AstraZeneca memberitahukan FDA tentang penelitian yang melibatkan 1.700 pasien kanker paru:
Pasien yang menggunakan Iressa hidup selama 5,6 bulan.
Mereka yang diberikan plasebo (pil inaktif, tiruan) hidup selama 5,1 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Iressa, pasien hidup 2 minggu lebih lama.
Hasilnya, Iressa ditarik dari negara Barat.
Bagaimanapun, pasien asal Asia mengalami reaksi yang lebih baik. Mereka hidup 4 bulan lebih lama:
Dengan Iressa pasien kanker paru hidup selama 9,5 bulan.
Tanpa Iressa pasien cuma hidup selama 5,5 bulan.
Hasilnya, Iressa masih diresepkan pada pasien di negara Asia.
Obat Kanker Paru Yang Letal . . . 444 kematian
Pada Juli 2002, Jepang merupakan negara pertama di dunia yang menyetujui Iressa sebagai pengobatan kanker paru.
Kurang dari 2tahun, 1.151 kasus efek samping dilaporkan dan 444 diperkirakan meninggal karena Iressa di Jepang.
Efek samping paling umum dari Iressa adalah:
Diare, ruam kulit, jerawat, kulit kering, mual, muntah.
Penyakit paru interstisial (ILD=interstitial lung disease), yang melibatkan sikatrik dan inflamasi dari paru yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas.
Dan pneumonia (menyebabkan kesulitan bernafas, batuk-batuk,demam).
Ibu Sut, berusia 73 tahun dari Indonesia. Dia menderita kanker paru-paru dan telah mengkonsumi Iressa untuk sembilan bulan. Dia menderita parah kegatalan pada seluruh tubuh.
Biaya Iressa adalah RM 8500 untuk satu bulan jika di beli dari farmasi rumah sakit. Obat yang sama bisa di beli dari apotek di luar rumah sakit denga harga RM 6500 saja.
Ini adalah satu penunjuk pasien dan keluarga nya dapat mempelajari: Bila danda dapat resep dari dokter Anda tahulah bahawa obat yang dijual di farmasi di rumah sakit lebih mahal. Cobalah untuk menemukan obat yang sama dari apotik di luar rumah sakit. Hal ini tidak hanya berlaku untuk Iressa, ini berlaku untuk semua obat.
Ibu Sab, berusia 68 tahun, juga dari Indonesia. Dia menderita kanker paru-paru dan juga diresep Iressa. Sebelum mengambil Iressa ia memimpin hidup normal. Setelah mengambil Iressa selama satu bulan, masalah mulai muncul keluar. Dia menderita efek samping yang berikut ini:
1. Tidak dapat tidur dengan baik
2. Sulit untuk dangkal
3. Hilangnya nafsu makan
4. Mual
5. Tidak dapat berbicara terlalu panjang
6. Diare
7. Sesak nafas
8. Kulit kering
9. Kehilangan berat badan
Dia minum Iressa selama 3 bulan, kemudian berhenti.
Biaya Iressa: 20 Juta Rupiah per bulan.
Sekali lagi, Anda harus tahu bahwa Iressa tidak bisa menyembuh kanker paru-paru!
Pada Juni 2007 kami menerima sebuah email dari Fil (bukan nama asli) dari Perancis. Dia menulis dalam rangka mencari bantuan untuk ayahnya yang berumur 77 tahun, Jak (bukan nama asli) yang telah didiagnosa dengan kanker kolon. Lima tahun sebelum didiagnosis terkena kanker kolon, dokter telah memberitahu bahwa ada yang salah dengan otaknya. Jak sangat sering menderita vertigo.
Permasalahan Jak bermula dari perdarahan yang parah saat berada di toilet. Dia pun segera dimasukkan ke rumah sakit dan pada tanggal 1 Juni 2007 Jak menjalani suatu operasi pengangkatan bagian dari kolon sigmoid (bagian dari usus besar). Dalam suratnya, Fil menulis: Hari ini, dia berada dalam kondisi yang sangat jelek. Dia mencoba untuk bangun tetapi berjalan sangat sulit. Dia memerlukan bantuan. Dia lebih memilih untuk tinggal di tempat tidur. Ia tidak berselera untuk makan dan hanya memiliki sedikit harapan untuk kesembuhannya. Ia tidak ingin menjalani kemoterapi maupun radioterapi. Dia kehilangan massa otot dan akan memerlukan pelatihan. Dia ingin hidup 5 tahun lagi supaya bisa melihat anak bungsunya menginjak umur 16 tahun.
Kondisi Jak adalah sebagai berikut:
Nyeri: di bagian perut. Kondisinya sangat jelek. Dia tidak cukup kuat berdiri dengan kedua kakinya.
Apakah anda bisa tidur? Ya, tidur cukup lumayan.
Apakah anda merasakan lelah? Ya, sangat lelah. Hampir tidak bertenaga.
Seberapa sering anda buang air besar? Sulit dan sembelit.
Bagaimana dengan selera makan anda? Sedikit sekali.
Apakah anda mempunyai kesulitan bernafas? Tidak.
Pada tanggal 23 Juni 07, Fil menulis: Beberapa hari setelah operasi, spesialis kanker bertemu dengan ayah saya dan bilang bahwa dia terlalu lemah untuk menjalani kemoterapi. Senin lalu, dokter itu kembali dan melihat dia berada dalam kondisi yang lebih baik tapi masih ragu apakah dia bisa menjadi “kandidat yang baik” untuk mengikuti pengobatan tesebut. Dokternya berbicara kepada saya melalui telepon.
Mengenai kemoterapi – untuk melakukan atau tidak melakukan, dokternya menyimpulkan: TANPA kemoterapi, kemungkinan hidup untuk 5 tahun lagi adalah 50%, tetapi DENGAN kemo, 65%. Dokternya dijadwalkan bertemu untuk ketiga kalinya dengan ayah saya pada tanggal 3 Juli. Saya tidak tahu keputusan apa yang bakal dia ambil. Bagaimanapun, dokter-dokter yang bertugas menangani ayah saya mencoba untuk mempengaruhi keputusan dengan menjelaskan bahwa operasi yang telah dilakukan berjalan dengan lancar dan akan lebih mantap lagi kalau diikuti dengan kemoterapi. Sesungguhnya, ayahku tidak terlihat siap untuk mengalami pengalaman-pengalaman buruk yang lain lagi.
Pada tanggal 26 Juni 07, Fil menulis lagi: Saya terus berusaha setiap hari untuk kesembuhan ayah saya. Akhir pekan lalu, saya telah berbicara dengan ayah dan ibu saya. Ayah saya akan kembali ke rumah pada kamis depan. Kami membuat keputusan yang konkrit: Tidak ada kemo, ayah saya akan mengikuti anjuran diet dan dia juga akan mengkonsumsi obat-obatan herbal dari dokter. Di samping itu, sekarang saya menjadi lebih terlibat dalam bidang kanker. Apakah anda siap untuk bekerja dengan saya dan menjadi pembimbing, guru, pemandu, semua itu??
Ini adalah balasan saya kepada Fil: Terima kasih untuk email anda. Ya, anda memang benar-benar seseorang yang mau belajar. Jangan kuatir saya ada disini untuk membantu dan membimbing Anda. Tidak ada masalah sama sekali Fil. Saya menyukai semangat dan antusiasme anda untuk membantu ayah anda…bagus sekali. Tentu saja, apabila anda belajar dan percaya pada apa yang saya lakukan….membantu orang lain juga.
Pada 3 Juli 07, Fil menulis: Chris, saya mendapat telepon dari ibu saya. Ayah saya merasakan nyeri lagi di daerah perut lagi pagi ini. Apa yang anda pikirkan tentang ini?
Balasan saya: Dia mulai terapi herbal pada jumat siang, yang berarti 4 hari pengobatan. Biasanya pada minggu pertama, pasien akan sulit beradaptasi dengan kehidupan yang biasanya…karena krisis penyembuhan. Kunjungi website saya dan baca tentang TERAPI CA dan krisis penyembuhan. Saya tidak terlalu khawatir.
Fil mengirimkan daftar obat yang diresepkan dokter pada ayahnya:
LOVENOX: pengobatan pencegahan trombosis (penyumbatan pada pembuluh darah).
INEXIUM: pengobatan terhadap refluks gastro-esofageal.
AMLOR: pengobatan terhadap tekanan darah tinggi.
TAHOR: pengobatan terhadap kolesterol.
OMIX: pengobatan terhadap perbesaran prostat/ hipertrofi prostat.
PLAVIX: pengobatan untuk orang yang baru terkena serangan jantung, stroke, dll.
NUTRICREMAL: tambahan nutrisi dengan protein vanilia, coklat.
TARDYFERON: tambahan mineral.
FORLAX: untuk sembelit.
EDUCTYL NORMACOL: untuk sembelit.
Saya menulis: Saya menghitung bahwa jumlah obat yang diresepkan secara keseluruhan ada 11 obat. Maksud anda bahwa selama ini ayah anda telah mengkonsumsi 11 obat ini? Apakah dokternya menjelaskan kepada anda fungsi dari obat-obatan tersebut? Cari tahu melalui internet dan beritahu saya. Negara yang berbeda mempunyai nama obat yang berbeda pula untuk jenis obat yang sama. Hal seperti ini membingungkan orang-orang. Semakin bingung orang, semakin bagus, jadi mereka bisa tambah ahli.
Fil menulis pada 9 Juli 2007: Saya mengunjungi ayah saya 2 kali minggu ini:
Beberapa minggu yang lalu di rumah sakit, dia bilang bahwa dia ingin hidup 5 tahun lalu supaya bisa melihat anak bungsunya menginjak usia 16 tahun.
Kami melihat dia berada dalam keadaan yang sangat sehat, sangat aktif, menanyakan pertanyaan-pertanyaan, berbicara tentang topik yang berbeda-beda, berdebat seperti yang dulu dia lakukan . Dia menunjukkan ke kita bahwa dia pun sanggup untuk berjalan beberapa langkah tanpa menggunakan tongkat.
Saya memberitahu dia: Whoaa! Kamu terlihat sangat sehat hari ini!! Jauh lebih baik!!
Dia mulai menjawab bahwa dia masih belum sembuh dan seterusnya. Ini terkesan seperti bahwa dia TIDAK bisa percaya bawa dia sudah baikan. Bahkan, dia menolak dibilang sudah baikan, dll…
Pada Minggu pagi, saya datang sendiri untuk mengunjungi orang tua saya. Ini adalah sebuah cerita yang berbeda. Ayah saya terlihat dalam keadaan yang berbeda, tidak bertenaga, wajah lesu, hampir terkesan seperti dia “ takkan bertahan sampai akhir hari ini”. Anda bisa melihat “ sikap naik dan turun “ ini.
Apa pendapat anda tentang jenis pasien yang tidak percaya bahwa mereka dapat menyembuhkan dirinya sendiri? Kita harus berjuang dua atau tiga kali lebih keras untuk orang seperti ini daripada orang yang positif!
Bukan hanya itu, dia mencampur adukkan komentar-komentar positif yang ada. Akan lebih baik jika kita bilang: “ Kamu tidak terlihat baik hari ini!! Kamu merasa sakit kan? Kamu tidak akan berhasil dalam pengobatanmu!! Setelah komentar-komentar seperti itu, dia akan melihat kamu dan tersenyum sedikit. Jadi, apa yang bisa kita lakukan?
Pada 13 Juli 2007, Fil menulis: Berita utama tentang ayah saya. Dokternya mendapatkan hasil dari analisis darahnya hari ini. Dia menelepon orang tua saya dan berkata:
Beberapa tanda-tanda lebih membaik!! Saya tidak mengerti.
Apakah saya memberikan obat spesial pada suami anda?
Ibu saya menjawab: Tidak, saya rasa tidak.
Chris, saya merasa kita telah berada pada jalur yang benar! Saya akan meneruskan usaha meningkatkan mental pada ayah saya dan kemungkinan saya akan bisa menemukan solusinya.
Pada 19 Juli 2007 Fil menulis: Ayah saya telah mengalami kemajuan yang pesat dalam “pergerakan”nya dan dia sanggup berjalan tanpa menggunakan tongkat. Akan tetapi, dia masih tetap merasakan nyeri di bagian perut. Mereka melakukan pemindaian padanya. Itu terjadi pada siang ini dan ibu saya baru membacakan hasilnya kepadaku melalui telepon:
Perbesaran dari caput(kepala) pankreas dengan pusatnya nekrosis dengan penyumbatan pada vena mesenterika.
Peradangan fungsi sel otak.
Pada 23 Juli 07, Fil menulis: Minggu ini, anak perempuan dari teman orang tuaku datang mengunjungi ayahku. Dia berusia 47 tahun dan menderita kanker yang ketiga: kolon(usus besar), hati dan paru-paru. Dia sedang menjalani kemoterapi yang ketiga kalinya. Dia berkata: Kemoterapi tidak bekerja untukku! Kita membicarakan tentang terapi alternatif. Itulah mengapa orang-orang memilih obat-obatan herbal dan pengobatan alternatif.
Pada 1 Agustus 07, Fil menulis: Maafkan saya karena menganggu lagi, tetapi saya ingin berbagi dengan anda perasaan saya. Bahkan, saya ingin anda tahu betapa sulitnya ini bagi saya untuk menangani penyembuhan ayah saya dan bagaimana pentingnya bagi saya untuk mendapatkan dorongan dari anda dan Dave( bukan nama asli ). Saya perlu untuk melawan para dokter, hambatan berbahasa dan memahami permasalahan yang baru juga pikiran negatif dari ayah saya. Untungnya, ibu saya sangat membantu dalam masalah ini. Saya berharap saya tidak terlalu mengganggu anda dengan pertanyaan-pertanyaan saya, kesalahpahaman dan beberapa situasi panik dan yang lain sebagainya.
Pada 7 Agustus 07, Fil menulis: saya ingin berbagi dengan semua orang penyembuhan ayah saya.
Silahkan melihat 2 video ini – sebelum dan sesudah mengkonsumsi obat-obatan herbal.
29 November 2007, Fil menulis: untuk ayah saya, beberapa berita datang setelah pemeriksaan rutin di bulan November.
Analisis darah: hasilnya sejauh ini baik-baik saja.
Bagaimanapun, setelah pemindaian terakhir, dokter mengatakan bahwa kemungkinan kanker telah menyebar ke sekitar abdomen(perut) dan area paru-paru ( nodules, nodes, dll..)
Dokternya mengatakan bahwa ini sudah waktunya untuk melakukan kemoterapi; dia tidak ingin mengakui efek yang bagus dari obat-obatan herbal karena itu merupakan pengobatan alternatif.
Dia memberitahukan: KEMOTERAPI + Pengobatan Alternatif bisa menjadi pilihan terakhir untuk dipilih.
Ayah saya telah siap untuk memilih dokter baru – yang mana mempunyai pikiran yang lebih terbuka daripada yang satu ini.
13 Juni 08, Fil menulis: Saya mempunyai pertanyaan dari ayah saya tentang jumlah teh yang harus diminum setiap harinya. Seperti yang anda ketahui, dia harus mengubah kebiasaan makannya. Ini tidaklah mudah bagi seseorang yang berusia 77 tahun. Sebagai tambahan, meminum teh tiap hari membuat dia ingin ke toilet setiap 2 jam. Maka dari itu, dia sering bertanya padaku: Bolehkah saya mengurangi meminum teh supaya saya bisa lebih jarang berkemih? Saya menjawab dia beberapa kali: “ kamu harus meminum teh supaya kamu dapat bertahan hidup” dan seterusnya. Pada saat itu, saya yakin dia akan benar-benar letih untuk terus berkemih. Jadi, saya ingin menanyakan pendapat anda. Tolong, beritahu saya apakah dia dapat mengurangi jumlah cairan yang masuk setiap harinya. Terima kasih sebelumnya.
14 Jan 2009 Fil menulis: Teruntuk Chris, Selamat Tahun Baru 2009. Silakan klik link berikut ke dua video singkat yang diambil menjelang Christmas 2008. Semoga ini dapat membantu anda membayangkan cerita tentang ayah saya. Beritahu apabila saya dapat membantu yang lain. Dan saya mendoakan yang terbaik untukmu!
Komentar: Saya membayangkan ada berapa banyak pasien yang akan setuju untuk menjalani kemoterapi apabila mereka dengan jelas diberitahu bahwa pengobatan tersebut cuma dapat meningkatkan angka harapan hidup sebanyak 15%. Kebanyakan paien menjalani kemoterapi dengan harapan penuh bahwa mereka akan sembuh 100%. Atau apabila tidak 100%, setidaknya masih lebih tinggi daripada 15%.
Sudah menjadi kesenangan kami untuk membantu Fil dan ayahnya, Jak. Dan tentunya kami sangat senang melihat keadaan ayahnya yang bagus walaupun tidak menjalani Kemoterapi. Pertanyaan yang perlu diingat oleh pasien adalah: Menurut dokter, untuk pasien seperti Jak, statistik menunjukkan ada 65% kemungkinan hidup 5 tahun dengan kemo. Tanpa kemo kemungkinan hidup 5 tahun adalah 50%. Dengan kata lain, keuntungan dari kemoterapi adalah cuma 15%.
Jumlah yang dikutip dari dokter di Perancis sangat jauh berbeda dari yang saya dengar di sini. Di sini, mereka membicarakan bahwa 95% atau 50% pasien akan meninggal tanpa kemoterapi. Akan kita perjelas di sini: tidak ada data stastistik yang menunjukkan bahwa tanpa kemoterapi, pasien penderita kanker kolon akan meninggal.
Sebelum Fil menulis kepada kita, ada orang lain di Perancis (Dave) yang telah menjalani operasi dan kemoterapi untuk kanker kolonnya. Dave datang ke Penang dan memutuskan untuk mencoba obat-obatan herbal kita. Kami mengajarkan cara menggodok obat-obatan herbal, dll. Jadi ketika Fil menulis kepada kita, kita merasa akan lebih mudah apabila meminta Dave untuk menjelaskan segalanya kepada Fil. Ayah Fil meneruskan meminum obat-obatan herbal sampai sekarang sementara Dave putus setelah sekitar 3 bulan. Dia menjalani lebih banyak operasi dan kemoterapi dan pada awal 2009 kita menerima kabar bahwa Dave telah meninggal.
Hal yang rasional dari kemoterapi, menurut dokter Perancis adalah berfungsi sebagai selimut pengaman. Ada asumsi yang kuat bahwa kemoterapi dapat menjamin kesempatan hidup yang lebih tinggi. Apa yang terjadi apabila pasien yang dikemoterapi meninggal dunia? Apakah hal seperti ini pernah terjadi? Tentu saja hal ini lebih sering terjadi dari yang diakui.
Pada 17 Januari 2009, Fil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepadanya:
a) Tentang pengobatan ayah anda: apakah dia menerima perawatan kemoterapi? Tidak ada kemo sama sekali karena kami menolak pengobatan tersebut.
b) Apakah dokter menyarankan kemo? Kenapa? Dokter mengatakan bahwa itu adalah semacam jaminan supaya sel-sel kanker tidak kembali. Mereka bahkan memasang selang kemo dekat dengan bahu kanan.
c) Bagaimana dengan kondisi kesehatannya sekarang dibandingkan dengan sebelum terkena kanker? Melihat umurnya dia berada dalam kondisi yang cukup baik.
d) Apakah dia kembali menemui dokter yang menangani dia? Ya, setiap 3 bulan tepat sehabis operasi dan sekarang setiap 6 bulan.
e) Dia sedang meminum obat-obatan untuk hipertensi, prostat, nyeri, kolesterol, dll. Apakah dia masih meminum obat-obatan tersebut? Anda mengatakan bahwa dia sering menderita vertigo (sakit kepala yang berputar)—apa yang terjadi sekarang? Sama? Pengobatan untuk memori/ ingatan, prostat, perut dan nyeri. Itu dia! Ayah saya telah mengalami vertigo selama 20 tahun, sampai sekarang tetap sama saja, tidak bertambah parah.
f) Umumnya setelah pasien mengkonsumsi obat-obatan herbal kita, permasalahan-permasalahan seperti ini menghilang—apa yang terjadi pada kasus ayah anda? Kondisi yang agak lebih baik.
g) Sudah satu setengah tahun sejak operasi kankernya – bagaimana dengan sikapnya? Apakah dia percaya diri dengan masa depannya? Dia terlihat cukup percaya diri.
h) Ketika dia baru mulai mengkonsumsi obat-obatan herbal, apakah dia percaya bahwa obat tersebut akan berefek positif pada dirinya? Sejujurnya tidak karena sikapnya yang negatif dan dia juga selalu mempunyai keraguan di pikirannya. Ibu saya dan saya bekerja keras untuk meyakinkan dia. Itu merupakan proses yang panjang dari hari ke hari.
i) Dari sudut pandang ibu anda, apa yang dia pikir tentang kesembuhannya? Dia berpikir itu adalah situasi yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain yang mempunyai kanker dan menjalani kemoterapi.
j) Dari sudut pandang anda sebagai seorang anak, apa yang anda pikir tentang kesembuhan ini?Saya berpikir bahwa ini adalah hal yang sangat mengagumkan untuk mendapatkan kesembuhan seperti ini dan saya ingin memberitahukan kepada anda bahwa sekarang saya telah menjadi seorang vegetarian(pemakan sayuran saja)! Anda telah mendapat pengakuan saya dan saya bahkan ingin membantu orang lain. Ini bukanlah suatu tugas yang mudah, seperti yang anda ketahui lebih banyak dari orang lain di dunia ini.
k) Apakah anda akan menempuh jalan yang sama lagi apabila anda diharuskan untuk menjalani hal yang sama lagi? PERSIS SAMA.
Pada 27 Februari 2009, kami menerima sebuah e-mail dari Fil
Cuma ingin berbagi beberapa hal dengan anda:
1. Wanita berumur 47 tahun ( anak perempuan dari teman orang tuaku ) meninggal secara tiba-tiba minggu lalu. Selama lebih 12 tahun dari perjalanan penyakitnya, dia menjalani banyak operasi, kemoterapi dan radioterapi. Saya tidak dapat meyakinkan dia untuk mencoba terapi herbal atau bahkan cuma untuk merubah sedikit dari pola makannya. Saya bersedih akan hal itu dan pada saat yang sama saya merasa saya telah menjalankan tugas saya “transmisi pengetahuan” bahkan saya cuma tahu sedikit mengenai hal itu.
2. Ayah saya menemui dokter ahli kankernya Selasa lalu. Dokter menyimpulkan dia berada dalam keadaan yang sangat baik dan tanda-tanda kankernya pun menunjukkan dalam batas yang baik. Mereka merencanakan untuk melakukan kolonoskopi dalam 6 bulan. Seperti pertemuan biasanya, dokternya mengulangi kata-kata yang sama kepada orang tua saya: Memang, saya tidak antusias untuk memulai kemo setelah operasi karena anda sangat lemah saat itu. Pada waktu yang sama tidak ada kata-kata yang terucap mengenai apa yang ayah saya lakukan – pengobatan alternatif, nutrisi, atau apa sajalah!
Saya cuma tidak bisa mempercayai kenapa dokter-dokter ini bisa bersikap semunafik itu. Saya harus berperang melawan dokter wanita untuk mengeluarkan ayah saya pada Juli 2007. Tolong katakan pada semua pasien anda bahwa jangan menyerah ketika berhadapan dengan orang medis yang begitu berkuasa! Setiap orang mempunyai pilihan untuk memutuskan untuk menderita atau untuk menjalani hidupnya dengan tenteram dan damai hingga akhir hayat.
Di bawah ini ada video klip yang Fil kirimkan kepada kita. Terima kasih Fil untuk kerjasama dan kemauan anda untuk berbagi!
Tim (bukan nama sebenarnya) berusia 86 tahun ketika ia didiagnosa dengan sigmoid kanker pada Oktober 1999. Tidak ada bukti metastasis. Dia tidak menjalani operasi apapun, kemoterapi atau radioterapi – resep standar pengobatan kanker yang universal.
Keponakan laki-lakinya, yang adalah seorang dokter medis, menyarankan agar meminta pertolongan kami.
Pada tanggal 2 April 2000, anak Tim datang ke kami untuk pertolongan (Tim tidak datang sendiri). Kondisinya kemudian kelihatannya menjadi biasa bagi orang umurnya. Dia dapat makan, tidur, bergerak di sekeliling-Nya dan dipindahkan tanpa masalah. Namun, dia rasa sakit ketika ia makan terlalu banyak. Dia juga mempunyai nambi (skin rash) sesudah minum antibiotik.
Tim telah beri Kapsul A dan Teh GI untuk diminum. Dan ia mengambil terus herbal itu dengan cara apapun dia suka. Sebenarnya kami tidak mengambil banyak pemberitahuan kepada kemajuan setelah itu.
Tidak sampai tujuh tahun kemudian kasus Tim itu dibawa ke perhatian kami. Anak-anaknya datang pada tanggal 6 Mei 2007 untuk memberitahukan kami bahwa bapak mereka mengulurkan darah semasa membuag air besarnya.
Ultrasound yang dilakukan pada tanggal 25 April 2007 menunjukkan adanya beberapa kista kecil dihatinya, tetapi tidak ada solid massa. Usus besarnya diisi dengan gas.
Kolonoskopi nampak fungating tumor di 12-15 cm dari ambang anal. Biopsi konfirmasi diagnosa klinis adenokarsinoma (infiltrating, focally necrotizing moderately differentiated rectal adenocarcinoma).
Saya beromong dengan anak dan menantu perempuan Tim untuk mendapatkan dan mengetahui lebih jauh tentang apa yang terjadi. Isteri Tim telah meninggal beberapa tahun yang lalu, dan Tim ini, hingga hari ini, tinggal sendirian. Dia menolak untuk pindah dan tinggal dengan yang mana pun di antara sembilan orang anak dewasanya, lebih suka hidup sendiri. Dia seorang individu bersikap “bebas”.
Dengan ini, kami bisa mengerti mengapa anaknya mencurigai bahwa Tim tidak mengambil herbal dengan semestinya sesudah beberapa tahun. Tim berpendapat yang ia sudahpun sembuh.
Berikut adalah kutipan dari percakapan kami pada tanggal 25 April 2007 yang dapat bayangankan kesalahan yang telah berlaku.
Chris: Sebelumnya ia minum herbal secara teratur?
Menantu perumpuan: Reguler dan setelah bertahun-tahun sehingga ia sudahpun baik.
Chris: Itu sudah tujuh tahun, Tahun 2000 sampai sekarang. Dia mengambil Kapsul A, C-tea dan GI-tea. Anda kemudian mengatakan ia tidak mengambil teh lagi dan hanya Kapsul A. Dan kata anda dia ialah sehat?
Anak lelaki: Beberapa tahun terakhir saya membawa dia untuk kontrol (check up).Untuk usus besarnya, bebas bahaya. Saya juga membawa stools nya (tahi) untuk pemeriksaan. Mereka berkata tidak ada apa-apa. Segalanya okay.
Chris: Ini dilakukan di sebuah rumah sakit?
Anak: Ya, Metro.
Chris: Jadi ini berarti bahwa tiga atau empat tahun yang lalu, ia masih tidak bermasalah.
Anak: Dia lulus keluar darah di stools. Awalnya kami berpikir karena bawasir.
Menantu: Ini berlaku sudahpun satu tahun.
Anaki: Kami pergi ke dokter bedah ini (di rumah sakit) dan dia juga mengatakan bawasir.
Chris: Tidak mungkin, tidak mungkin. Karena dia mempunyai latar belakang dari kanker usus besar. Putri: Persis, ia memiliki sejarah kanker usus besar!
Chris: Biarkan saya menjelaskan. Kanker usus besar tidak bisa hilang. Ada tak ada hal seperti itu sebagai melenyapkan kanker. Juga kalau tumor dipotong dan dibuangkan, kanker masih bisa kembali. Dalam kasus ayahmu, tumor masih dibiarkan begitu saja di dalam tubuhnya.
Menantu: Di kemudian hari, ia mulai jarang mengambil herbal.
Chris: Oh, dosisnyapun dikurangi dari 2 kapsul tiga kali sehari ke – apa yang dia lakukan?
Anak: Satu kapsul satu hari.
Chris: Dia mungkin juga tidak harus minum herbal sama sekali.
Anak: Ayah berkata: Saya sudah sehat. Mengapa membuangkan uang?
Chris: Dia tidak minum obat dengan benar. Tidak ada jalan lain tentang hal ini. Kanker akan kembuh kembali. Okay apa yang kita lakukan sekarang? Pertama saya ingin bertanya: Apakah ia siap untuk minum herbal lagi?
Anak: Ya. Dia sudah siap untuk mengambil apa-apa saja sekarang. Putri: Ha, ha, papa bertingkah laku baik sekarang – bertingkah laku baik sekarang!
Chris: Sebelum itu dia keras kepala?
Anak: Ya, sangat, sangat keras kepala.
Pada tanggal 15 Januari 2009, anak perempuan Tim datang ke pusat kami untuk mengangkat lebih banyak herbal bagi bapaknya. Ini berarti Tim masih dan tetap sehat sehingga sekarang.
Supaya jangan kita lupa, Tim sekarang berusia 95 tahun!
Komentar:
Ini merupakan kasus penyembuhan luar biasa dan mungkin tidak bisa dipercayai karena alasan berikut:
1. Melihat foto-foto dari dubur luka kita tahu bahwa kanker pada Tim itu memang sangat serius.
2. Walaupun menolak intervensi medis, Tim masih hidup – lebih dari 9 tahun sekarang. Bagaimana ini bisa berjadi? Dokter yang mana pun akan memberi tahu kami tanpa pembedahan, tumor sudah akan bertambah besar dan akan mengalangi saluran ususnya.
Usus besar atau duburnya hanya mungkin meledak, dll. Namun hal ini tidak terjadi!
3. Lebih mengagumkan lagi – Tim tidak mengambil minum herbal dengan semestinya. Pada April 2007 semasa bertemu dengan anaknya, saya menitikberatkan pentingnya mengambil herbal dengan benar. Bagaimanapun juga dari 2000 ke 2007 masalahnya masih di bawah kontrol. Apapun itu, dari 2007 hingga hari ini, tampaknya Tim masih sehat dan telah sembuh kembali.
4. Ijinkan saya mengajukan beberapa pertanyaan bagi Anda untuk merenungkan:
a) Terlalu sering kami diberitahu bahawa jika ada tumor di usus besar, kata harus mengeluarkannya secepat mungkin. Nasihat ini nampaknya logis dan meyakinkan. Namun dalam kasus ini – apakah anda memikirkan logika ini ialah benar? Perlu ingati bahwa Tim sudahpun berusia 86 tahub ketika dia pertama kali didiagnosa.
b) Jika Tim menjalani pembedahan, apakah menjadi syarat berikutnya? Tentu sekali disarankan menjalani kemoterapi!
c) Apa sudah bisa terjadi kepada pasien seperti Tim jika dia operasi? Dapat hidup 10 tahun setelah itu? Tim mungkin perlu menguna kantong kolostomi (colostomy bag). Memang sulit untuk hidup dengan kantong kolostomi sepanjang hidupnya.
d) Setelah operasi, jika Tim menjalani kemoterapi, apakah akan terjadi kepada Tim setelah memerima pengobatan drastis seperti itu – pasien yang berusia 86 tahun?
e) Dengan pertumbuhan tumor seperti itu, menakjubkan bahwa tidak ada metastasis ke hati. Mengapa sebabnya?
f) Selama bertahun-tahun, kami telah menemukan banyak kasus kanker usus besar yang gagal. Pasien meninggal sesudah beberapa tahun kemudian, setelah menjalani operasi, kemoterapi (dan juga radioterapi). Mengapakah pasien pasien itu mati?
g) Biarkan saya mengutip hanya satu contoh saja. Tony Snow adalah juru bicara George W. Bush, lalu Presiden Amerika Serikat. Sebelumnya saya menulis: Laporan Kasus 7: World’s Most Well Fought Battle Against Colon Cancer, saya menulis:
Saya membayangkan bahwa orang yang paling kuat di dunia (Presiden) akan dapat melakukan sesuatu perkara yang hebat untuk menolong staf tercintanya dan fellowman yang di penderitaan luar biasa.
Saya percaya bahwa Snow akan mendapat yang terbaik – nasihat terbaik, dokter terbaik, obat terbaik dan hospital terbaik – baginya untuk berjuang melawan kanker. Oleh sebab itu, kepada saya, pertempuran ini untuk melawan kanker mungkin akan menjadi pertempuran paling hebat yang pernah ditempuh di America– Negara yang termegah di dunia.
Snow didiagnosa dengan kanker usus besar pada 2005. Dia menjalani operasi, kemoterapi untuk selama enam bulan dan setelah itu sehat. Lalu sesudah dua tahun kanker kembuh kembali dan dioperasi lagi pada April 2007, diikuti oleh lebih banyak lagi kemoterapi. Pada Juli 2008 Snow meninggal, sekitar tiga tahun setelah diagnosanya.
(Pada awalnya ahli medis mengatakan): Ini adalah kondisi yang sangat bisa diobati (treatable).Setiap orang yang melihat ini sebagai hukuman mati adalah salah.Apakah kenyatan ini benar? Siapa yang salah? Sebenarnya, Snow meninggal.
Anda pikirkanlah apakah sebabnya Snow mati? Tumor berulang di perut sudah dipotong keluar. Hanya sedikit kanker yang tertinggalkan di hatinya. Apakah ini bisa membunuh Snow? Atau apakah cara mengobati kanker itu yang membunuhnya?
(Ahli lain berkata): Ini adalah penyakit yang bisa diobati. Apakah sebenarnya makna pernyataan seperti ini? Sesungguhnya, setiap penyakit bisa diobati tetapi apakah dapat disembuhkan? Bisa diobati tidak berarti bisa disembuhkan sama sekali.
Saya menerima satu e-mail dari Dr. Mark (bukan nama sebenarnya) , seorang Ph.D. pada bidang biologi kanker yang bekerja di sebuah rumah sakit. Berikut isi e-mailnya:
Setelah mengunjungi situs CA CARE … saya menyadari bahwa inilah yang selama ini saya cari untuk menolong ibu saya. Saya menginginkan agar ibu saya mencoba terapi herbal anda.
Ibu saya berumur 70 tahun. Dia menderita batuk selama berbulan-bulan tahun lalu dan dokter umumnya mengatakan bahwa dia menderita asma yang sebelumnya dia tidak sadari. Dokternya tidak menganjurkan untuk foto X-ray. Akhirnya dia sembuh dari batuk dan kami cuma melupakan kejadian itu.
Pada akhir April 2007, dia terus-menerus mengeluh tentang nyeri perut, kembung dan kehilangan nafsu makan. Dia pergi menemui spesialis pencernaan dan didiagnosa terkena infeksi kuman H.pyloridan dia pun menerima pengobatan antibiotik. Tanpa terduga, foto X-ray juga dilakukan dan ditemukan adanya abnormalitas pada paru-parunya. Dia melakukan CT scan dan tes darah termasuk penanda tumor pada hari yang sama. Hasil menunjukkan adanya kemungkinan kanker paru. Seminggu kemudian dia menjalani biopsi paru. Hasil menunjukkan bahwa massa tumor paru adalah adenokarsinoma yang berdiferensiasi sedang. Bagaimanapun, dia tidak mempunyai kesulitan bernafas atau batuk pada saat yang bersamaan.
Dia kemudian dirujuk ke ahli kanker (onkologis) pada rumah sakit yang sama. Ibu saya adalah seorang wanita Asia tanpa riwayat merokok dan tipe tumornya adalah adenokarsinoma. Dia termasuk dalam kategori yang berespon baik terhadap obat baru bernama Iressa (penghambat Tirosin Kinase). Dokter mengatakan bahwa kita bisa mengikuti perkembangannya melalui CA 15.3, penanda tumor dengan titer tertinggi ketika pertama kali ditemukan (CA 15.3 = 5147 pada 24 April 2007).
Setelah mengkonsumsi Iressa selama satu bulan, CA15.3 nya menurun sampai 367 (pada 28 Mei 2007). Pada 30 Juli 2007, menurun sampai 68. Kami sangat bahagia dengan kerja obat tersebut. CT scan menunjukkan adanya penyusutan tumor (Agustus 2007). Pada bulan keempat, CA 15.3 meningkat sampai 154 (pada 27 Agustus). Dokter merasa sedikit khawatir tetapi ibu melanjutkan mengkonsumsi Iressa. Sebulan kemudian penanda tumor meningkat sampai 713 (pada 28 September 2007). CT scan menunjukkan adanya tambahan bayangan di paru-paru dibandingkan pada CT scan yang dilakukan pada Agustus 2007. Dia juga melakukan CT scan otak untuk pertama kalinya dan terdapat beberapa metastase pada otak dan tulang tetapi lesinya kecil.
Ibu saya mulai mencoba obat lain bernama Tarceva (bekerja dengan mekanisme yang sama tetapi keliatan lebih efektif). Dia mengalami efek samping seperti ruam, kulit kering dan hilangnya nafsu makan. Kami sangat yakin pada obat baru ini karena menurut literatur makin banyaknya efek samping berarti kesempatan untuk respon juga semakin meningkat. Bagaimanapun setelah satu bulan mengkonsumsi Tarceva, CA 15.3-nya meningkat sampai 1496 (pada 26 Oktober 2007). Dokter menyarankan agar dia terus menkonsumsi obat tersebut untuk satu bulan ke depan dan kemudian melakukan CT Scan. Saya telah bertanya pada dokter apabila hasilnya menunjukkan bahwa Tarceva tidak efektif, dia akan menjalankan kemoterapi pada ibuku. Tapi karena kondisinya yang lemah, maka akan dilakukan yang ringan saja.
Ibu baru saja melakukan tes darah rutin kemarin. Hasilnya menunjukkan bahwa ginjal dan hatinya berfungsi normal. Dia tidak anemia, tetapi hitung limfositnya lumayan rendah (10%). Dia sangat lemah sekarang dan tidak dapat berjalan tegak. Dia telah terjatuh beberapa kali karena kakinya yang lemah. Untungnya dia tidak terluka atau mematahkan tulangnya sendiri. Dia makan bubur tiap hari karena nafsu makannya yang buruk dan tidak mempunyai tenaga untuk mengunyah. Juga karena perutnya yang tidak nyaman dan sendawa yang terlalu sering sehabis makan maupun minum. Kadang dia mengeluh tentang sakit kepala. Tidurnya nyenyak dan BABnya lancar. Dia tidak mengeluh tentang sesak nafas ataupun batuk.
Disamping mengkonsumsi Tarceva, dia juga mengkonsumsi Bonefos untuk metastasis tulangnya. Kami juga memberikannya suplemen-suplemen.
Sejalan dengan itu saya juga ingin dia meningkatan daya tahan tubuhnya melalui obat Tradisional Cina. Bagaimanapun, saya belum menemukan sesuatu yang cocok. Saya setuju dengan terapi holistik anda dan menginginkan supaya ibuku mencoba.
Pada 18 Desember 2007, CA Care menerima e-mail dari Dr. Mark lagi, berbunyi:
Ibu saya telah meninggal dunia pada 30 November 2007. Saya merasa dia meninggal karena pneumonia. Paru-paru sebelah kirinya benar-benar putih total. Dia juga mempunyai dahak kuning kental yang lengket tapi tidak mempunyai kekuatan untuk mengeluarkannya. Jumlah sel darah putihnya benar-benar tinggi dan jumlah netrofilnya lebih dari 94%.
Ibu saya cuma berencana untuk mengkonsumsi obat herbal dan kapsul A+B selama beberapa hari sampai dia benar-benar tidak bisa menelan apapun termauk minum. Dia sangat berani dan positif. Dia tahu bahwa saya mambawa obat herbal yang dapat membantu penyakitnya. Setelah meminumnya, dia bilang kalo obat herbalnya pahit dan asin, tetapi tetap dia masih meneruskan untuk meminum. Dia bertambah buruk semakin cepat. Saya tidak memperhatikan bahwa dia ada masalah paru sebelum bekonsultasi dengan anda, maka dari itu saya juga tidak mendapat teh dahak paru untuknya.
Untuk memonitor perkembangannya, kami mulai menulis diari untuknya sejak 21 November 2007. kami mencatat segala sesuatu yang dimakan dan responnya terhadap pengobatan herbal. Bagaimanapun, itu berakhir setelah beberapa hari.
Pada sore tanggal 26 November 2007, kami memutuskan untuk mendatangkan dokter ke rumah. Dia bilang bahwa paru sebelah kiri buku tidak lagi berfungsi dan bahwa dia menderita dehidrasi. Bagaimanapun, tekanan darahnya normal dan tidak demam. Dia menyarankan untuk memberikan oksigen dan infus dengan dekstran saline. Dia bilang kondisinya sedang stabil dan menyuruh kita untuk bersiap-siap untuk yang terburuk – apakah mau tetap dirumah atau dikirimkan ke rumah sakit. Ibu saya menggelengkan kepalanya ketika saya bertanya apakah dia mau ke rumah sakit. Hari berikutnya, kita menyewa tabung oksigen dan seorang suster untuk mengawasi tetesan infus. Suster menunjukkan bahwa ibu saya mempunyai dahak yang banyak dan karena dia tidak sanggup untuk mengeluarkannya, dia beresiko terkena pneumonia.
Pada 28 November 2007, dia tidak mengalami kemajuan sama sekali dan saya bertanya sekali lagi mencoba meyakinkan dia untuk ke rumah sakit guna mengatasi masalah dahak dan sembelit. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya. Jadi kami buru-buru memanggil ambulans untuk mengirimnya ke rumah sakit yang berjarak sekitar 5 sampai 10 menit dari rumah kami.
Sebuah film X-ray menunjukkan bahwa paru sebelah kirinya putih total. Jantungnya terdesak ke arah kanan, mungkin karena cairan di paru. Tekanan darahnya tinggi dan denyut jantungnya lebih dari 130/menit. Malam pertama di rumah sakit, kami semua merasa dia lebih segar dan nyaman dan kami pun lebih lega. Bagaimanapun, pada sore hari kedua, dia tidak sadarkan diri. Dokter mengatakan pada kita bahwa mereka tidak akan melakukan resusitasi yang cuma akan memperpanjang penderitaannya. Pada malam hari ketiga kami kehilangan dia, ketika seluruh anggota keluarga berkumpul mengelilinginya. Walaupun kami sangat sedih, kami juga bersyukur bahwa dia tidak perlu menderita lebih banyak lagi. Saudaraku yang diluar negeri sempat pulang tepat waktu dan menemani ketika dia masih sadar.
Saya benar-benar ingin mengucapkan terima kasih pada anda dan juga pada isti anda, atas kebaikan dan kemurahan hati anda dan tentu saja untuk obat herbal anda. Sudah terlambat bagi ibuku untuk mengkonsumsi obat herbal anda. Bagaimanapun, tidaklah terlambat untuk mengenal anda dan terapi CA CARE.
KOMENTAR
Dr. Mark telah menuliskan secara terperinci kasus ibunya – terima kasih kepada latihannya sebagai ilmuwan observasi. Saya mendapatkan kesempatan untuk bertemu Dr. Mark ketika dia datang menemui saya dengan laporan medis ibunya pada 20 November 2007. Yang paling mengejutkan saya adalah pada kasus ini digunakan CA 15.3 untuk memonitor perkembangan dari kanker paru. Saya bertanya apakah itu merupakan kesalahan pengetikan pada e-mailnya. Mengejutkan ternyata jawabannya tidak.
Awalnya pada 24 April 2007, dokter-dokter menggunakan penanda tumor seperti CEA = 462.9; CA 125 = 324; CA 15.3 = 5147; dan CA 19.9 = 14. diantara semuanya CA 15.3 memberikan pembacaan yang paling tinggi. Itulah yang membuat dokter beranggapan CA 15.3 dapat mencerminkan hasil kemajuan pengobatan paling bagus. Biasanya CA 15.3 digunakan umumnya untuk memonitor pasien dengan kanker payudara.
Salah satu efek samping yang paling nyata dari Iressa adalah toksisitas paru. Pasien yang mengkonsumsi Iressa telah dilaporkan menderita penyakit kompleks yang dikenal sebagai interstitial lung disease (ILD). Penyakit seperti ini menyebabkan kesulitan bernafas dengan atau tanpa batuk atau demam ringan. Gejalanya bertambah parah dengan cepat dan pasien harus dimasukkan ke rumah sakit.
Surat khabar New Strait Times tanggal 6 Desember 2002, berjudul: 81 kematian berhubungan dengan obat kanker paru. Kementerian Kesehatan Jepang memastikan 291 kasus efek samping dan 81 pasien meninggal karena Iressa.
Pada 19 September 2005, Japan Today, berjudul: Obat kanker ajaib berubah menjadi perubahan yang mematikan: Obat tersebut menyebabkan efek sampingnyang serius sperti pneumonia parah, yang berujung ke kematian.
Mengingat apa yang dikatakan Dr. Mark: Kondisinya memburuk cepat sekali. Saya tidak memperhatikan adanya masalah pada paru sebelum mengunjungi anda. Apakah ibu Dr. Mark merupakan salah satu korban dari efek samping fatal Iressa? Tidak ada yang bertanya. Tidak ada yang berani bertanya? Atau tidak ada yang orang ingin tahu?
Kami merasa menyesal bahwa obat herbal kami tidak bisa membantu dalam kasus ini. Ini yang sering kami beritahukan kepada pasien-pasien kami. Bukan masalahnya seberapa lama kita sanggup bertahan hidup – tetapi kualitas daripada hidup kitalah yang dipermasalahkan. Bahagialah dan bersyukur apabila kita bisa makan, bisa tidur, dan dapat bebas bergerak.
Untuk memerangi dan menghancurkan kanker itu sendiri merupakan hal yang tidak mungkin walaupun orang lain menginginkan kita percaya seperti itu.
Penurunan awal dari penanda tumor dan penyusutan tumor tidaklah berarti seperti yang telah didemonstrasikan pada kasus ini. Janganlah tertipu dengan ilusi seperti ini. Pada kenyataannya, ini bukanlah kasus terisolasi. Kami telah mengumpulkan dan mendokumentasikan banyak kasus lain seperti ini, yang mana mengarah ke harapan yang salah arah dan salah tempat. Anda mungkin ingin membaca artikel kami yang lain (Penyusutan Tak Berarti Dari Tumor Pada Pengobatan Tarceva, Bahkan Perawatan Berteknologi Tinggi Tidak Dapat Menjamin Bahwa Kanker Dapat Disembuhkan Atau Tidak Akan Menyebar) tentang Iressa, Tarceva, dan Bonefos dan apa yang dapat mereka lakukan untuk pasien-pasien kanker.
Mark (nama samaran) adalah seorang laki-laki berumur 34 tahun. Suatu ketika bulan September 2006 dia menderita batuk yang kemudian didiagnosa sebagai kanker paru. Paru kanannya juga mengandung cairan (efusi pleura). Sebagai tambahan, terdapat beberapa lesi metastatik pada separuh lobus kanan tengah dan bawah dari paru yang kolaps. Paru sebelah kiri bersih. Sayangnya kanker telah menyebar ke iga IV dan VI. Biopsi bagian inti dari massa yang terdapat di paru mengindikasikan papillary adenokarsinoma yang berdiferensiasi sedang.
Dari Desember 2006 ke Februari 2007, Mark menjalani kemoterapi dengan Gemzar dan Cisplatin. Setiap bulannya dua siklus dan dia menerima total enam siklus. Biaya dari setiap siklusnya sekitar RM 4,000. Ahli onkologis memberitahunya bahwa tidak menjamin dapat sembuh tetapi ukuran dari tumor akan berkurang dengan pengobatan.
Setelah kemoterapi selesai, dilakukan CT scan pada 7 Maret 2007 yang menunjukkan paru kanan kolaps parah dengan lesi massa berukuran 6 cm dekat dengan hilus. Mark harus menjalani prosedur untuk mengembalikan fungsi paru.
Mark diberitahu bahwa kemoterapi tidak efektif. Dia diminta untuk mengkonsumsi obat oral, Tarceva yang mana menghabiskan RM 270 / pil. Respon dari perawatan sebagai berikut:
1. CT scan pada 9 Maret 2007 menunjukkan massa 7.5 cm x 6 cm dan nodul tambahan berukuran 4.5 cm x 3.5 cm.
2. CT scan pada 31 Mei 2007 menunjukkan massa berukuran 4 cm x 2 cm, terjadi penyusutan yang signifikan pada ukuran massa paru kanan.
3. CT scan pada 13 September 2007 menunjukkan tidak ada perubahan yang berarti dibandingkan CXR sebelumnya.
4. CT scan pada 13 November 2007 menunjukkan massa yang lebih besar berukuran 8 x 6 x 4 cm. Terdapat fibrosis di apeks kanan dan basis paru kanan. Terdapat penghancuran salah satu dari iga bawah sebelah kiri diduga berhubungan dengan metastasis tulang.
Dengan Tarceva, Mark diberitahu bahwa awalnya ukuran tumor sudah berkurang sekitar delapan puluh persen dari ukuran awalnya. Sayangnya penyusutan ini tidak berlangsung lama. Setelah delapan bulan mengkonsumsi Tarceva (menghabiskan RM 64,000) sudahlah jelas bahwa pengobatan tersebut telah gagal.
Mark diberitahu berita mengecewakan bahwa tumor telah membesar lagi. Tarceva tidaklah efektif. Sebagai tambahan, metastasis tulangnya bertambah parah. Mark juga mengkonsumsi Bonefos sejak didiagnosis dan pengobatan ini menghabiskan sekitar RM 400 sebulan.
Mark dan istrinya datang menemui kita pada Desember 2007. Mereka ingin tahu apakah dengan mengkonsumsi obat herbal tersebut tumor akan menyusut dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk obatnya bekerja. Jujur respon saya adalah: Maaf saya tidak tahu.
Komentar
Mark dan istrinya datang mencari kami untuk mendapat jaminan bahwa obat herbal dapat menyembuhkan dia.
Kami mempunyai pasien penderita kanker paru yang diberitahu oleh dokternya bahwa dia cuma bisa bertahan hidup selama 6 bulan, tetapi dengan mengkonsumsi obat herbal mereka hidup normal selama dua atau tiga tahun lebih sebelum akhirnya mereka benar-benar menyerah pada kanker.
Seorang pria dengan kanker tulang diberitahu: Pulanglah dan siapkan surat wasiat anda. Anda cuma mempunyai waktu enam bulan. Dia menolak pengobatan Bonefos, mengkonsumsi obat herbal dan masih hidup sampai hari ini – sudah hampir tujuh tahun sekarang.
Bagaimanapun, tetap salah kalau kita menuntut bahwa obat herbal dapat mengobati kanker. Sayangnya ketika Mark datang menemui kami, saya tidak dapat memberikan jaminan bahwa obat herbal dapat menyembuhkan apapun jika alasan itulah yang membuat dia dan istrinya datang. Saya memberitahu mereka, kami cuma dapat melakukan yang terbaik untuk membantu.
Saya diingatkan apa yang dibilang oleh Randall Fitzgerald (pada The Hundred Years Lie) :
Untuk kebanyakan orang yang tumbuh dan bergantung pada teknologi dan obat-obatan laboratorium dari pengobatan Barat, melepaskan paradigma itu atau bahkan berpikir untuk menggunakan pengobatan yang “kedengaran aneh” dari budaya lain, membutuhkan keyakinan dan kepercayaan.
Untuk mayoritas dari kita, sebelum kita menemukan penyembuhan alternatif, kita harus pertama mengalami perasaan depresi dan capek terhadap rangkaian pengobatan kimia sintetis yang ditawarkan oleh pengobatan moderen.
Bagaimanapun, untuk beberapa orang pengalaman akan kegagalan tidak memberikan isyarat apapun. Kebenaran yang menyedihkan tentang kanker paru stadium lanjut adalah bahwa tidak adanya penyembuhan untuk penyakit tersebut – bahkan dengan kemoterapi maupun Tarceva.
Stephen Spiro dan Joanna Porter dalam sebuah artikel: Lung cancer– where are we today? (Kanker paru – kemana kita sekarang ?) (American J. Respiratory and Critical Care Medicine. 166:1166 – 1196, 2000), menulis: walaupun kemoterapi merupakan pendekatan yang logis, secara virtual tidak terdapat bukti bahwa itu dapat menyembuhkan NSCLC (non – small cell lung cancer).
Ronald Feld dkk. (pada Lung. Clinical Oncology. 2nd ed. Harcourt Asia) meringkas pembicaraan: Di samping banyaknya pasien berdasarkan percobaan klinis, peranan daripada sistemik kemoterapi pada penatalaksanaan NSCLC merupakan salah satu dari isu yang paling controversial pada onkologi medis zaman sekarang.
Dr. Jeffrey Tobias dan Kay Eaton (pada Living with Cancer) lebih jelas ketika mereka menulis
Untuk pasien dengan NSCLC … (perawatan) sebenarnya lebih mengarah ke perbaikan gejala daripada perawatan dengan prospek untuk penyembuhan … sebuah kesembuhan tidaklah dapat benar-benar diusahakan.
Respon awal yang dramatis terhadap kemoterapi jarang bertahan sampai satu atau dua tahun … mungkin dalam enam bulan (terdapat) bukti yang jelas bahwa kanker telah kembali.
Apa itu Bonefos?
Bonefos digunakan pada beberapa kanker untuk mengurangi kerusakan pada tulang yang dapat mengakibatkan sakit dan patah tulang. Nama kimianya berupa Clodronate disodium yang digolongkan dalam kelas obat bernama bifosfonat. Cara kerjanya dengan menghentikan keluarnya kalsium dari tulang yang membuatnya makin lemah dan juga meningkatkan resiko terjadinya fraktur dan nyeri di samping meningkatkan kadar kalsium dalam darah. Sekarang tertulis bahwa itu menyembuhkan kanker tulang. Dan dalam kasus ini, Bonefos tidaklah efektif.
Apa itu Tarceva?
Bukalah website dan carilah kebenaran yang pahit tentang obat oral yang satu ini. Menurut website perusahaan, http://www.tarceva.net/survivalresults.aspx, Tarceva merupakan obat oral pertama dan satu-satunya yang bersifat penghambat HER1/EGFR tirosin kinase yang terbukti memperpanjang angka harapan hidup. Obat ini secara signifikan meningkatkan angka harapan hidup sampai 37% dan juga mendemonstrasikan keuntungan gejala dengan memperpanjang waktu perburukan gejala.
Tulisan ini sangat menarik. Tetapi seperti biasanya, biarkan saya memperingatkan pasien untuk membaca menggunakan akal sehat. Tanyalah apa artinya kenaikan angka harapan hidup sampai 37% dalam kalimat sederhana? Data yang tersedia pada perusahaan sebagai berikut:
1. median angka harapan hidup adalah 9.5 bulan dengan Tarceva vs 6.7 bulan dengan plasebo. Dalam kalimat sederhananya Tarceva cuma meningkatkan angka harapan hidup sampai 2.8 bulan. Secara matematis benar untuk mengatakan bahwa kenaikan angka harapan hidup dengan tarceva adalah 41.8%. Tentu saja kenaikan 41.8% terdengar sangat menggiurkan.
2. Tarceva memperpanjang angka harapan hidup bebas progresif secara signifikan (PFS) sebanyak 82%. Angka sebenarnya adalah PFS dengan Tarceva adalah 3.6 bulan vs 1.8 bulan dengan plasebo.
Sekarang TIDAK ada pada literatur medis tertulis bahwa Tarceva menyembuhkan kanker paru! Pasien perlu untuk memutuskan apakah pantas menghabiskan RM 8,000 tiap bulan untuk pengobatan yang menunjukkan hanya dapat memperpanjang hidup selama 2.8 bulan. Pada kasus ini, Mark telah menghabiskan RM 64,000 dan menemukan bahwa Tarceva telah gagal.
Fay (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita Malaysia berusia 45 tahun. Ia didiagnosa menderita kanker payudara pada September 2006.
Fay melakukan operasi mastektomi dan pembersihan kelenjar getah bening pada daerah ketiak.
Setelah melakukan operasi, ia melanjutkan terapi radiasi sebanyak 25 kali dan 6 kali kemoterapi. Obat-obatan yang digunakan antara lain 5-FU, Epirubin dan Cyclophosphamide (FEC). Seluruhnya selesai pada April 2007.
Setiap 4 bulan sekali, Fay harus kembali ke dokter ahli kankernya untuk melakukan pemeriksaan rutin dan semuanya baik-baik saja.
Pada bulan Agustus 2008, Kanker kembali ditemukan pada tulang – L2, L5, tulang sakral dan tulang pelvis.
Fay mengkonumsi Tamoxifen selama hampir 2 tahun (November 2006 – Agustus 2008). Pengobatan dengan Tamoxifen gagal dan dokternya menyarankan untuk mengganti obatnya dengan Arimidex.
Fay menerima saran dokter untuk melakukan kemoterapi lagi dan sangat menderita akibat efek samping yang ditimbulkan.
Kasus 2
Rin (bukan nama sebenarnya) seorang wanita Indonesia berumur 40 tahun, tinggal di United States (USA). Ia menulis sebagai berikut :
Awalnya saya didiagnosa menderita kanker payudara pada Desember 2004.
Saya melakukan operasi pengangkatan benjolan di payudara kiri pada Februari 2005.
Setelah operasi tersebut, saya menjalani 8 kali kemoterapi. Dan setelah kemoterapi saya mengalami menopause.
Lalu saya menjalani radioterapi sebanyak 35 kali dan selesai pada Oktober 2005.
Saya mengkonsumsi obat Tamoxifen, 20 mg sehari.
Saya melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter ahli kanker saya selama 6 bulan dan saya melakukan mammogram 1 tahun sekali dan selama dua tahun lalu saya juga melakukan tes kepadatan tulang (bone density test).
Pada Agustus 2008, saya mulai merasa nyeri pada kaki kiri dan kadang-kadang juga terasa pada lengan kiri saya. Nyeri tersebut tidak kunjung hilang dan bahkan semakin nyeri. Lalu saya tidak dapat berjalan lurus dan menekuk lutut. Ini membuat sangat sulit untuk naik dan turun tangga.
Pada November 2008, saya melakukan scan seluruh tubuh dan juga melakukan CT-scan. Kanker tersebut telah menyebar ke tulang lengan atas, kaki kiri dan L5.
Saya lalu menjalani lagi radioterapi pada daerah yang sakit sebanyak 10 kali.
Pada Desember 2008, Saya membuat sediaan darah tepi pada kaki kiri saya.
Dokter saya mengganti obat-obatan dari Tamoxifen menjad Arimidex.
Kasus 3
Gay (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita berusia 43 tahun asal Australia. Ia didiagnosa menderita kanker payudara pada tahn 1999. Ia menulis :
Saya mendapat terapi 6 bulan kemoterapi dan 3 bulan terapi radiasi.
Lalu saya mulai mengkonsumsi obat Tamoxifen selama 5 tahun dan diganti dengan Arimidex.
Saya tidak mengalami masalah apapun sampai 6 bulan kemarin, saya merasakan sedikit nyeri pada bagian kanan atas perut saya dan Tumor marker (hasil pemeriksaan antibodi tumor) saya meningkat.
Setelah beberapa kali diperiksa, ternyata hasilnya telah terjadi metastase ke tulang.
Kasus 4
Sri (bukan nama sebenarnya), seorang wanita berusia 57 tahun asal Indonesia, didiagnosa menderita kanker payudara pada payudara kirinya di tahun 2003. Ia menjalani operasi mastektomi lalu diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi. Pada saat kami bicara padanya, Sri ternyata menjalani kemoterapi otak dan ia tidak mampu menjelaskan detail perawatan yang dilakukannya. Respon balik atas pertanyaan kami pun juga dirasakan sangat lambat. Sri menjalani semua terapi ini di New Zealand. Sri pergi untuk melakukan pemeriksaan rutin dan diberitahu bahwa semuanya baik-baik saja. Namun pada tahun 2007, ia merasa tidak begitu sehat. Dari pemeriksaan lebih lanjut ditemukan indikasi metastase ke tulang. Lalu ia menjalani lagi 6 siklus kemoterapi dan 10 kali terapi radiasi. Semua perawatan ini selesai pada November 2008. Sri pergi ke Penang pada Februari 2009 dan melakukan CT-Scan. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
o Lesi di T1 dan T5 Vertebra.
o Nodul pada C5 dan Lesi pada L4 korpus vertebra.
o Beberapa lesi lisis pada tulang iliaka kiri.
o Kemungkinan terjadi sirosis hepatis.
Apa yang dapat kita pelajari dari keempat kasus tersebut ?
1. Pasien-pasien ini telah mendapat dan menjalani semua perawatan medis yang diperlukan – operasi, kemoterapi, radioterapi dan obat-obatan oral – Tamoxifen dan Arimidex. Mereka telah mendapat yang terbaik yang ilmu kedokteran tawarkan namun kanker terus berlanjut.
2. Dokter ahli kanker mengatakan semua perawatan ini telah terbukti secara ilmiah, disetujui FDA didukung oleh data-data yang dibahas oleh rekan-rekan dalam jurnal kedokteran. Yang menjadi pertanyaan adalah : apa yang sangat istimewa dari semua ini ? Kenapa pasien-pasien ini masih mengalami metastase ? Apa yang dimaksud dengan “kebenaran dan kejujuran” yang sebenarnya dari semua perawatan ini?
3. Apakah pernah terlintas pada pikiran seseorang bahwa ketidakmampuan untuk sembuh dankemampuan kanker tersebut untuk menyebar dapat terjadi karena perawatannya itu sendiri?
4. Coba kita lihat kasus-kasus ini lagi. Fay di Malaysia mengalami metastase 1 tahun 4 bulan sesudah menyelesaikan semua perawatan medisnya. Rin di USA dan Sri di New Zealand mengalami metastase kurang lebih tiga tahun setelah perawatan medisnya, sedangkan Gay dari Australia mengalami metastase sekitar delapan tahun setelah perawatannya. Semua kasus ini menunjukkan masalah yang sama yang dihadapi sebagian besar pasien dimanapun di dunia ini. Bukan masalah dimana anda hidup dan apa atau siapa diri anda, melakukan hal yang sama dan menghasilkan hasil yang sama.
Einstein berkata : Insanity is to the do the same thing over and over again and expecting different results (kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda). Apakah anda dapat belajar sesuatu kebijakan dari seorang ahli ilmu pengetahuan ini ? Pasien di USA, Australia, New Zealand, dan Malaysia menerima perawatan yang sama dan semuanya berakhir dengan hasil yang sama. Bertahun-tahun, saya mengamati cerita yang mirip diulang lagi dan lagi begitu banyak sampai-sampai metastase pada tulang dapat atau pasti terjadi setelah perawatan tersebut. Untuk mengharapkan hasil yang berbeda adalah apa yang Einstein katakan dengan insanity(kegilaan).
Pertanyaan-pertanyaan yang terngiang dalam pikiran kita : mengapa mereka yang mengetahui hal ini TIDAK melakukan sesuatu tentang itu ? Kenapa pasien dibiarkan dalam kegelapan dan tidak diperingatkan tentang kemungkinan-kemungkinan tersebut ? Mungkin kami dapat melakukan LEBIH dari sekedar meresepkan obat ? Tamoxifen seharusnya untuk mencegah terjadinya kekambuhan tetapi dari semua kasus diatas, Tamoxifen telah gagal secara menyedihkan. Kenapa kita tidak melihat ke belakang melihat apa yang telah kita lakukan sampai hari ini ?
Hidup di bumi adalah suatu pengalaman hidup.Jadikanlah kematian Yee sebagai suatu pengalaman berharga bagi yang sepertinya.
Yee berumur 40 tahun saat ia didiagnosa menderita kanker payudara pada Oktober 2005. Ia menjalani operasi mastektomi. Itu adalah kanker stadium II tanpa penyebaran pada kelenjar getah bening. Tumornya berukuran 3 x 2 x 2 cm.
Setelah melakukan operasi, Yee menjalani 6 siklus FAC kemoterapi (5-FU, Andiamycin dan Cyclophosphamide).Tidak diindikasikan untuk radioterapi. Kemoterapinya selesai pada Maret 2006 setelah itu ia mengkonsumsi Tamoxifen.
Yee baik-baik saja selama sekitar 9 bulan. Kadang-kadang pada Januari 2007, ia mengalami pembengkakan pada sisi kanan lehernya. Dari hasil CT-Scan thorax (dada) pada tanggal 19 Januari 2007 memperlihatkan hasil: nodul multipel tersebar pada kedua paru-paru berukuran antara 2 sampai 10 mm. Ini berarti kanker telah menyebar ke paru-parunya.
Yee mendapat terapi 8 siklus kemoterapi berbasis Taxane (Taxane –based chemoterapy). Cara ini tidak efektif. CT-Scan pada tanggal 4 Juli 2007 menunjukan nodul-nodul di paru-parunya makin bertambah.
Yee kembali mendapat kemoterapi – 6 siklus Navelbine + Herceptin. Perawatan ini bernilai sekitar 50.000 RM. CT-Scan pada November 2007 menunjukkan hasil yang stabil. Sejak November 2007 sampai Desember 2008 Yee mendapat terapi obat oral, Tykerb (lapatinib) 4 – 5 tablet per hari. Setiap tablet seharga 65,00 RM. Berarti 260,00 RM per hari dan berarti 7.800 RM per bulan. Dan itu berarti total biaya sekitar 14 bulan menggunakan Tykerb berkisar sekitar 93.000,00 RM.
Pada Februari 2008, tampak terlihat kejanggalan kembali. Hasil CT-Scan pada 13 Februari 2008 memperlihatkan hasil : pembesaran nodul di paru berkisar 0,5 cm sampai 2,2 cm.
Enam bulan kemudian, tanggal 19 Agustus 2008, CT-Scan memperlihatkan nodul di paru meningkat jumlahnya dan ukurannya berkisar dari 0,5 cm sampai 5,0 cm. Nodul di mediastinal juga mulai terlihat.
Pada Oktober 2008, Yee merasa nyeri pada lengan kanan dan pembengkakan keras pada klavikula kanan. CT-Scan pada 13 Oktober 2008 menunjukan perkembangan yang lebih serius:
1.Fibrosis (pembentukan jaringan ikat) pada daerah ketiak kanan.
2.Nodul irregular pada daerah infraklavikula kanan, kira-kira sebesar 2,0 cm.
3.Nodul kecil lainnya di daerah supraklavikula kanan, sekitar 0,7 cm juga terlihat.
4.Nodul mediastinum, ukurannya sedikit membesar dari waktu terakhir kali melakukan CT-Scan.
5.Massa dan nodul yang membesar pada paru. Massa yang terbesar pada paru-paru kiri berukuran 5,6 cm. Lesi lainnya berukuran dari 1,0 cm sampai 4,8 cm.
6.Lesi hipodens baru, sekitar 1,0 cm sekarang terlihat pada Segmen ke-7. Ini diduga adalah metastase pada hati.
Melihat penyakitnya yang sangat progresif, Yee melakukan 28 kali terapi radiasi mulai dari 13 Oktober 2008 sampai 1 Desember 2008, dan dalam waktu bersamaan tetap meneruskan minum obat Tykerb.
Pada 17 Desember 2008, Yee menderita sakit kepala sampai tidak dapat tidur. Hasil CT-Scan yang dilakukan 19 Desember 2008 memperlihatkan hasil metastase multipel pada otak (multiple brain metastases).
Yee dan suaminya datang kepada kami mencari pertolongan pada tanggal 5 Desember 2008. Kondisi Yee sangat serius. Tangan kanannya sudah kaku. Dia tidak nafsu makan. Dia sesak nafas berat. Bahkan suplai oksigen melalui lubang hidungnya tidak menolong sama sekali. Dia memberitahu suaminya bahwa ia lebih baik meninggal. Pada awal Februari 2009, Yee masuk ke rumah sakit dan dokter menyarankannya melakukan terapi radiasi untuk otaknya. Itu tidak terjadi – ia meninggal sebelum melakukan terapi itu.
Komentar : Ini adalah kasus yang tragis. Cerita Yee mirip dengan apa yang dialami oleh Fransiska dari Indonesia. Fransiska melakukan operasi dan menjalankan kemoterapi, radioterapi, Herceptin dan Tykerb + Xeloda. Fransiska meninggal. Ia didiagnosa pada November 2004 dan meninggal Desember 2008. Yee didiagnosa menderita kanker payudara stadium II pada Oktober 2005 dan menjalani terapi yang sama dan meninggal pada Februari 2009.
Dokter-dokter, Media, dan pasien selalu mencari obat-obatan baru dan teknologi terbaru sebagai suatu harapan untuk menyembuhkan penyakitnya. Kita telah terpaku dalam pikiran bahwa sesuatu yang baru selalu lebih baik. Herceptin dan Tykerb adalah senjata baru untuk melawan kanker yang sekarang muncul di daerah lokal kami. Apakah itu lebih baik atau berbahaya?
1.Tidak ada obat untuk kanker payudara yang bermetastasis. Tapi itu dapat diterapi. Apa yang anda harapkan dari terapi yang tidak pasti itu? Tentu saja kita dapat melakukan apapun jika kita memiliki uang!
2.Pada beberapa wanita timbul kerusakan hati akibat mengkonsumsi Tykerb. Penyebab dari kerusakan ini tidak diketahui. Kerusakan hati mungkin dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.
3.Efek samping utama dari Tykerb adalah diare, mual, rasa tidak enak pada lambung, rasa lelah, kemerahan dan nyeri pada tangan dan kaki, dan timbul ruam.
4.Batuk kering atau napas yang pendek-pendek mungkin merupakan tanda dari proses radang pada paru-paru.
1.Herceptin dapat menyebabkan kerusakan otot jantung yang dapat menyebabkan gagal jantung.
2.Herceptin juga dapat mempengaruhi paru-paru menyebabkan ancaman serius masalah pernafasan yang mengancam jiwa .
3.Herceptin dapat menyebabkan reaksi alergi yang dapat menjadi berat atau membahayakan jiwa. Gejala-gejala dari reaksi tersebut antara lain penurunan mendadak tekanan darah, nafas sesak dan pendek, kemerahan dan wheezing.
4.Karena potensi efek samping yang mengancam jiwa ini, dokter-dokter DIPERINGATKAN untuk mengevaluasi pasien secara hati-hati apakah pasien memiliki kelainan pada jantung atau paru-paru –nya sebelum memulai terapi. Apakah anda berpikir mereka pernah melakukan ini? Dalam kasus ini, Yee mengalami metastase (apakah itu bukan masalah yang serius ?) pada paru-parunya. Pada keadaan ini bukankan Herceptin akan membuat keadaan menjadi lebih buruk untuknya? Ketika ia datang kepada kami ia dalam keadaan sesak nafas berat. Apakah yang kira-kira menjadi penyebabnya?
Dan satu pertanyaan yang paling penting yang pasien (dan dokter?) tidak perduli untuk bertanya : Apakah Herceptin mengobati kanker payudara ? Jawabannya adalah tentu TIDAK. Penambahan penggunaan Herceptin pada kemoterapi normal memperpanjang harapan hidup sekitar 4-6 bulan.Tidak ada di dalam website yang mengatakan Herceptin mengobati kanker payudara. Baca bagian : Possible Benefits of Herceptin (kemungkinan keuntungan dari Herceptin) (sebagai catatan, bahkan judulnya sendiri tidak menunjukkan kepercayaan diri dan harapan) pada website resmi-nya : http://www.herceptin.com/adjuvant/what-is/benefits.jsp
Dr. Ralph Moss menulis laporan berjudul : “Herceptin or Deception”. Michael Janson, M.D., mantan ketua dari American College of Advancement Medicine memberi komentar ini tentang laporan tersbut :Dr. Moss menguak kebenaran dari laporan medis tentang Herceptin, menunjukkan bahwa itu sebenarnya tidak seperti yang telah dikatakan, dan data statistik telah dimanipulasi untuk membuatnya terlihat jauh lebih baik dari yang semestinya, sementara mengesampingkan potensi resikonya.
Pada kasus Yee, seperti banyak kasus lainnya, mungkin tidak ada gunanya menanyakan pertanyaan yang sama : apakah yang salah ? Semuanya tampak sepertinya salah setiap saat. Ijinkan saya berpikir dan dengarkanlah : Bagaimana mungkin kanker payudara stadium II dapat menyebabkan kematian pasien dalam waktu empat tahun? Apakah ia akan meninggal bila ia tidak melakukan apapun?
Kanker payudara sangat sedikit ditemukan pada mereka yang berusia sekitar 30 tahun, tetapi jika terjadi pada usia lebih muda, itu akan menjadi lebih agresif dibanding pada usia tua. Kemungkinan, ini adalah benar, beberapa orang ingin kami percaya karena Yee masih muda dan terkena tipe kanker yang agresif maka seluruh perawatannya menjadi tidak efektif. Ijinkan saya mengundang anda untuk membaca kasus dari tiga orang wanita yang belum berumur 40 tahun ketika mereka divonis kanker dan mereka dapat bertahan hidup. Hal berbeda yang dilakukan mereka adalah mereka tidak buta pada dokter mereka – mereka menolak kemoterapi, radioterapi atau terapi sulih hormon.
1.Tee, seorang wanita berusia 38 tahun didiagnosa kanker pada Oktober 2005 (catatan: pada waktu yang hampir bersamaan dengan Yee) dan ia menolak kemoterapi. Tee masih hidup saat saya menulis ini (Maret 2009) sementara Yee meninggal dunia pada Febuari 2009. Anda dapat membaca kisah tentang Tee pada laporan kasus kami.
2.Sue berumur 39 tahun saat ditemukan 2 benjolan pada payudara kanan-nya pada tahun 2003. Ia melakukan operasi mastektomi. Dokter ahli kankernya memberitahunya jika ia menjalani kemoterapi maka ia akan mempunyai kesempatan hidup 5% lebih banyak. Namun ia menolak terapi medis lebih jauh, termasuk tidak mengkonsumsi Tamoxifen seperti yang disarankan oleh dokter ahli bedahnya. Sue merubah pola makan dan gaya hidupnya dan menjalani terapi herbal. Sampai saat ini sudah lewat dari 6 tahun dan Sue sedang menuju ke arah hidup yang bebas dari masalah.
3.Julia menemukan benjolan berdiameter 4 cm pada payudaranya di tahun 1995. Ia berumur 36 tahun saat itu. Ia disarankan menjalani operasi mastektomi. Ia menolak dan tidak pernah menemui dokter lagi sejak itu. Ia menolak kemoterapi, radioterapi dan terapi sulih hormon dan memutuskan untuk mencari terapi alternatif. Ayahnya adalah seorang terapis herbal dan mencarinya untuk meminta bantuan. Perjalanannya menempuh usaha penyembuhan sungguh menarik dan kadang0kadang berbahaya. Tetapi kenyataanya ia masih sangat sangat sehat dan baik-baik saja saat saya menulis ini (2009). Itu sudah 14 tahun lalu sejak ia pertama kali didiagnosa mengidap kanker. Untuk lebih jelas mengenai cerita Julia, anda dapat melihatnya dalam buku kami “The herbal option”, Bab 3.
4.Cindy berumur 34 tahun saat ia didiagnosa menderita kanker payudara pada Agustus 1994. Ia melakukan operasi pengangkatan benjolan. Karena batasnya tidak jelas, maka ia diminta untuk menjalani operasi mastektomi. Dan diikuti kemoterapi dan radioterapi. Ia menolak terapi medis lebih lanjut. Ia mengubah gaya hidup dan pola makannya, melakukan “chi kung” dan meditasi serta melakukan terapi homeopati. Sampai saat ini sudah 15 tahnu dan Cindy menjalani hidup sehat tanpa ada masalah (Bab 2 : The herbal option).
Dr. Gershom Zajicek, Professor pengobatan di The Hubert H. Humphrey Center For Experimental Medicine and Cancer Research, The Hebrew University of Jerusalem, Israel (http://www.what-is-cancer.com) menulis : Modern medicine has the best means to treat disease, yet the basic tenets of treatment are false (Ilmu pengobatan modern mempunyai sistem yang baik untuk mengobati penyakit, tetapi pemahaman dasar dari pengobatan itulah yang salah).
Dr. Frank Daudert, dari Pro Leben Klinik di Austria mengatakan : Doctors are blindly giving chemotherapy … while the cancer cells smile. Doctors give chemo, chemo, chemo. And patients die, die, die (dokter membabibuta memberikan kemoterapi … sementara sel kanker tersenyum. Dokter memberikan kemo, kemo, kemo. Dan pasien mati, mati, mati).
Dalam buku mereka : More Harm than Good, Alan Zelicoff, M.D., dan Michael Bellomo, J.D./MBA, menulis : (dokter) diajarkan bahwa tidak melakukan apa-apa hampir pasti dijamin pasien tersebut akan menderita lebih berat jika tidak diberikan pertolongan apapun. Kebenarannya adalah bahwa sebagian besar kanker – sekali menyebar – akan menetap dan tidak dapat diobati meskipun banyak tersedia obat-obat kemoterapi baru bahkan dengan cara penggunaan antibodi langsung melawan sel kanker.
Richard Deyo dan Donald Patrick, seorang professor, University of Washington, Seattle, USA, menulis di bukunya : Hope or Hype – the obsession with medical advances and the high cost of false promises: kita terlahir dengan kepercayaan buta pada kepastian medis yang memangsa ke dalam ketakutan kita yang paling dalam, sementara tampak sepertinya akan membawa kita menuju keselamatan dengan “obat ajaib.” Memang banyak kemajuan medis yang menawarkan keuntungan yang nyata, tetapi sama banyaknya dengan yang tidak, jika ada, keuntungan dan efek samping yang berbahaya …. efektifitas terbaik pada batas yang sempit – dan kadang kali benar-benar berbahaya … Itu kadang-kadang memimpin ke arah tidak berguna, berbahaya, dan terapi yang mahal dan tidak perlu. … Ketika dokter diperkenalkan produk baru, uang kadang-kadang mengesampingkan ilmu pengetahuan yang baik.
May (bukan nama sebenarnya) adalah seorang wanita berumur 55 tahun. Suaminya telah meninggal akibat serangan jantung tiga tahun lalu, pada umur 62 tahun. May didiagnosa menderita kanker payudara pada tahun 2000. Ia menjalani operasi mastektomi dan diikuti enam siklus kemoterapi. Setelah itu ia mendapat obat Tamoxifen. Tiga tahun kemudian, kanker menyebar ke sisi kanan payudaranya meskipun faktanya ia telah mendapat terapi Tamoxifen selama tahun-tahun itu. May kembali menjalani enam siklus kemoterapi diikuti dengan duapuluh sesi radioterapi pada daerah leher dan payudara. Sayangnya, kanker menyebar ke lehernya. May menjalani kembali empat siklus kemoterapi.
Dari July 2005 sampai Maret 2006, ia mengkonsumi obat oral, Femara. Lalu sejak April 2006 sampai July 2006, Ia mengkonsumsi Xeloda.
Putrinya memberitahu kami bahwa May menderita nyeri yang tidak tertahankan. Ketika ia tidak tahan dengan nyerinya, ia melepas pakaiannya dan lari mengelilingi rumah. Pada satu waktu May mencoba untuk melompat dari jendela untuk bunuh diri. Lengan dan daerah sekitar payudara dan lengannya bengkak dan mengeras. Ia merasa sangat panas dari dalam tubuhnya. Ia memutuskan untuk menyerah dari terapi medis lebih lanjut dan mencari kamu untuk pertolongan pada akhir Juli 2006. Gambar berikut ini dapat menjelaskan lebih lanjut tentangnya waktu sekarat.
Komentar : Andrew Weil (dalam tulisannya “Health and healing” (Kesehatan dan penyembuhan)) menulis : There is never ending struggle … patients are sucked into same way of thinking … finding themselves more and more dependent on the system giving one treatment after another. (Perjuangan tiada akhir … pasien terseret pada pola pikir yang sama … mereka semakin tergantung pada sistem pengobatan yang diberikan setelah pemberian pengobatan yang lain.)
Profesor Jane Plant (dalam tulisannya “in Life in your hands” (hidup di tangan anda)) menulis : This sounds like a battle between the disease and the treatments – with the patient as the battle ground …Conventional cancer treatment can process patients to the extent that they no longer understand what is really being done to them. (Ini seperti pertempuran antara penyakit dan pengobatan – dengan pasien sebagai lahan pertempurannya … Terapi kanker konvensional dapat membuat pasien tidak lagi menyadari apa yang telah dilakukan pada mereka.)
Dr. Lai Gi-ming, Komite medik Onkologi Taiwan, Institut Penelitian Nasional mengatakan : The thing that most frustrates modern doctors is that, after surgery, chemotherapy and radiotherapy, all they can do is keep chasing and chasing the cancer! (Hal yang paling membuat frustasi dokter modern adalah setelah mereka melakukan operasi, kemoterapi, radioterapi, yang dapat mereka lakukan hanyalah mengejar dan mengejar kanker itu !)
AstraZeneca memberitahukan FDA tentang penelitian yang melibatkan 1.700 pasien kanker paru:
Pasien yang menggunakan Iressa hidup selama 5,6 bulan.
Mereka yang diberikan plasebo (pil inaktif, tiruan) hidup selama 5,1 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Iressa, pasien hidup 2 minggu lebih lama.
Hasilnya, Iressa ditarik dari negara Barat.
Bagaimanapun, pasien asal Asia mengalami reaksi yang lebih baik. Mereka hidup 4 bulan lebih lama:
Dengan Iressa pasien kanker paru hidup selama 9,5 bulan.
Tanpa Iressa pasien cuma hidup selama 5,5 bulan.
Hasilnya, Iressa masih diresepkan pada pasien di negara Asia.
Obat Kanker Paru Yang Letal . . . 444 kematian
Pada Juli 2002, Jepang merupakan negara pertama di dunia yang menyetujui Iressa sebagai pengobatan kanker paru.
Kurang dari 2tahun, 1.151 kasus efek samping dilaporkan dan 444 diperkirakan meninggal karena Iressa di Jepang.
Efek samping paling umum dari Iressa adalah:
Diare, ruam kulit, jerawat, kulit kering, mual, muntah.
Penyakit paru interstisial (ILD=interstitial lung disease), yang melibatkan sikatrik dan inflamasi dari paru yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas.
Dan pneumonia (menyebabkan kesulitan bernafas, batuk-batuk,demam).
Ibu Sut, berusia 73 tahun dari Indonesia. Dia menderita kanker paru-paru dan telah mengkonsumi Iressa untuk sembilan bulan. Dia menderita parah kegatalan pada seluruh tubuh.
Biaya Iressa adalah RM 8500 untuk satu bulan jika di beli dari farmasi rumah sakit. Obat yang sama bisa di beli dari apotek di luar rumah sakit denga harga RM 6500 saja.
Ini adalah satu penunjuk pasien dan keluarga nya dapat mempelajari: Bila danda dapat resep dari dokter Anda tahulah bahawa obat yang dijual di farmasi di rumah sakit lebih mahal. Cobalah untuk menemukan obat yang sama dari apotik di luar rumah sakit. Hal ini tidak hanya berlaku untuk Iressa, ini berlaku untuk semua obat.
Ibu Sab, berusia 68 tahun, juga dari Indonesia. Dia menderita kanker paru-paru dan juga diresep Iressa. Sebelum mengambil Iressa ia memimpin hidup normal. Setelah mengambil Iressa selama satu bulan, masalah mulai muncul keluar. Dia menderita efek samping yang berikut ini:
1. Tidak dapat tidur dengan baik
2. Sulit untuk dangkal
3. Hilangnya nafsu makan
4. Mual
5. Tidak dapat berbicara terlalu panjang
6. Diare
7. Sesak nafas
8. Kulit kering
9. Kehilangan berat badan
Dia minum Iressa selama 3 bulan, kemudian berhenti.
Biaya Iressa: 20 Juta Rupiah per bulan.
Sekali lagi, Anda harus tahu bahwa Iressa tidak bisa menyembuh kanker paru-paru!