan pola makannya, melakukan “chi kung” dan meditasi serta melakukan terapi homeopati. Sampai saat ini sudah 15 tahnu dan Cindy menjalani hidup sehat tanpa ada masalah (Bab 2 : The herbal option).

Dr. Gershom Zajicek, Professor pengobatan di The Hubert H. Humphrey Center For Experimental Medicine and Cancer Research, The Hebrew University of Jerusalem, Israel (http://www.what-is-cancer.com) menulis : Modern medicine has the best means to treat disease, yet the basic tenets of treatment are false (Ilmu pengobatan modern mempunyai sistem yang baik untuk mengobati penyakit, tetapi pemahaman dasar dari pengobatan itulah yang salah).

Dr. Frank Daudert, dari Pro Leben Klinik di Austria mengatakan : Doctors are blindly giving chemotherapy … while the cancer cells smile. Doctors give chemo, chemo, chemo. And patients die, die, die (dokter membabibuta memberikan kemoterapi … sementara sel kanker tersenyum. Dokter memberikan kemo, kemo, kemo. Dan pasien mati, mati, mati).

Dalam buku mereka : More Harm than Good, Alan Zelicoff, M.D., dan Michael Bellomo, J.D./MBA, menulis : (dokter) diajarkan bahwa tidak melakukan apa-apa hampir pasti dijamin pasien tersebut akan menderita lebih berat jika tidak diberikan pertolongan apapun. Kebenarannya adalah bahwa sebagian besar kanker – sekali menyebar – akan menetap dan tidak dapat diobati meskipun banyak tersedia obat-obat kemoterapi baru bahkan dengan cara penggunaan antibodi langsung melawan sel kanker.

Richard Deyo dan Donald Patrick, seorang professor, University of Washington, Seattle, USA, menulis di bukunya : Hope or Hype – the obsession with medical advances and the high cost of false promises: kita terlahir dengan kepercayaan buta pada kepastian medis yang memangsa ke dalam ketakutan kita yang paling dalam, sementara tampak sepertinya akan membawa kita menuju keselamatan dengan “obat ajaib.” Memang banyak kemajuan medis yang menawarkan keuntungan yang nyata, tetapi sama banyaknya dengan yang tidak, jika ada, keuntungan dan efek samping yang berbahaya …. efektifitas terbaik pada batas yang sempit – dan kadang kali benar-benar berbahaya … Itu kadang-kadang memimpin ke arah tidak berguna, berbahaya, dan terapi yang mahal dan tidak perlu. … Ketika dokter diperkenalkan produk baru, uang kadang-kadang mengesampingkan ilmu pengetahuan yang baik.

 

Lebih Baik Aku Mati Daripada Menderita

May (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita berumur 55 tahun. Suaminya telah meninggal akibat serangan jantung tiga tahun lalu, pada umur 62 tahun. May didiagnosa menderita kanker payudara pada tahun 2000. Ia menjalani operasi mastektomi dan diikuti enam siklus kemoterapi. Setelah itu ia mendapat obat Tamoxifen. Tiga tahun kemudian, kanker menyebar ke sisi kanan payudaranya meskipun faktanya ia telah mendapat terapi Tamoxifen selama tahun-tahun itu. May kembali menjalani enam siklus kemoterapi diikuti dengan duapuluh sesi radioterapi pada daerah leher dan payudara. Sayangnya, kanker menyebar ke lehernya. May menjalani kembali empat siklus kemoterapi.

Dari July 2005 sampai Maret 2006, ia mengkonsumi obat oral, Femara. Lalu sejak April 2006 sampai July 2006, Ia mengkonsumsi Xeloda.

Putrinya memberitahu kami bahwa May menderita nyeri yang tidak tertahankan. Ketika ia tidak tahan dengan nyerinya, ia melepas pakaiannya dan lari mengelilingi rumah. Pada satu waktu May mencoba untuk melompat dari jendela untuk bunuh diri. Lengan dan daerah sekitar payudara dan lengannya bengkak dan mengeras. Ia merasa sangat panas dari dalam tubuhnya. Ia memutuskan untuk menyerah dari terapi medis lebih lanjut dan mencari kamu untuk pertolongan pada akhir Juli 2006. Gambar berikut ini dapat menjelaskan lebih lanjut tentangnya waktu sekarat.

Komentar : Andrew Weil (dalam tulisannya “Health and healing” (Kesehatan dan penyembuhan)) menulis : There is never ending struggle … patients are sucked into same way of thinking … finding themselves more and more dependent on the system giving one treatment after another. (Perjuangan tiada akhir … pasien terseret pada pola pikir yang sama … mereka semakin tergantung pada sistem pengobatan yang diberikan setelah pemberian pengobatan yang lain.)

Profesor Jane Plant (dalam tulisannya “in Life in your hands” (hidup di tangan anda)) menulis : This sounds like a battle between the disease and the treatments – with the patient as the battle ground …Conventional cancer treatment can process patients to the extent that they no longer understand what is really being done to them. (Ini seperti pertempuran antara penyakit dan pengobatan – dengan pasien sebagai lahan pertempurannya … Terapi kanker konvensional dapat membuat pasien tidak lagi menyadari apa yang telah dilakukan pada mereka.)

Dr. Lai Gi-ming, Komite medik Onkologi Taiwan, Institut Penelitian Nasional mengatakan : The thing that most frustrates modern doctors is that, after surgery, chemotherapy and radiotherapy, all they can do is keep chasing and chasing the cancer! (Hal yang paling membuat frustasi dokter modern adalah setelah mereka melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi, yang dapat mereka lakukan hanyalah mengejar dan mengejar kanker itu !)